Chereads / Terjerat Kawin Kontrak / Chapter 60 - Ternyata Bukan Mimpi

Chapter 60 - Ternyata Bukan Mimpi

Ah bodohnya dirimu melakukan seks pertama kalinya dengan istri dalam keadaan tak sadarkan diri dan lewat mimpi, itu sama saja memperkosa istrinya yang sedang dalam keadaan tak sadarkan diri.

Badan Ayu segera tengkurap dan wajahnya disembunyikan ke bantal lalu menangis sejadi - jadinya sehingga membuat Rashid merasa bersalah.

"Maafkan Abang ya Neng! Abang tadi mimpi bercinta dengan Neng" kata Rashid dengan nada penuh penyesalan.

"Abang tega nyetubuhi Neng dalam keadaan gak sadar. Waktu Mr.P Abang berhasil masuk, Neng langsung sadar. Neng berontak tapi Abang terus aja memompa Neng tanpa menghiraukan Neng yang kesakitan" keluh Ayu sambil menangis.

"Maafin abang, abang khilaf, dikira tadi hanyalah mimpi tapi ternyata bukan mimpi" Rashid membela diri.

"Tapi Neng mencapai klimaks juga engga?" tanya Rashid yang jadi penasaran akan reaksi Ayu setelah sadar.

"Apa itu klimaks?" tanya Ayu.

"Klimaks itu orgasme, Neng merasakan kenikmatan sewaktu berhubungan intim tadi, nikmatnya hingga terasa berada di surga" jelas Rashid.

Ayu yang diam saja tapi wajahnya memerah, Rashid mengerti artinya, digodanya Ayu "Jadi Neng merasakan nikmat itu atau engga?" tanyanya dengan nada menggoda.

Ayu hanya mengangguk.

"Yes berhasil" teriak Rashid yang kegirangan sambil meninju udara ke atas satu kali.

"Kau seperti anak kecil saja" komentar Ayu dengan ekspresi menahan tawanya.

"Jelas donk senang, berarti aku sudah sukses memasukimu sehingga selanjutnya pasti akan lebih mudah" kata Rashid dengan nada bangga.

"Huh dasar sombong. Tak ada lain kali" kata Ayu yang pergi meninggal Rashid di kamar menuju kamar mandi.

Setelah kepergian Ayu, bed cover ranjang mereka tersingkap, memperlihatkan bercak darah yang segar. Kagetlah Rashid ketika melihat bercak darah itu. Setahunya bahwa Ayu sudah selesai masa menstruasinya dua minggu yang lalu. Info ini dari Farah yang sengaja menanyakan Ayu mengenai siklus menstruasinya, hasilnya diberitahukan kepadanya.

Jadi seharusnya ini bukan darah menstruasi Ayu, berarti jangan - jangan apakah Ayu masih perawan? Tapi itu tidak mungkin, Ayu kan sudah disekap oleh germo itu, dan Ayu sudah melayani beberapa lelaki sebelum bertemu dengannya, jadi mana mungkin Ayu masih perawan?

Daripada menduga - duga, sebaiknya ia menanyakan langsung kepada orangnya. Maka ia bergegas mengetuk kaca kamar mandi yang memisahkan kamarnya dengan kamar mandi

Ketika Ayu mengisi jacuzi dengan air hangat, ia mendengar ketukan lalu menoleh ke asal suara kaca yang diketuk, ternyata Rashid. Ayu melihat tangan Rashid bergerak dan mengarah ke arah ranjang, terlihat ada bercak darah di ranjang dan tersadar bahwa itu adalah bukti keperawanannya yang telah hilang.

Tanpa menjawab, Ayu masuk ke dalam jacuzi yang masih dalam mengisi air.

Merasa dicuekin, Rashid segera ke kamar mandi. Setelah sampai, Rashid bertanya "Tolong jelaskan darah apa itu di ranjang kita?"

Tapi Ayu malah diam saja. Tubuhnya semakin rebahan kebawah sehingga air menutupi tubuh Ayu, hanya kepalanya saja yang masih muncul tapi tatapan mata Ayu ke bawah ke arah air.

Rashid semakin tak sabar dengan penjelasan Ayu, maka ditanya lagi "Aku tahu itu bukanlah darah menstruasimu, jadi apakah itu darah hymenmu? Apakah istriku masih perawan?"

"Itu kau sudah menebaknya, kenapa ditanyakan lagi?" tanya Ayu dengan nada mengguman tidak jelas.

Jawaban Ayu terdengar Rashid walaupun kecil suaranya. Menduga dan mendengar langsung merupakan dua hal yang berbeda sehingga Rashid takjub akan berita yang didengarnya.

"Tapi itu mana mungkin? Kau sudah disekap selama 3 bulan lamanya dan tak terhitung pria hidung belang yang telah menyentuhmu" kata Rashid.

Ayu yang mendengarnya seolah - olah Rashid merendahkannya sehingga ia marah "Memangnya kenapa kalau aku disekap? Memangnya kenapa kalau pria hidung belang menyentuhku? Nyatanya aku bisa menjaga diriku dari pelecehan yang mereka lakukan" kata Ayu yang diakhiri dengan menangis, mengingat pria - pria yang telah menggerayangi tubuh Ayu walaupun mereka tak berhasil mendapatkan keperawanannya tapi tetap saja Ayu jijik dengan sentuhan mereka.

"Maafkan aku Sayang.. Bukan maksudku begitu. Abang hanya takjub saja Neng bisa menjaga kesuciannya dari pria - pria itu" jelas Rashid.

"Yah keperawananku memang bisa dipertahankan tapi aku sudah tidak suci lagi. Tubuhku sudah disentuh oleh mereka" ucap Ayu disela - sela tangisannya.

"Maafkan Abang ya. Membuatmu teringat lagi akan kejadian itu" Bujuk Rashid yang mencoba menenangkan Ayu dengan ikut masuk jacuzi dan dipeluknya Ayu didalamnya. Dalam keadaan berpelukan, Ayu menangis di dada Rashid sedangkan Rashid mengelus rambut Ayu.

Beberapa saat lamanya mereka saling berpelukan hingga air mata Ayu berhenti juga. Setelah berhenti, Rashid memberanikan diri bertanya "Apakah mereka menyentuhmu di sini?" di ciumnya rambut Ayu.

"Atau di sini?" diciumnya kening dan mata Ayu.

"Atau di sini?" dicium dan digigitnya daun telinga Ayu.

"Atau di sini?" diciumnya pipi Ayu.

"Atau di sini?" diciumnya bibir Ayu dengan lembut yang berawal dari kecupan ringan hingga ciuman panas saling berpagutan dan lidah yang menari - nari di dalam mulut pasangannya dengan waktu yang lama hingga sesaat mereka lupa akan kebutuhan untuk bernapas. Ketika Ayu megap - megap kesulitan bernapas, Rashid melepaskan ciumannya.

"Atau di sini?" dicium dan digigitnya leher Ayu sehingga meninggalkan bekas cupang sebagai tanda kepemilikannya.

"Atau di sini?" tanya Rashid yang mengangkat tubuh Ayu dan di taruh di pinggiran jacuzy sehingga Ayu duduk.

Rashid segera mengulum payudara Ayu, menyedotnya bagaikan bayi yang sedang menyusu asi ke ibunya sambil dipermainkan puting Ayu dengan lidahnya. Tangan Rashid yang kanan memeluk Ayu dan menahan punggung Ayu supaya tetap berada seperti yang diinginkannya, sedangkan tangan kiri Rashid meremas - remas dan memijit sebelah payudara Ayu yang lain.

Ayu merasakan kenikmatan dari permainan Rashid yang memainkan tubuhnya dengan lihai sehingga Ayu melengkungkan tubuhnya ke depan bagaikan busur yang memberikan akses ke Rashid supaya payudaranya dapat dinikmati lebih lagi. Tangan kanan Ayu menopang tubuhnya ke pinggiran Jacuzi sedangkan tangan kirinya mengusap - usap rambut dan kepala Rashid.

Rashid yang merasa Ayu semakin terbuai dan menikmati sentuhannya, maka melanjutkan ke tahap selanjutnya. Dibukanya kedua paha Ayu lalu kepalanya menunduk melihat kewanitaan Ayu bagaikan kelopak bunga dan mengirup aroma kewanitaan Ayu yang khas hanya milik Ayu dan ia sangat menyukainya.

Lalu diciumnya kewanitaan Ayu dan dijilatnya sehingga membuat Ayu mengerang nikmat dan kakinya Ayu dikaitkan ke kepala Rashid sehingga memperdalam ciuman dan jilatannya.

"Sayang.. Walaupun Abang suka akan wangi dan rasa kewanitaanmu tapi kalau Neng membekapku di selangkanganmu hingga tak bisa bernapas, nanti Neng cepat menjadi janda lho. Neng mau?"tanya Rashid.

Butuh beberapa detik bagi Ayu untuk mencerna kata - kata Rashid, setelah tercerna di otaknya, buru - buru Ayu melonggarkan kaitan kakinya "Maaf, gak sengaja" kata Ayu dengan muka yang bersemu merah.

"Tidak apa - apa kok Sayang, itu berarti Abang berhasil membuat Neng mabuk kepayang" goda Rashid yang diakhiri dengan kedipan mata.

Sebelum Ayu menjawab, tangan Rashid mulai menggodanya lagi di kewanitaanya sehingga Ayu lupa akan kata - kata yang akan diucapkan, tubuhnya menggeliat dan bergelinjang akibat sensasi yang dirasakannya.

Kedua tangan Rashid ikut berpartisipasi memainkan inti kewanitaan Ayu. Sebelah tangannya memainkan klitoris Ayu sedangkan tangan lainnya menguji kesiapan Ayu dengan tiga jarinya yang masuk ke dalam kewanitaan Ayu.

Ayu mencapai puncak kenikmatan hingga terasa bagaikan berada di surga. Sedangkan Rashid terus merangsang Ayu sehingga puncak kenikmatan Ayu berlangsung lama.

Setelah Ayu kelelahan, Rashid mengulangi lagi rangsangannya dari awal yang bermula pada ciuman bibir, berlanjut ciuman - ciuman lainnya hingga ciuman pada kewanitaan Ayu yang membuat Ayu ingin mencapai klimaksnya lagi.

Namun sebelum Ayu klimaks, Rashid berdiri dan diangkatnya tubuh Ayu kedalam pelukannya dengan kaki Ayu dilingkarkan ke tubuhnya dibagian pinggul sehingga kejantanannya memasuki tubuh Ayu dengan mudah walaupun tak semua batang kejantanannya dapat masuk.

Ayu langsung berteriak mencapai puncaknya ketika Rashid memasukinya.

Rashid merasakan kewanitaan Ayu berkedut - kedut bagaikan pijitan di kejantanannya.

"Ah.. sungguh nikmat sekali kewanitanmu Neng. Kau sungguh berbakat dalam memijat, belajar darimana?" goda Rashid.

"Disaat seperti ini masih bisa mengobrol?" kata Ayu.

"Memangnya kenapa? Abang memujimu karena Neng berbakat" kata Rashid.

Ayu kesal dan mengencangkan kewanitaannya.

"Aduh duh.. pelan - pelan donk Sanyang! Nanti Abang keburu muncrat duluan, nanti Neng yang rugi lho tidak mencapai klimaks lagi" kata Rashid.

"Memangnya pria hanya bisa sekali saja mencapai klimaks?" tanya Ayu penasaran.

"Wow Sayangku memang hebat. Menantang Abang supaya klimaks berkali - kali. Oke tantanganmu Abang terima. Malam ini kau tak boleh tidur, akan kugempur habis - habisan sampai Neng minta ampun" kata Rashid dengan senyuman bagaikan serigala yang kelaparan.

"Oke siapa takut" tantang Ayu.

Dan benarlah malam itu perkataan Rashid dibuktikan dengan menyerang Ayu terus menerus hingga Rashid mencapai 4 ronde, sedangkan Ayu sudah tak terhitung berapa kali mencapai kenikmatan duniawinya. Hingga akhirnya subuhpun menjelang, Ayu menyerah mengibarkan bendera putih yang ditanggap dengan ketawa Rashid yang penuh kemenangan.

Ayu sudah tak bertenaga lagi, akhirnya Rashid memandikan Ayu lagi, lalu mereka shalat subuh berdua. Selesai beribadah, Rashid mengganti seprai mereka sedangkan Ayu tertidur walaupun masih memakai mukena. Dengan telaten, Rashid membuka mukena Ayu dan membaringkan Ayu ke tempat tidur dibalik selimut dan ia pun ikut tidur sambil memeluk Ayu.