Chereads / Dendam Dan Cinta / Chapter 20 - Sepasang Merpati

Chapter 20 - Sepasang Merpati

"Nesia kalau lagi ngambek ga bisa diapa-apain, di bujuk juga g mempan!" kata Budi pada Gibson, ketika dilihatnya Gibson mengetuk-ngetuk pintu kamar Nesia, sedari tadi ga di buka-buka. "Sudahlah... percuma!"

"Jadi gimana?" Tanya Gibson cemas.

"Cuekin aja! yuk kita mancing!" Budi menarik Gibson. Dia sudah menyiapkan peralatan memancing. "Ntar besok, marahnya juga hilang! yuuk!" Gibson mengikuti Budi dengan perasaan galau. Budi sudah kenal Nesia sejak bayi, ",Dia memang begitu! Ga usah di pikirin, adikku itu ya gitu, penurut tapi suka ngambek...dia perhatian tapi cengeng, kamu mesti sabar Son!" kata Budi menjelaskan sambil jalan menuju ke dermaga, di sana sudah standby kapal pancing yang akan membawa mereka ke pulau tujuan untuk memancing. "Berangkat!" Budi berteriak kepada pengemudi kapal setelah mereka masuk kapal tersebut. Mereka memancing hingga dini hari, lalu kembali karena mengantuk. Besok pagi mereka mau BBQ di depan Resort.

Nesia terbangun oleh suara ribut dua pria itu yang lagi memasak, bau aroma ikan bakar membuat Nesia lapar. Setelah mandi dia bergabung. Benar kata Budi, Nesia sudah g marah lagi.

Usai makan pagi itu, Budi Sandi mengajak pasangan itu berkeliling melihat-lihat beberapa pulau di kepulauan seribu itu diantaranya Tidung adalah pulau Harapan, pulau Pramuka, pulau Pari dan pulau Payung.

Pulau-pulau ini tidak hanya cantik, tetapi juga memiliki banyak pesona dan keindahan yang unik dan menarik untuk dikunjungi.

Sore harinya mereka melakukan snorkeling/diving melihat

menikmati keindahan taman nasional bawah laut Pulau Tidung.

Budi Sandi diam-diam meninggalkan pasangan ini ketika menghabiskan waktu di pantai Saung Perawan.

Masa harus menemani mereka kencan! Budi bersembunyi ketika mereka lengah, dia langsung kabur menuju pulau Pramuka.

Gibson dan Nesia kehilangan jejak Budi Sandi. Mereka kembali ke resort tak lama lagi gelap.

Budi tak ada di resort, tak mungkin menghubunginya, di sini sulit dapat signal telepon apalagi internet. Nesia terdiam, tanpa kakaknya dia jadi tegang berduaan Gibson.

Malam hari, Nesia kembali ke kamarnya. Klik. Dia mengunci pintu jantungnya berdetak kencang. lampu. Tiba-tiba lampu di resort mereka mati. "Auuw! Tolong!" Nesia berteriak dia berlari membuka pintu kamar dan menggedor-gedor pintu kamar Gibson.

Gibson membuka pintu kamarnya Nesia menubruk dan memeluknya erat. "Nyalakan lampunya!"

Gibson keluar kamar, sementara Nesia tetap menempel di punggungnya.

pengelola resort datang, "Mohon maaf atas ketidak nyamanan ini, terjadi masalah dengan PLN, listrik akan mengalir 3 jam lagi mohon bersabar!" katanya.

Nessia menangis. Dia takut gelap. Gibson mengajak duduk di sofa dan menyalakan lilin di atas meja.

Gibson membujuknya, memeluk bahunya dan mengusap kepalanya hingga mereka tertidur di sofa. 3 jam kemudian lampu di ruangan menyala kembali. Nesia terbangun. Menyadari kalau' tertidur di pelukan Gibson, gadis itu tersipu malu dan berlari ke kamarnya. Mengunci kembali pintu kamar tersenut. Gibson tertawa. Nesia masih kelihatan manja, gadis ini seperti merpati, jinak di dekati dia lari. Gibson harus sabar kepadanya. Mereka memerlukan kencan yang lebih banyak lagi untuk saling memahami.

Opa Kim kehilangan kontak dengan Gibson. Ponselnya tak bisa di hubungi. Dia sudah tahu kemungkinan siapa yang penyerangnya. Opa Kim membuat pengamanan dan penjagaan untuk keluarganya. Masalahnya, Nesia dan Gibson tidak ada. Kemana mereka? Opa Kim One kembali gelisah. Bahaya belum lewat.

Pagi harinya, Budi Sandi menjemput pasangan itu. Mereka harus kembali ke Jakarta. Opa Kim One gelisah menunggu kedatangan Gibson.

Nesia menatap kakaknya dengan cemberut, Budi Sandi siap menerima kemarahan adiknya itu.