Chereads / Cinta Sang Monster / Chapter 11 - DARK SIDE

Chapter 11 - DARK SIDE

Everybody's got a dark side

Do you love me?

Can you love mine?

-Dark Side, by: Kelly Clarkson-

***

Anne memberikan bilyuner seksi itu sebuah senyum malu- malu sebelum dia menjawabnya. "Raine menolak untuk keluar dari kamarnya, aku tidak bisa membujuk gadis itu."

Tanpa menunggu penjelasan lebih lanjut, Torak sudah mengambil langkah menuju pintu dan tidak repot- repot bertanya pada Anne arah kamar Raine.

Dia dapat melacak aroma tubuh pasangan jiwanya itu dengan baik. Sebuah aroma segar dari setelah hujan yang dapat dengan mudah menenangkan monster di dalam dirinya.

Bagi Lycanthropes dan werewolf, aroma khas pasangan mereka lebih kuat daripada apapun yang dapat mereka cium.

Aroma tubuh Raine membawa Torak menyusuri koridor dan menuruni tangga yang sepertinya menyambung ke arah basement. Torak mengerutkan dahinya.

Kenapa Raine tinggal di basement?

Torak menuruni tangga menuju koridor lain yang terlihat lebih suram, di akhir koridor tersebut, Torak bisa melihat Calleb dalam wujud serigala Abu- abunya sedang berjalan bolak balik di depan sebuah pintu kayu tua.

Torak menggunak kecepatan Lycan- nya untuk menghampiri Calleb.

Di detik berikutnya, Torak telah berdiri di depan sebuah pintu dan memutar kenopnya, tapi pintu tersebut telah dikunci. Torak menyusuri permukaan pintu kayu dengan jarinya, mempertimbangkan untuk mendobraknya dan mendapatkan Raine kembali.

Namun, hal ini akan mengejutkan Raine, dan hal terakhir yang Torak inginkan adalah membuat Raine takut padanya.

Torak dapat merasakan ketakutan gadis itu saat dia mendekapnya tadi dan kenyataan ini sama sekali tidak membuatnya nyaman.

[Apa yang terjadi?] Torak bertanya pada Calleb melalui mind link.

Seriga abu- abu itu berhenti berjalan dan duduk di kaki belakangnya sambil melihat Torak. [Supreme Alpha, gadis itu mampu melihatku dalam wujud ini dan karena aku mengikutinya, sepertinya hal inilah yang membuatnya takut.]

Torak melotot pada Calleb yang membuat serigala itu menurunkan kepalanya hingga ke lantai.

Tidak beberapa lama kemudian, Raphael, Anne dan Ny. Lang menghampiri Torak. Mereka bertiga berlari menuruni tangga dan hampir kehilangan napasnya ketika telah sampai di lantai ini, kecuali Raphael, tentu saja.

Raphael bahkan sama sekali tidak terengah.

"Tuan Donovan, bagaimana anda bisa tahu kalau ini adalah kamar Raine?" Anne bertanya dengan bingung.

Tapi, Torak sangat tidak sabar, bahkan untuk mendengar pertanyaan Anne. Dia segera bertanya dengan cepat. "Kamu memiliki kunci cadangan untuk membuka pintu ini?"

"Ya, ya…" Ny. Lang masih terengah- engah ketika dia mengeluarkan serenceng kunci dari saku bajunya. "Raine hampir selalu mengurung dirinya sendiri di dalam kamar, jadi aku selalu siap dengan kunci kamarnya, berjaga- jaga kalau dia melakukan tindakan bodoh di dalam sana." Wanita tua itu mendumal sementara dia membuka pintu Kamar Raine.

Suara 'klik' pelan bergema di sepanjang koridor yang kekurangan penerangan ketika pintu tersebut akhirnya terbuka.

Torak mengambil alih kenop pintu dari tangan Ny. Lang seraya membukan dan melangkah masuk ke dalam dengan tidak sabar.

Kepalan tangan Torak telah membentuk tinju ketika dia melihat kamar Raine yang sangat menyedihkan, bahkan bathroom miliknya jauh lebih besar daripada ini.

Di dalam kamar kecil ini, yang hanya berisikan sebuah ranjang kecil, sebuah meja kecil dan lemari, Torak melihat Raine menggulung dirinya di pojok kasur, gemetar ketakutan sambil memeluk dirinya sendiri, menguburkan wajahnya di antara lutut.

Torak berhenti melangkah.

"Apa yang kamu lakukan duduk diam disana? Tuan Donovan sudah menunggumu dari tadi." Ny. Lang memarahi Raine. "Cepat dan kemasi barang- barangmu." Wanita tua ini sepertinya tidak bisa menunggu untuk menyingkirkan Raine.

"Keluar." Torak menutup matanya untuk menyembunyikan warnanya yang telah berubah menjadi hitam.

Dengan cara Ny. Lang berbicara pada Raine, Torak dapat membayangkan perlakuan buruk seperti apa yang mereka berikan padanya dan bagaimana Raine hidup dalam ketakutan, membuat Torak harus mengendalikan emosinya.

Ketika tidak ada pergerakan apapun, Torak menghadapi mereka dengan kemarahan yang membakar matanya.

Kesabaran bukanlah suatu bakat yang dimiliki seorang Torak Donovan.

"K.E.L.U.A.R S.E.K.A.R.A.N.G!" Torak menekankan setiap kata yang terlontar.