And suddenly, the monster in him falls silent as he rests his head on her lap.
-Anonymous-
***
Hujan semakin lebat ketika Raine mengulurkan tangannya untuk mendorong pintu pagar yang sudah sangat tua dari panti asuhan tempat dia tinggal selama setahun terakhir ini.
Raine tidak memiliki anggota keluarga lain yang dapat mengurusnya dan tidak ada satupun orang yang dia kenal, yang mau mengambil tanggung jawab akan dirinya setelah Raine dikeluarkan dari rumah sakit jiwa, jadi peraturan Negara ini menetapkan Raine harus tinggal di panti asuha sampai dia mencapai usia delapan belas tahun dan dapat hidup mandiri secara hukum.
Ketika Raine baru akan membuka pintu pagar, seseorang mencekal pundaknya dan membuatnya berputar dengan cepat.
Dalam dua detik, Raine menengadahkan kepalanya dan melihat pria yang telah memaksanya untuk menatapnya dan pemikiran pertama yang berkelebat di dalam kepala Raine adalah; pria ini sangat indah.
Kalau bukan karena hujan dan tubuh Raine yang mulai menggigil karena dinginnya udara malam, dia pasti sudah tersipu dengan pemikirannya sendiri ini.
Bukan untuk melebih- lebihkan deskripsi dari pria ini, tapi sosoknya sendiri benar- benar dapat membuat seorang binaragawan menjadi malu, matanya yang mempesona membuat Raine seolah terhipnotis, warna yang sekelam batu obsidian.
Tinggi dan ukuran tubuh pria ini, jauh lebih besar daripada Raine. Rambutnya yang sedikit ikal, basah dengan tetesan- tetesan air hujan.
Bibir Raine terbuka, seperti seseorang yang akan berteriak, tapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Raine menjatuhkan tatapannya dari melihat pria tersebut dan berupaya membebaskan tubuhnya dari cengkeraman di pundaknya.
Secara tiba- tiba, pria misterius itu menarik Raine ke dalam pelukannya. Tangannya yang besar mendekap pinggang Rained dan tangannya yang satu lagi berada di pundaknya, memeluk dengan erat, tapi cukup lembut untuk tidak menyakiti Raine.
"Milikku." Pria itu berbisik ke telinga Raine yang mengirimkan perasaan yang tidak dapat dicerna ke dalam hati gadis itu.
Hujan masih turun dengan lebat ketika akhirnya Raine sadar akan keadaannya dan mencoba untuk melepaskan dirinya dari lengan pria misterius ini.
Raine mencoba mendorong tubuhnya dan memukul sisi badannya. Namun, usaha itu tampaknya tidak cukup, bahkan hanya untuk membuat pria itu mengernyit.
Dia tetap memeluk Raine, tidak menyadari usaha gadis dalam dekapannya yang mencoba untuk membebaskan diri. Sesaat kemudian, pria itu menguburkan wajahnya di antara leher Raine, bernafas di dalam aroma candu pasangan jiwanya.
Aroma tubuh Raine yang unik mampu menenangkannya dan dengan pasangan jiwanya berada di dalam dekapannya, Torak dapat merasakan perasaan tenang yang tidak pernah dapat dia rasakan selama kehidupannya yang panjang ini.
Percikan yang muncul karena sentuhan dari pasangan jiwanya membuat monster di dalam dirinya begitu antusias dan mengharapkan lebih.
Torak merasa dia telah terlahir kembali. Berabad- abad yang telah berlalu tanpa pasangan jiwanya ini, terlihat sangat hampa sekarang. Torak mulai merasa penasaran; bagaimana mungkin dia dapat hidup satu hari saja tanpa dirinya?
Apakah ini sebuah ikatan jiwa? Torak tidak pernah merasa setidak berdaya ini, tapi juga merasa sangat kuat di waktu yang sama.
Torak bahkan takut akan apa yang dia rasakan sekarang.
Torak takut dengan apa yang gadis muda ini, yang mana tingginya hanya sebatas bahunya, dapat lakukan terhadapnya.
Torak mengumpat pada sang Dewi Bulan karena telah mengutuknya, tapi juga merasa sangat bersyukur karena pada akhirnya dia telah menemukan pasangan jiwanya.
Perasaan ini sungguh sangat tidak bisa dijelaskan…
Torak merasa ada seseorang yang berjalan mendekatinya, dengan segera tubuhnya menjadi tegang seraya dia mengeluarkan sebuah geraman rendah. Sebuah peringatan.
Sekitar seratus meter jauhnya, Raphael tengah berdiri dengan payung di tangan kanannya. "Torak, ini aku…" dia berhenti berjalan ketika dia mendengar graman dan postur defensive Torak. "Kamu harus melepaskan dia."
Bukannya melepaskan Raine, Torak justru mempererat dekapannya pada pinggang gadis itu yang membuat Raine meringis karena sakit.
Torak tidak bermaksud untuk menyakiti Raine, bahkan dalam keadaannya saat ini, dia tidak dapat mengontrol tenaganya.
Untuk sesaat, Torak kehilangan kendali, sepertinya dia tidak mengenali Beta- nya.
"Torak, kalau kamu terus menerus seperti itu, kamu akan menyakitinya." Raphael mengambil satu langkah mendekat. "Kamu akan menyakiti gadis dalam pelukanmu."