Ketika ruangan itu sekali lagi menjadi sunyi, Torak berbicara dengan sangat dingin. "Berdiri dari kursimu untuk siapapun yang mempertanyakan keputusanku." Ada sebuah rasa pemusuhan dibalik perintah Torak yang tenang.
Ke dua puluh orang tersebut melihat pada satu sama lain, bingung, mereka mengerutkan alis seraya merasakan adanya firasat buruk dari saran yang diberikan oleh Torak.
Perlahan ada lima orang yang cukup berani untuk bangun.
"Mr. Kim, Mr. Yan, Mr. Alden, Mr. Colt dan Mr. Dmitri," Torak berkata dengan dingin.
Dia menyebutkan nama dan menatap mereka satu persatu. Walaupun keputusan mereka terbilang berani, tapi kalau mereka mau melihat lebih dekat. Tangan ke lima orang tersebut tengah gemetar karena rasa tegang di udara.
Detik berikutnya berlalu tanpa ada sebuah kata dari Torak yang mulai membuat membuat mereka menyesali keputusan mereka saat ini, tapi tidak ada jalan untuk kembli.
"Ada lagi yang lain?" Torak menatap ke seluruh ruangan, melihat apakah ada tanda dari orang- orang tersebut yang ingin menentangnya.
Setelah detik berlalu tanpa ada yang mau menjadi orang ke enam, Torak berkata tegas, "Lima orang ini akan meninggalkankan perusahaan ini!"
Deklarasi itu memberikan kejutan pada mereka. Alasannya adalah; saham yang paling menguntungkan datangnya dari perusahaan Torak. Dan alasan lainnya adalah; menjadi bagian dari pemegang saham di Donovan Enterprises Holding, Inc. merupakan suatu kehormatan.
Saham di perusahaan ini sangatlah sulit untuk dijangkau, bahkan pada waktu saham mereka turun pada saat ini, dampaknya tidaklah terlalu merugikan.
Namun, tulang mereka yang serakah membuat otak mereka menjadi cemas yang pada akhirnya membawa kerusakan pada diri mereka sendiri.
"Siapapun yang masih ingin mempertanyakanku, silahkan bergabung dengan mereka." Dengan kata terakhir yang tajam itu, Torak menarik tangan Rained an berjalan keluar ruangan rapat.
"Buat mereka melakukan Force buy- outs," Torak berkata dengan sangat jelas pada Raphael yang mengakibatkan keributan dari kelima orang di dalam.
Torak bahkan tidak akan mengedipkan matanya kalau perusahaan ini bangkrut, dia akan membangun satu lagi karena dia telah hidup selama ratusan tahun, waktu yang cukup lama untuk kekayaan dan kejayaan kehilangan daya tariknya.
Satu- satunya harta yang paling berharga baginya kini adalah gadis di genggamannya, hal lainnya dapat menghilang saat ini juga.
"Mr. Donovan, Anda tidak bisa melakukan ini pada kami!" Mr. Colt berteriak.
"Mr. Donovan, apa maksudmu dengan forced- buy outs!?" Mr. Dmitri berteriak dari pintu yang tertutup.
Mereka baru akan mengikuti Torak dan memintanya untuk merubah keputusannya. Sebenarnya ini bukanlah hal yang sangat besar, tapi kenapa mereka harus kehilangan saham mereka yang berharga?
Ke lima orang di dalam kemudian berlari ke pintu, tapi Raphael menahan mereka.
Ini sangatlah mudah untuk berurusan dengan kaum mereka daripada dengan manusia- manusia ini karena Raphael dapat dengan mudah menundukkan mereka dengan otoritasnya.
***
Setelah Torak menyelesaikan masalahnya dengan para pemegang saham itu, dia membawa Raine untuk makan malam.
Restaurant ini berlokasi di atap sebuah pusat perbelanjaan dan sangat terkenal diantara para sosialita. Daftar tunggunya bisa sampai mingguan.
Tapi, karena Torak adalah venture capitalist dari restaurant ini, dia memiliki ruangan khusus sendiri yang dapat digunakan kapan saja. Ruangan ini eksklusif hanya untuk dirinya dengan pemandangan terbaik kota.
Seperti yang telah Raine duga, Torak menyukai pemandangan seperti ini. Entah itu di kamar, di kantor dan sekarang di restaurant ini. Torak menyukai tempat dimana dia dapat mengamati sekitarnya.
Ruangan ini terlihat nyaman, ada sebuah pintu kaca yang dapat membawa mereka ke area terbuka, tapi karena mala mini udaranya berangin, Torak menutup pintunya agar Raine tidak meresa kedinginan.
"Ini terlalu berangin. Kamu bisa terkena flu." Torak menjawab pertanyaan yang tidak terlontarkan dari mata Raine yang mempertanyakan mengapa pintu tersebut di tutup. "Ayo kita makan sekarang, kalau kamu menyukainya, aku akan membawamu lagi kesini." Dia membujuk Raine, yang masih menatap ke arah pemandangan gedung di balik kaca.
Pada saat ini, aroma yang lezat menyeruak di udara ketika para pelayan menyajikan semua hidangan yang menarik, bau ini membuat perut Raine berbunyi.
Ini merupakan suara yang pelan tapi, Torak dapat mendengarnya dengan jelas.
"Aku harus memperhatikan makananmu sekarang." Torak berkata dengan sedikit kerutan di wajahnya, tapi Raine mengusap lengannya dan melambaikan tangannya seolah berkata kalau dia baik- baik saja.
Torak terus menerus membantu Raine selama makan mala mini, dia meletakkan sup asparagus di dalam mangkuk kecil untuk Raine dan mengupas kulit udang agar gadis itu dapat makan dengan mudah.
Terkadang Torak akan menyuapinya sampai setengah jam kemudian, Raine merasa kenyang dan puas. Dia menunjukkan perutnya yang gendut untuk menunjukkan kalau dia tidak dapat makan lagi, barulah Torak berhenti dan mendorong menjauh priing tersebut.
Ketika Torak pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangannya, Raine bermain dengan sisa- sisa garnish dan membuat dua kata di atas piringnya setelah itu dia menunjukkannya pada Torak saat dia kembali.
[Thx u]
Raine tersenyum dengan sangat manis ketika dia menunjukkan kata- kata ini pada Torak, tapi justru dia mengerutkan dahinya.
"Hanya terimakasih?" dia bertanya sambil duduk kembali disamping Raine, mengerucutkan bibirnya sambil meletakkan sikunya di atas meja dan menelengkan kepalanya. "Aku ingin lebih daripada hanya sekedar 'terimakasih'."