Tell me how to win your heart
For I haven't got a clue
But let me start by saying I love you
-Hello, by: Lionel Richie-
***
Torak tidak peduli dengan keinginan orang lain untuk menciptakan rumor apapun yang mereka inginkan. Yang Torak pedulikan saat ini adalah bahwa Raine yang gemetar ketakutan di dalam dekapannya dan dia tidak tahu apa yang menyebabkan semua ini.
Raine baik- baik saja ketika Torak meninggalkannya. Raine sedang tertidur dengan pulas, tidak menyadari sekitarnya yang membuat Torak begitu enggan meninggalkannya sendirian.
Raine bisa saja tertidur sepanjang hari dan Torak tidak akan pernah lelah untuk menatapnya.
Namun, situasi ini bukanlah pemandangan yang Torak bayangkan ketika dia melihat Raine lagi.
Raphael mengikut sang Alpha yang sepertinya tidak begitu peduli dengan banyak mata yang menatap dirnya tanpa berkedip dan rahang yang terbuka dengan tidak percaya.
Beberapa dari mereka mengenali Torak sebagai CEO yang berhati dingin, tapi sekarang dia membawa seorang gadis di dalam pelukannya dengan sangat protektif. Siapa gadis beruntung itu?
Mereka tidak bisa melihat Raine karena wajahnya tersembunyi di antara pundak dan leher Torak, tapi pilihan pakaian yang gadis itu kenakan sama sekali tidak cocok dengan yang Torak pakai.
Ini seperti Torak baru saja mengambil gadis ini dari suatu tempat yang kumuh.
Banyak dari mereka yang secara sembunyi- sembunyi mengambil gambar dari sebuah momen yang tidak akan terlupakan ini dengan kamera ponselnya, membuat barang bukti kalau apa yang mereka saksikan saat ini hanyalah sebuah ilusi.
Raphael sudah mengantisipasi ini sebelumnya dan telah membentuk perimeter untuk sang Alpha and Luna, tapi dia tidak bisa menangani mereka yang terlalu penasaran atau memberikan perintah bagi mereka untuk menutup mata supaya mereka tidak perlu menyaksikan pertunjukan romantis ini.
Akhirnya, Torak sampai ke kamar hotelnya, meninggalkan puluhan orang yang masih melongo dalam keheranan di belakangnya.
Torak menendang pintu agar menutup dan langsung berjalan menuju bathroom sementara Raine masih menolak untuk mengangkat wajahnya dari leher Torak, sebenarnya, tindakan Raine ini telah membuat Torak senang. Dengan cara ini, dia tahu kalau paling tidak, Raine tidak lagi terlalu takut padanya dan dirinya dapat memberikan kenyamanan pada Raine.
Torak mendudukkan Raine dengan hati- hati di pinggir Jacuzzi. Dia baru akan berdiri, tapi pelukan Raine di leher Torak justru mengencang, gadis itu tidak ingin melepaskannya.
"Kita harus membersihkan kakimu, my love…" Torak berbisik ke telinga Raine dan menunggu sampi Raine mau melepaskan pelukannya. Ketika hal itu tidak terjadi, Torak memberikan Raine pelukan lembut. "Aku akan disini dan tidak kemana- mana…"
Sebuah air mata meluncur turun di pipi Raine yang memerah ketika dia mendengar Torak berbicara padanya dengan sangat hati- hati. Sudah lama sekali sejak seseorang berbicara padanya dengan sangat baik dan membuat dirinya merasa berharga, tidak melihatnya seperti seorang remaja gila yang penuh delusi, yang berbicara omong kosong mengenai makhluk- makhluk ilusi.
Dengan perlahan, Raine melepaskan Torak, tapi tetap menundukkan kepalanya sambil menatap kakinya yang telanjang.
Raine dapat merasakan pergerakan Torak di sekitarnya dan saat dia kembali ke hadapan Raine, Torak berlutut di hadapannya, menggulung lengan bajunya dan dengan lembut membersihkan kaki Raine yang kotor dengan bidet shower.
Raine terkejut dan berusaha untuk menarik kakinya dari tangan Torak. Dia merasa tidak nyaman melihat Torak membersihkan kakinya.
Pria ini tidak perlu melakukan hal ini.
Tapi, Torak ingin memanjakan gadis paling berharga di hadapannya ini dengan cara yang paling baik yang bisa dia lakukan. Torak kembali memegang pergelangan kaki Rain dan menghentikan dirinya agar tidak menggerakkan kakinya, setelah itu, Torak kembali khusyuk dengan pekerjaannya.
Raine merasakan rasa menyengat ketika air jatuh di kakinya, sepertinya kaki Raine telah terluka ketika dia berlari dengan bertelanjang kaki.
Setelah Torak membersihkan kaki Raine, dia mengambil krim dan mengolesinya di atas luka Raine. "Jangan bergerak, tunggu disini sebentar." Torak berkata ketika dia berjalan ke wastafel dan mencuci tangan sebelum dia kembali ke hadapan Raine lagi.
"Lihat aku." Torak kembali berlutut di hadapan Raine.
Dengan sabar, dia menunggu hingga Raine mengangkat kepalanya dengan malu untuk melihat dirinya. Tidak dimatanya, Raine justru melihat telinga Torak.
Dengan tidak sadar, Torak menyelipkan helaian rambut Raine di belakang telinganya, menelusuri bentuk rahang Raine dengan jari jemarinya hingga ke pipinya yang memerah.
"You are very beautiful, my love…"