Xin Liao tidur sangat nyenyak tadi malam. Dia tidak tahu apa-apa, dan tiba-tiba dibangunkan oleh telepon asisten keesokan harinya.
Baru-baru ini, dia sedang sangat kesal. Apalagi jika harus dibangunkan setelah tidur nyenyak di malam hari.
Jadi dengan napas membara, dia mengangkat telepon itu dengan bentakan kejam.
"Apa yang membuatmu menelepon pagi-pagi sekali!"
"Presiden, ada kabar buruk, saham perusahaan merosot tajam, dan akan segera berhenti!"
Suara asisten di seberang telepon terdengar menangis.
"Apa?!"
Dengan amarah di dada, dia buru-buru menutup telepon, dan kemudian membuka perangkat lunak perusahaannya. Ia lalu menyaksikan data yang menurun tajam, dan kakinya yang lemas membuat tubuhnya langsung ambruk ke lantai.
Wajahnya yang memerah karena marah seketika berubah jadi pucat.
Pembuluh darah yang terlihat biru di dahinya juga seolah langsung meledak. Kepalanya terasa sangat berat dan pusing.