Kini, Bei Rongrong menangis tersedu.
"Mu Qianxun, aku tahu aku salah. Seharusnya aku tidak iri padamu. Seharusnya aku tidak menyenggolmu. Mu Qianxun, aku dibesarkan di pedesaan sejak kecil. Karena itu, aku belajar keras untuk bisa masuk ke sekolah yang ada di Ibukota. Aku ingin mengubah nasibku dan nasib keluargaku. Sedangkan kamu bukan orang miskin, bahkan mungkin kamu tidak akan pernah takut jatuh miskin. Tapi aku benar-benar sudah jera dengan kehidupanku yang serba kekurangan. Tidak bisakah kamu membiarkanku hidup?"