Kata-kata Ji Jinchuan yang menggantung membuat Chen Youran kebingungan. Setelah berpikir selama beberapa saat, dia tak kunjung mengerti arti dari ucapan itu.
Setelah Ji Jinchuan pergi, Chen Youran mengemas pakaian kotor miliknya dan memasukkannya ke dalam kantong kertas. Ketika dia membungkuk untuk mengambil kartu kunci kamar di atas meja teh, seluruh tubuhnya tiba-tiba membeku. Ada ponselnya di atas meja bersebelahan dengan kartu kunci kamar. Pria itu sedari tadi memandang ke arah sini, wajahnya pun menjadi pucat pasi. Apakah Gu Jinchen juga tahu ponselku ada disini? Batinnya.
Chen Youran berdiam diri di dalam kamar tamu dipenuhi dengan rasa gelisah selama beberapa saat. Bukannya kembali ke ruang perjamuan, dia malah naik lift menuju tempat parkir dan meminta Tuan Wang mengantarnya pulang terlebih dahulu. Begitu mobil dinyalakan, ponselnya berdering. Tertera serentetan angka tanpa nama di layar ponselnya. Dia tidak mengenal nomor itu atau dia memang sudah sangat hafal dengan nomor itu hingga tidak perlu menyimpannya.
Melihat sederet angka tersebut, Chen Youran tampak gelisah selama beberapa saat sebelum akhirnya menerima telepon itu. Walaupun sudah menerimanya, tetapi dia tidak berbicara sepatah kata pun. Kemudian, terdengar Gu Jinchen memanggil namanya dengan lembut dari seberang telepon, lalu bertanya, "Kamu dimana?"
Chen Youran memegangi kepalanya dengan satu tangan dan melihat lampu jalan yang tampak remang di luar jendela. Mungkin itu karena dia terlalu banyak minum sampanye, kini matanya sedikit linglung. "Di dalam mobil," jawabnya.
"Di dalam mobil?" Gu Jinchen kembali bertanya.
Lalu, Chen Youran pun menjelaskan, "Aku terlalu banyak minum sampanye. Aku merasa tidak enak badan, jadi aku pulang terlebih dulu, tolong sampaikan kepada kedua orang tuaku dan kakekku."
"Baiklah, berikan ponselmu kepada Paman Wang dan biarkan dia berbicara denganku," perintah Gu Jinchen.
Chen Youran mengetahui bahwa niat Gu Jinchen menyuruhnya memberikan ponselnya kepada Tuan Wang adalah untuk memastikan dirinya berbohong atau tidak. Dia pun menyerahkan ponselnya kepada Tuan Wang.
Sopirnya itu pun menyetir dengan menggunakkan satu tangan, sementara tangan satunya melihat layar ponsel miliknya. Di sana hanya tertera serentetan angka, jadi dia tidak mengetahui itu siapa yang berada di seberang telepon. Dia merasa ragu-ragu, namun tetap menempelkan ponsel ke telinganya dan berkata, "Halo?"
Entah apa yang dikatakan Gu Jinchen di seberang telepon, tetapi terlihat Tuan Wang mendengarkan dengan tenang. Setelah lebih satu menit hanya mendengarkan, dia berkata dengan sopan, "Baiklah, Tuan Gu, aku masih mengingatnya. Aku sudah mengemudi sebagai sopir keluarga Chen selama lebih dari sepuluh tahun. Kamu bisa memercayai diriku." Dia kemudian menutup telepon dan mengembalikan ponsel ke Chen Youran.
Chen Youran mengambil ponselnya, dia penasaran dengan apa yang dikatakan Gu Jinchen. Akhirnya dia memutuskan untuk bertanya kepada Tuan Wang, "Apa yang dia katakan?"
"Tuan Gu mengatakan kepadaku berulang kali bahwa aku harus berhati-hati ketika mengemudi di malam hari. Dia juga memintaku ketika tiba di rumah untuk menyampaikan kepada Bibi Zhang agar memasak semangkuk sup Jieju untukmu, dia mengatakan ini adalah makanan favoritmu," tutur Tuan Wang menjelaskan. Dia berhenti sejenak, kemudian melanjutkan perkataannya, "Nona Tertua sangat beruntung menikah dengan Tuan Gu."
Chen Youran menarik napas panjang, seolah tidak sengaja dia bertanya, "Apakah dia benar-benar baik?"
"Tuan Gu adalah pria yang baik. Dia tidak hanya terkenal, namun juga bermartabat. Di Kota A, tidak terhitung berapa wanita yang mengaguminya dan ingin menjadikannya suami. Akan tetapi, Tuan Gu mengabaikan mereka semua dan berkata tidak ada wanita lain selain Nona Tertua. Perasaan di antara keduanya sudah seperti lem," terang Tuan Wang.
Ketika mendengar kata 'seperti lem', hati Chen Youran seolah tertusuk oleh benda tajam. Namun, Tuan Wang tidak menyadari wajahnya semakin pucat pasi. Pria tua itu terus berceloteh, "Ketika Nona Tertua sedang hamil, Tuan Gu selalu menghiburnya hingga larut malam. Dia takut Nona Tertua akan stres memikirkan kehamilannya. Lalu, ketika Nona Tertua dikirim ke luar negeri untuk melahirkan, dia meluangkan waktu untuk mengunjunginya." Seolah belum cukup, dia mengatakan, "Nona Tertua menikah dengan orang yang tepat…"
Chen Youran mendengarkan cerita Tuan Wang dengan tenang sembari memandang ke arah pepohonan hijau di sisi jalan yang dihiasi dengan lampu berwarna warni. Lampu itu menyala warna merah dan hijau secara bergantian, tampak berkelap-kelip, kemudian secara bertahap hanya menjadi titik hitam.
Melihat bahwa Chen Youran diam sepanjang waktu, Tuan Wang menyadari ada sesuatu yang salah. Dia memeriksa ke belakang lewat kaca spion dan berpikir bahwa dirinya sudah banyak bicara. Kemudian dia tersenyum dan berkata, "Di masa depan, Nona Kedua pasti akan menikah dengan pria sebaik Tuan Gu."