Nyonya An menatap Chen Youran dengan sedikit terkejut, tatapan matanya menunjukkan kebingungan. Apakah aku ketinggalan berita? Batinnya. Dia belum pernah mendengar bahwa keluarga Chen memiliki anak perempuan selain Chen Shuna.
Nyonya Chen menyentuh Nyonya An dengan sikunya. Dia pun akhirnya tersadar dari lamunannya, lalu tertawa dan berkata, "Nona Chen sangat cantik, apakah dia masih sekolah?"
Chen Youran memiliki kulit putih dan lembut, pipi yang halus dan tirus, serta mata hitam dan sangat jernih. Orang yang tidak mengenalnya akan mengira dia adalah seorang mahasiswi yang belum masuk ke lingkungan masyarakat sosial.
"Youran sudah lulus dari sekolah. Dia berada di luar negeri selama beberapa tahun dan baru kembali ke Cina setengah bulan yang lalu. Jadi, kalian mungkin belum pernah bertemu dengannya," jawab Chen Shuna sambil melemparkan senyuman.
Setelah mendengar penjelasan Chen Shuna, Nyonya Chen dan Nyonya An memuji penampilan luar dan dalam Chen Youran. Sementara wajah gadis itu terus menampakkan senyum sepanjang waktu. Ketika dia tidak tahu kata apa yang sekiranya pantas untuk merespons, dia hanya berkata, "Terima kasih."
Saat Chen Shuna berniat membawa Chen Youran untuk bertemu dengan beberapa orang yang lain, tiba-tiba ada kebisingan di ruang perjamuan. Semua orang melihat sekeliling mereka. Tampak pria berjas dan bersepatu kulit memasuki ruang perjamuan. Dia memiliki wajah yang tampan serta tampak elegan dan bermartabat. Dan alisnya yang samar, tidak bisa diabaikan.
Kehadiran pria itu seolah menambah warna dalam pesta. Saat itu, seseorang segera menyambutnya dan berjabat tangan dengannya. Meskipun ada senyum di bibirnya, namun ekspresi wajahnya tampak dingin, tidak hangat dan tidak bersahabat.
Tiba-tiba, Chen Yaoting datang ke ruang perjamuan. Melihat ayahnya, Chen Shuna dan Chen Youran menyapanya pada saat bersamaan. Pria tua itu mengangguk, menatap Chen Youran dan mengangkat tangannya sedikit seolah mengisyaratkan anaknya itu untuk ikut dengannya. Sementara Chen Youran yang melihatnya tertegun selama beberapa saat sebelum akhirnya mengerti apa arti gerakan tangan ayahnya.
Chen Yaoting mengangkat tangan Chen Youran dan meletakkannya di lengannya. Dia menuntun putri bungsunya berjalan melewati kerumunan menuju ke arah Ji Jinchuan yang sedang menyapa orang lain. Dia mendekat dan berkata sembari tersenyum, "Presiden Ji, suatu kehormatan bagi keluarga kami, Anda datang ke acara ini."
"Tidak masalah, Tuan Chen," jawab Ji Jinchuan dengan senyum yang dangkal. Kemudian dia menatap Chen Youran yang menggandeng lengan Chen Yaoting dan mencibir, "Tuan Chen, apa Anda tidak takut Nyonya Chen akan marah saat dia mengetahui Anda membawa gadis cantik ke pesta ulang tahun Kakek Chen hari ini?"
Mendengar hal itu, Chen Youran sungguh tidak menyangka Ji Jinchuan akan bercanda.
Sedangkan Chen Yaoting menanggapinya dengan tersenyum dan berkata, "Ini putri bungsu saya, namanya Chen Youran." Kemudian dia berganti mengenalkan Ji Jinchuan kepada putrinya, "Youran, ini Presiden Ji."
Karena Ji Jinchuan pura-pura tidak mengenal satu sama lain, Chen Youran memilih tidak akan bersikap bodoh untuk mengatakan bahwa mereka saling mengenal. Sikap pura-pura pria itu juga merupakan suatu hal yang diharapkan olehnya. Dia pun menyapa pria itu sambil tersenyum, "Presiden Ji."
Ji Jinchuan mengangguk pelan dan melihat Chen Youran dibawa ayahnya untuk menyapa beberapa orang yang lain. Saat ini, ada banyak anak dari keluarga kaya dan terkenal. Jadi, Chen Yaoting tanpa lelah membawa anak bungsunya ke sana kemari di antara kerumunan untuk mengenal dan bertemu beberapa orang.
Di sisi lain, Gu Jinchen yang sedang mengobrol dengan orang lain tampak sedikit linglung. Matanya terus mencari keberadaan sosok Chen Youran. Bahkan, dia tidak mendengarkan pembicaraan orang-orang yang ada di depannya dengan cermat. Dia terus menggoyangkan gelas sampanye, menunjukkan kegelisahannya.
Setelah berkeliling dan bertemu beberapa orang di lingkaran itu, senyum Chen Youran perlahan-lahan membeku. Chen Yaoting tampaknya memperhatikan suasana hati putri bungsunya dan tidak memaksanya untuk bertemu dengan orang lain lagi. Dia pun menggunakan kesempatan ini untuk pergi ke kamar mandi.
Gu Jinchen yang melihat Chen Youran menuju kamar mandi langsung berpamitan kepada orang-orang yang sedari tadi mengobrol dengannya. Dia meletakkan gelas sampanye di nampan pelayan yang lewat di depannya dan keluar dari ruang perjamuan.
Saat Chen Youran keluar dari kamar mandi, dia bertemu dengan Gu Jinchen di sudut ruangan. Pria itu bersandar di dinding dengan satu tangan dimasukkan ke dalam sakunya dan tangan lainnya memainkan korek api. Terdengar suara 'tek' dan api dari korek itu pun menyala, menampakkan cahaya biru yang redup.