Chereads / Selamat Tinggal Cinta Pertamaku / Chapter 23 - Pria Lebih Inisiatif

Chapter 23 - Pria Lebih Inisiatif

Meskipun Gu Jinchen menundukkan kepalanya, dia masih bisa melihat bayangan yang tercetak di lantai yang terang dan bersih. Dia menatap bayangan itu, tangannya mengendur dan korek api dimatikan. Dia berdiri tegak dan memasukkan kembali korek api ke dalam saku celananya.

Posisi Chen Youran tidak begitu dekat dengan Gu Jinchen, dia menatapnya dari jauh. Pria itu perlahan-lahan berjalan mendekatinya sehingga tatapan matanya yang akrab semakin mendekat kepadanya. Dia merasa seluruh tubuhnya seolah terkena mantra sihir, kaku dan tidak bisa digerakkan sama sekali. Dia mengepalkan kedua tangan yang berada di kedua sisi tubuhnya.

Gu Jinchen lebih dekat dan lebih dekat lagi. Matanya memantulkan tatapan yang gelap. Akan tetapi, dia tidak berhenti di depan Chen Youran, sebaliknya dia malah melewati gadis itu. Setelah dua langkah melewatinya, dia pun menghentikan langkahnya. Mereka berdua berdiri saling memunggungi dengan jarak kurang lebih satu meter.

"He Jiashan adalah seorang playboy. Dia sering keluar masuk tempat hiburan. Jangan berhubungan dengannya," kata Gu Jinchen. Suaranya sangat pelan, tetapi di koridor yang sepi, Chen Youran dapat mendengar suara itu dengan jelas.

Sebelum Chen Youran pergi ke kamar mandi, Chen Yaoting, membawanya berkenalan dengan He Jiashan dan ayahnya. Tetapi tanpa diingatkan oleh Gu Jinchen, dia sebenarnya sudah bisa menebak bahwa He Jiashan bukanlah lelaki yang baik, dia selalu berbicara dengan kalimat retoris.

"Ini urusanku dan tidak ada hubungannya denganmu." Chen Youran memperingatkan Gu Jinchen dan pergi dengan menghentakkan sepatu hak tingginya sebelum pria itu menjawab.

Chen Youran pun kembali ke ruang perjamuan. Saat ini, sudah waktunya untuk pesta dansa. Dia perlu mengambil hidangan di ruang makan dan memakan sesuatu untuk mengganjal perutnya yang lapar. Dia tidak tahu sejak kapan Chen Yaoting berdiri di belakangnya, tiba-tiba saja terdengar ayahnya berkata, "Ajak Presiden Ji untuk berdansa."

Bukankah seharusnya pria yang mengambil inisiatif lebih dulu? Pikir Chen Youran. Tetapi dia tidak bisa membantah dan hanya menuruti perintah ayahnya begitu saja. Dia berjalan menghampiri Ji Jinchuan yang sedang berada di ruang makan dengan segelas sampanye di tangannya. Banyak wanita kaya terkenal kelas atas yang mendatanginya untuk mengobrol atau mengajaknya berdansa. Namun, sikapnya yang dingin membuat para wanita pergi dengan canggung.

Chen Yaoting terus melihat putri bungsunya yang berjalan melewati kerumunan menuju Ji Jinchuan.

"Tuan Ji, bolehkan aku mengajak kamu ke pesta dansa?" 

Ji Jinchuan menatap pemilik suara itu. Gadis itu mengenakan gaun strapless berwarna kuning lembut. Kulit aslinya yang sudah putih tampak lebih putih lagi, menjadi seputih giok. Rambut keritingnya yang terlihat seperti rumput laut sangat rapi, semuanya ditarik ke belakang. Dia mengenakan riasan wajah yang sangat lembut dan halus dengan lipgloss madu yang menghiasi bibir kecilnya. Di bawah cahaya terang lampu, dia tampak bersinar. Matanya yang jernih berkilau tampak seperti bintang-bintang di langit.

Ji Jinchuan menggoyangkan pelan gelas sampanye yang ada di tangannya dan memandangi Chen Yaoting yang tampak memerhatikan dari jauh. Ada senyum tipis di wajah tampannya. Dia berkata, "Pada saat seperti ini, bukankah seharusnya pria yang mengambil inisiatif."

Ji Jinchuan meletakkan gelas sampanye di tangannya, bangkit dari duduknya dan mengulurkan tangan. Chen Yaoran meletakkan telapak tangannya di atas tangan pria itu dan membawanya ke lantai dansa.

Sementara Gu Jinchen yang kembali ke ruang perjamuan setelah dari kamar mandi melihat sepasang manusia yang sedang berdansa di antara kerumunan. Sang pria mengenakan setelan dan sepatu yang serasi, membuatnya tampak gagah. Lalu sang wanita terlihat sangat cantik dan mempesona. Keduanya menjadi pemandangan yang indah di pesta itu.

"Lompatan yang bagus. Dari siapa kamu belajar?" Mata Ji Jinchuan sedikit menyipit melihat keterampilan menari Chen Youran yang di luar dugaan.

Senyum di wajah Chen Youran tampak sedikit kaku, tetapi ekspresi wajahnya menunjukkan kegembiraan. Dia teringat kata-kata seseorang yang dulu sering mengomelinya karena dia tidak bisa berdansa.

Youran, tubuhmu sangat berat, kamu menginjak kakiku lagi! Youran, kamu bodoh! Tidak bisakah kamu membedakan antara kanan dan kirimu!

Chen Youran! Jika kamu tidak berusaha dengan keras untuk belajar, bagaimana kamu bisa menemaniku ke pesta ulang tahun temanku? Ketika aku mulai bekerja nanti kamu akan menemaniku ke berbagai jenis jamuan makan. Apakah kamu ingin aku membawa wanita lain?

Segala perkataan buruk itu seolah sudah tertanam di lubuk hati Chen Yoran, tidak bisa terhapus dari ingatannya.