Mu Chuqing menggandeng tangan Gu Yian dengan erat, lalu beberapa saat kemudian dia menarik kembali pandangan matanya dengan acuh tak acuh. Dia memalingkan tatapan matanya ke pria yang ada di sisinya. Sementara Sheng Yuchen menatap Mu Chuqing dengan penuh kemarahan hingga rahangnya mengeras.
Mu Chuqing tiba-tiba tersenyum. Dia berpikir bahwa sepertinya kehadirannya malam ini cukup sukses. Gu Yian sendiri tengah menyapu sekeliling ruang perjamuan dengan ringan, namun sepertinya dia tidak menemukan orang yang dicarinya. Dia pun menundukkan kepalanya dan mengatakan sesuatu di telinga Mu Chuqing. Wanita itu tersenyum dengan sangat bahagia, lalu menganggukkan kepalanya, kemudian perlahan berjalan menuju ke arah Sheng Yuchen dan Chang Chu dengan menggandeng tangannya.
Sheng Yuchen melihat Mu Chuqing datang ke arahnya dengan anggun dan percaya diri. Wanita itu sangat cantik, mulia dan mewah. Dia tidak pernah berpikir bahwa wanita yang dulu begitu suci dan polos, yang sering bermanja-manjaan padanya ternyata berubah begitu dewasa, cantik dan menawan. Dia menyipitkan matanya, sementara sudut bibirnya sedikit naik ke atas, terdapat suatu bayangan gelap yang mengalir di mata itu.
Keempat orang itu pun saling bertatapan.
Bibir Gu Yian menampakkan senyuman, lalu dia memberikan hadiah yang ada di tangannya kepada Sheng Yucheng. "Kami tidak menemukan bibi, jadi Yuchen kamu tolong terima hadiah ini," katanya dengan suara yang selembut air.
Sheng Yuchen menaikan alisnya dan menganggukan kepalanya, kemudian seorang pelayan langsung mengambil hadiah tersebut.
Gu Yian tersenyum kepada Sheng Yuchen dan menjulurkan tangannya sambil berkata, "Aku mengucapkan selamat terlebih dahulu kepadamu karena akan segera menikahi… Wanita baik. Selamat kepada kalian berdua, semoga bahagia hingga kakek nenek."
Mata Sheng Yuchen terlihat cerah menatap pria yang pernah menjadi sahabat baiknya itu. Dmi wanita yang sekarang berada di sisinya saat ini, Gu Yian sudah tiga tahun tidak berbicara dengannya. Dia masih ingat kata-kata terakhir tiga tahun yang lalu, sahabatnya itu mengatakan bahwa dirinya pasti akan menyesal sampai tahap sangat menyakitkan. Saat itu dia merasa sangat konyol, tetapi sekarang kalau diingat-ingat lagi, sepertinya tidak ada yang berubah.
Aku, Sheng Yuchen, mana mungkin akan menyesal, batin Sheng Yuchen.
"Terima kasih, tetapi… Terlalu cepat," ujar Sheng Yuchen sambil membalas jabatan tangan Gu Yian. Selesai berkata, tanpa disadari matanya menatap wajah Mu Chuqing yang kelihatan cantik.
Alis Mu Chuqing bergerak, dia memindahkan tatapannya kepada Chang Chu yang berada di sisi Sheng Yuchen. "Selamat ya, akhirnya harapanmu menjadi kenyataan."
Chang Chu tersenyum dengan bahagia, dagunya diangkat tinggi, lalu dengan nada sombong dia berkata, "Terima kasih atas doamu."
Mu Chuqing yang tidak ingin membuat keributan menurunkan dagunya dan tersenyum. "Tidak perlu berterima kasih, terkadang beberapa kata hanyalah basa-basi. Jadi, jangan terlalu dianggap serius." Dia menatap Chang Chu dengan acuh tak acuh, dari kata-katanya terdengar nada cibiran.
Mendengar hal itu, wajah Chang Chu berubah menjadi hijau, dia lalu membelalakan mata menatap Mu Chuqing dengan penuh kebencian. Dia melihat ke atas menatap Sheng Yuchen, tapi tatapan calon suaminya itu jatuh pada Mu Chuqing. Tatapannya tampak dalam kepada wanita itu. Dia menggigit bibirnya, lalu mengguncang lengan pria itu dengan lembut dan berseru dengan suara rendah, "Chen…"
Alis Mu Chuqing bergerak dan bibirnya menyunggingkan senyuman, terlihat semuanya sesuai dengan prediksinya.
Melihat keadaan ini, Sheng Yuchen mengerutkan alisnya dan menundukan kepala menatap Chang Chu. Dia melihat wanita yang ada di sisinya tengah menatap dirinya dengan cemberut. Dan saat ini, kebetulan pelayan berjalan ke arah mereka berempat sambil membawa nampan berisi empat gelas anggur.
Gu Yian pun mengambil segelas anggur merah dan memberikannya kepada Mu Chuqing, sementara Sheng Yuchen memberikannya kepada Chang Chu. Hati Chang Chu sedikit tidak senang, tetapi dirinya tetap mengambil gelas berisi anggur yang diberikan calon suaminya kepadanya.
Keempat orang itu kemudian mengangkat dan membenturkan pelan gelas mereka dalam gerakan yang sangat biasa ini. Namun, tiba-tiba terjadi hal yang tidak terduga.