Mo Yesi bisa melakukan apapun, selama Qiao Mianmian berhenti menangis. Air mata Qiao Mianmian seperti serpihan kaca yang menggores hatinya, hingga membuatnya sangat menderita.
Qiao Mianmian mengangkat mata yang merah dan bengkak karena menangis, akhirnya menatap Mo Yesi lurus, tetapi pandangannya masih dingin dan asing. "Mo Yesi, apakah kau pikir aku marah padamu karena hal ini?"
Mo Yesi tercengang. "... Bukan karena hal ini? Lalu?"
"Mo Yesi, apakah kamu pikir aku marah padamu?"
Qiao Mianmian mengambil napas dalam-dalam dan menyeka air matanya. Ia menatap Mo Yesi dan berpikir sejenak sebelum ia berkata, "Memang ada sedikit kaitannya dengan masalah ini, tapi bukan sepenuhnya karena hal ini. Mo Yesi, apakah kau tahu jika seseorang terlalu egois dan tidak memedulikan perasaan orang lain, maka hidup ersama dengan orang seperti itu akan sangat melelahkan?"
Mo Yesi mengencangkan bibirnya.