Darah merah di depan Mo Yesi ikut menghilang sedikit. Dalam kegelapan, cahaya perlahan menyala.
Ketika Mo Yesi membuka matanya, ia melihat Qiao Mianmian yang menatapnya dengan cemas.
"Kau sudah bangun," Qiao Mianmian mengulurkan tangannya untuk menyeka keringat dingin di dahi Mo Yesi. Ia mengerutkan kening dan matanya penuh kekhawatiran.
"Apa yang kau impikan? Aku memanggilmu beberapa kali, tapi kau tidak bangun," Qiao Mianmian menekan dadanya dengan satu tangan dan bergumam, "Itu membuatku ketakutan."
Qiao Mianmian baru saja benar-benar ketakutan. Karena ia haus, ia segera bangun dan menyalakan lampu karena hendak mengambil air. Namun, ia malah melihat Mo Yesi berkeringat deras dengan ekspresi sedih.