Adanya Gu Yu di dekatnya masih membuat kebingungannya bertambah parah. Xu Weilai masih tidak percaya dengan keadaannya saat ini.
Memastikan dirinya salah lihat, Xu Weilai pun mengucek matanya. Tapi Gu Yu masih terlihat tepat di depan matanya. Xu Weilai mencoba memejamkan mata lalu membukanya lagi. Sosok itu masih tetap ada dan tetap terlentang di sebelahnya.
Awal-awal sewaktu masih di luar negeri, sebenarnya Xu Weilai juga selalu memimpikan Gu Yu. Tapi setiap bermimpi tentang Gu Yu, Gu Yu selalu terasa sedingin es. Pria itu tampak angkuh, selalu menghinanya, merendahkannya, dan bahkan membuatnya sedih.
Kemudian, karena mungkin sudah tidak mengharapkan Gu Yu lagi, perlahan-lahan Gu Yu pun hilang dari mimpinya.
Malam ini, Xu Weilai memimpikannya lagi. Mungkin karena mabuk, ia jadi tidak bisa mengontrol perasaannya, sehingga malam ini Gu Yu hadir di mimpinya lagi.
Beruntungnya, kali ini Gu Yu tidak terlihat dingin dan kejam, jadi ia bisa melihat Gu Yu dengan perasaan baik kali ini.
Xu Weilai dengan sadar semakin mendekati wajah Gu Yu. Tatapannya terpaku pada ketampanan wajah lelaki itu. Perlahan, Xu Weilai mengulurkan tanganya, jemarinya membelai lembut alis tegas Gu Yu.
Dari alis itu, jemarinya berpindah ke mata, hidung, bibir, hingga pipinya. Semua itu sudah disentuh Xu Weilai bagaikan menyentuh kaca yang harus disentuh dengan lembut agar tidak membuatnya pecah.
Akhirnya gadis ini dapat memimpikan Gu Yu dengan sangat indah. Rasanya, ia tidak ingin bangun.
Apakah karena Xu Weilai sangat merindukan Gu Yu? Kenapa terasa sangat nyata? Jarinya seperti bisa merasakan suhu, bahkan juga bisa merasakan hangatnya napas Gu Yu.
Penasaran dengan ini, Xu Weilai pun mendekatkan wajahnya ke wajah Gu Yu. Dengan penasaran ia ingin memastikannya dengan rinci kenyataan ini nyata atau mimpi belaka. Saat wajah mereka berdekatan, mata Gu Yu tiba-tiba terbuka.
Pupilnya yang berwarna seperti tinta hitam, tampak sangat hitam dan tebal. Ketajaman tatapan itu menggetarkan Xu Weilai dan membekukan tubuhnya.
Aksi saling tatap ini seperti berhasil menghentikan perputaran waktu dunia ini.
Namun dengan secepat kilat, tatapan Gu Yu meleleh seperti es batu yang bertemu lahar gunung. Pandangan juga terlihat sedang kebingungan, dan bercampur dengan perasaan milik Xu Weilai yang sulit dipahami.
Xu Weilai bingung. Ia kira mimpi ini akan seperti mimpi-mimpi sebelumnya, dimana akhirnya Gu Yu akan bersikap dingin. Tapi sekarang, sepertinya akan berjalan berbeda.
Saat ini pikiran Xu Weilai masih terasa kacau, ia tidak bisa mendeskripsikan situasi ini. Gadis ini pun tidak punya waktu untuk bergerak, ia masih tetap mendekat dan menyentuh wajah Gu Yu.
Napas keduanya pun bercampur dalam jarak dekat ini, pandangan Gu Yu pun juga semakin dalam. Lama-lama, ia menghela napas sangat dalam dan setengah sadar. Lelaki ini langsung memeluk pinggang Xu Weilai yang ramping. Dengan sekali gerakan, membuat gadis itu bergeser masuk dalam pelukannya.
Tubuh Xu Weilai seketika terasa panas, tubuh Gu Yu pun juga sama panasnya. Panas itu menambah kebingungan Xu Weilai yang dari awal masih linglung dengan keadaan ini, membuatnya lupa akan perjuangan menjauhi Gu Yu.
Wajah Gu Yu terpampang jelas di depan mata Xu Weilai. Detik berikutnya, Gu Yu menutup bibir gadis itu.
Mata Xu Weilai langsung terbelalak, dan ingin sekali mendorongnya. Sayangnya ia merasa canggung. Gadis ini pun juga masih tidak bertenaga karena mabuk dan hanya ingin memasukkan momen ini ke dalam mimpinya. Akhirnya, dengan perlahan Xu Weilai memejamkan mata dan merangkul leher Gu Yu.
Dalam posisi keduanya yang saling menempel rapat, Gu Yu tidak bertindak seperti pria yang lembut. Gu Yu adalah sosok lelaki yang tidak sabaran dan brutal. Bahkan saat ini semua pakaian Xu Weilai mungkin mampu dilepas langsung olehnya.
Selanjutnya, Gu Yu menindih tubuh Xu Weilai. Ia menjamah tubuh itu secara serampangan. Xu Weilai sampai merasa kesakitan, namun tidak bisa menandingi kekuatan pria ini. Ia hanya pasrah membiarkan tubuhnya dilahap habis oleh pria ini.
Jelas-jelas ini mimpi, tapi kenapa bisa sesakit ini?
Entah sudah berapa lama, akhirnya Xu Weilai merasa tubuh besar yang menimpa di atas tubuhnya itu sudah pergi. Ia ingin membuka matanya lebar-lebar. Sayangnya Xu Weilai sudah tidak ada tenaga, ia hanya bisa terlelap di ranjang itu.