Setelah mengalami kejadian semalam, Xu Weilai benar-benar menganggap kesadarannya semalam seperti mimpi sebelum-sebelumnya. Ia percaya bahwa adegan bercinta dengan Gu Yu itu tidak nyata. Pada akhirnya pagi pun tiba dan ia segera bangun.
Xu Weilai terbangun lagi dalam keadaan kepala yang terasa sakit seperti tertusuk oleh sesuatu. Tubuhnya pun juga terasa berat untuk digerakkan. Ketika ingin beranjak dari tempat tidur, ia dengan sembrono membangkitkan tubuhnya. Akibat tidak berhati-hati, ia mengerang kesakitan dan memutuskan untuk berbaring kembali.
Tangan Xu Weilai tiba-tiba menyentuh sesuatu yang hangat, sehingga ia menoleh ke ke benda yang hangat tersebut. Ternyata sesuatu itu adalah lelaki yang pandangannya mampu menembus Xu Weilai.
Xu Weilai tidak percaya dengan pemandangan yang dilihatnya. Selain seorang lelaki, ia juga melihat sprei ini berantakan dan beberapa potongan baju berserakan di lantai dan tempat tidur. Hal itu membuat Xu Weilai kaget dan membuatnya terdiam kaku. Selain itu, tangannya juga ikut mendingin dalam ruangan yang bersuhu normal ini.
'Berarti kejadian kemarin malam... bukanlah mimpi... tapi kenyataan.' Ungkap Xu Weilai dalam hati.
Padahal yang mampu diingat Xu Weilai hanyalah dirinya terasa sangat mabuk di restoran tempat pertemuan dengan Xu Shuai. Mengapa dirinya tiba-tiba ada di tempat ini dan... melakukan hal itu lagi bersama Gu Yu?
Xu Welai jadi merasa malu dan menutup kepalanya saat mengingat kembali kejadian semalam. Kejadian yang bisa ia ingat hanyalah saat keluar dari ruang makan di restoran. Pada saat itu ia menabrak seseorang dengan tidak sengaja. Sayangnya, ia tidak tahu orang yang ditabraknya itu. Setelah kejadian itu, ia tidak ingat apapun.
Jangan-jangan, orang yang ditabraknya kemarin adalah Gu Yu? Lalu ia membawanya kemari?
Tidak mungkin. Kalau orang yang Xu Weilai tabrak adalah Gu Yu, kejadian yang ada justru pria ini hanya akan membiarkannya saja terbaring di lantai restoran. Selain itu, tidak mungkin juga Gu Yu membawanya kemari dan semakin tidak mungkin bila menaruh tubuhnya satu ranjang dengannya...
Lalu, bagaimana ini bisa terjadi?
Xu Welai benar-benar bingung dan tidak mampu berpikir jernih lebih dari ini. Hal yang membuatnya gelisah adalah dirinya tidak boleh terlalu lama berada di sini. Xu Weilai harus segera pergi dari sini, harus meninggalkan tempat ini!
Masih dalam keadaan kesakitan, Xu Weilai menggertakkan gigi menahan tubuhnya yang terasa sakit sambil perlahan turun dari ranjang. Tangannya terasa bergetar saat bergegas mengambil dan memakai pakaiannya.
Namun tangannya yang gemetar hebat ini bukan karena takut, melainkan perasaannya yang sedang gugup. Tangannya yang gemetaran ini juga membuatnya memakan waktu lebih lama untuk mengenakan pakaiannya.
Tiba-tiba terdengar ketukan yang berasal dari pintu dan disusul dengan suara panggilan dari seseorang pelayan, "Tuan Muda, Anda sudah bangun?"
Xu Weilai mengenal suara itu. Ia ingat, itu suara pelayan keluarga Gu, Lin Sao.
Ia menghentikan tanganya dan melihat sekitar ruangan. Jantungnya berdetak semakin cepat sekarang. Baru saja ia terlalu takut dan gugup karena di sebelahnya Gu Yu masih tertidur dengan pulas. Gawatnya lagi ia juga baru menyadari bahwa dirinya sudah ada di kediaman keluarga Gu. Hal itu berarti Xu Weilai ada di kamar pribadi Gu Yu.
Berarti, bukan hanya Lin Sao yang berada di sini, tapi juga Kakek Gu!
Saat memikirkan hal itu, tiba-tiba terdengar suara Kakek Gu, "Hei anak badung, belum bangun kau? Hari sudah hampir siang. Buka pintunya, aku mau membangunkannya!"
Firasat tidak enak pun seketika muncul dari hati Xu Weilai. Untungnya ia sudah memakai semua bajunya dan segera beranjak untuk sembunyi di dalam lemari.
Namun ketika berlari menuju lemari, sebuah pakaian yang terjatuh di lantai menjerat kakinya, tubuhnya pun seketika terpeleset jatuh di atas tubuh Gu Yu!
Mungkin akibat dari ketukan pintu yang berisik dan Xu Weilai yang terpeleset jatuh di atas tubuhnya, Gu Yu akhirnya sadar dan membuka mata.
Alhasil, mereka pun saling menatap dalam kondisi yang tidak terduga. Posisi ini juga membuat Xu Weilai panik. Gu Yu yang awalnya belum sepenuhnya sadar, namun sedetik berikutnya, pandangannya langsung berubah menjadi dingin.
Bersamaan dengan itu, pintu kamar Gu Yu pun terbuka. Kakek Gu berjalan menggunakan tongkat dan memegangi bahu Lin Sao untuk menghampiri mereka berdua.
"Oh tidak! Kalian... kalian... kalian... " Kakek Gu kaget melihat mereka berdua, sampai hanya bisa mengucapkan tiga kata lantaran tidak tahu harus mendeskripsikan posisi cucu dan perempuan di atasnya.
Lin Sao melebarkan mata menatap akting Kakek Gu yang berlebihan. Ia mengejek akting itu dalam hati, tapi akhirnya ia pun juga ikut berakting, "Tuan Muda, Nona Weilai, bagaimana kalian bisa... tidur bersama?"