Chereads / Red Glove / Chapter 11 - 11. Rencana

Chapter 11 - 11. Rencana

Lyra melihat kearah Pablo yang masih menggunakan seragam sekolah dengan kacamata frame hitamnya. Memang benar banyak hal yang ingin Lyra tanyakan pada Pablo terutama yang terjadi tadi sore saat di restoran, hal yang dia lakukan pada Haris membuatnya sangat bertanda tanya. Karena itu,

"Ada yang ingin ku tanyakan pada mu."

Mendengar itu Pablo tersenyum dan mengeluarkan laptop dari tasnya, dan kakaknya Dylan tak memperdulikan apa yang akan dilakukan Pablo. Lyra lalu duduk disebelahnya sambil memperhatikan apa yang sedang dilakukannya.

"Aku disini ingin bekerja sama dengan mu Lyra. Aku telah mengatur rencana penangkapan pelaku yang telah membunuh teman sekelasmu. Sebenarnya bisa saja aku sendiri yang menangkapnya, namun jika aku kelewatan maka bisa saja aku membunuhnya dan bukan menangkapnya." Jelas Pablo yang mulai mencari suatu file dilaptopnya.

"Apa maksudmu?"

"Aku seorang yang jenius, namun sayang sisi lain ku adalah psikopat. Saat umurku 9 tahun, aku menghabisi 3 perampok yang merampok rumahku, lalu kepala pelayan dirumahku, dan ayahku, semua ku bunuh dengan tangan ini. Saat kau membunuh perasaan pertama yang kau dapatkan adalah rasa takut, lalu kegilaan mulai menyerang pikiran mu saat itu juga. Kegilaan itu bisa membuatmu menjadi menyesal atas apa yang diperbuat dan penyesalan itu bisa membuatmu depresi, bahkan dalam beberpa kasus mereka melakukan bunuh diri karena ketakutan. Kegilan ini juga bisa membuat mu menjadi mesin pembunuh, rasa ingin membunuh kembali terkadang terlintas, dan aku pernah mencelakaan orang lain karena aku tak bisa menahannya." Pablo terhenti sejenak. "Karena itu aku tak ingin menangkapnya, karena jika aku maka dia tak akan mendapat ganjaran yang setimpal." Lanjutnya lalu memperlihatkan sebuah file yang menunjukan foto foto barang bukti, korban dan laporan kejadian menurut saksi dan lain lain, yang membuat Lyra menjadi sangat kaget dengan apa yang dia lihatnya.

"Kapan aku harus menangkapnya?" Tanya Lyra yang melihat semuanya satu persatu, dan saat dia melihat salah satu foto, Lyra tiba tiba menangis sambil menutup mulutnya. Foto yang dia lihat adalah foto sahabatnya yang merupakan korban pertama dari kasus ini.

"Saat pekan orahraga dan seni berakhir." Jawab Pablo yang tak ingin melihat Lyra yang saat ini menangis tampa suara karena dia menutup mulutnya agar tak menjerit, namun jeritan itu sangat terasa oleh Pablo yang ada disebelahnya. "Maukah kau melakukannya?"

.....

Jumat, 5 Desember

>Rumah Lyra, pukul 06.07

Matahari pagi ini nampak tak mengeluarkan sinarnya, karena cuaca hari ini cukup mendung ditambah, udara dingin yang terasa memasuki rumah itu dari jendela jendela yang terbuka. Terlihat didapur Lyra yang menyiapkan sarapan pagi, dengan bahan bahan yang tersisa didapurnyay dia membuat sebuah sayur yang entah apa namanya, dia hanya asal memasukan sayuran dan bahan lain di dalam kulkas. Karena minggu ini dia belum belanja, jadi dia hanya memanfaatkan bahan bahan yang ada didapur ntuk sarapan pagi ini.

Lyra yang mengikat rambutnya dengan hiasan pita kecil dikepalanya, dan celemek masak agar tak mengotori seragamnya, terlihat sudah terlatih saat memasak, mungkin ini karena sejak 5 tahun yang lalu dia hanya tinggal bersama kakaknya membuatnya menajdi anak yang mandiri diusia 14 tahun.

"Pagi Lyra." Ucap Pablo yang menuju meja makan, sambil membawa tas sekolahnya.

"Pagi, kakak mana?" Tanya Lyra meletakan beberapa piring dimeja makan.

"Masih tidur, dia tertidur pukul 2." Jawab Pablo lalu meminum air di gelas yang disediakan Lyra.

"Apa kau tidur?"

"Tidak. Aku bisa tidak tidur selama 4 hari."

"Benarkah, aku tak percaya."

"Aku tak peduli jika kau tak percaya." Ucap Lyra lalu duduk didepan Pablo, lalu mengambil nasi dan sayur yang dia masak tadi. "Pablo, apa kau yakin dengan rencana mu kemarin? Tentang aku menangkap pelakunya?"

"Aku yakin kau bisa."

"Tapi aku takut. Apa yang kau katakan membuatu ragu, bertindak saat mengetahui pelakunya siapa. kau menjawab semuanya, menjelaskan semuanya, semua hal yang tak kumengerti. Anehnya kau berusia sama dengan ku namun kaubertindak layaknya orang dewasa, apa itu karena lingkungan sekitarmu, atau apa. Hal hal yang kau bilang tak ada sama sekali yang kumengerti. Namun aku pikir, aku akan membantu mu untuk menangkapnya. Dan entah kenapa aku merasa pernah bertemu dengan mu sebelumnya."

"Itu hanya pikiran mu saja, pertama kali ku bertemu langsung dengan mu adalah di sekolah." Ucap Pablo lalu memakan makanan yang disiapkan Lyra tadi.

Pukul 06.27 mereka berdua berangkat ke sekolah, karena hari ini masih UAS jadi mereka berdua berjalan dengan santai sampai ke sekolah. Pukul 06.44 mereka baru sampai disekolah, yang terlihat mulai agak ramai terlebih hari ini hari terakhir melaksanakan ulagan.

Saat hampir dampai kelas, Lyra meminta terebih dahulu Pablo untuk pergi ketoilet agar tak masuk berbarengan karena itu Lyra masuk kekelas terlebih dahulu. Saat memasuki kelas ia melihat sebuah poster dengan ukuran A3 yang menempel pada papan tulisnya dan membaca tulisan yang ada pada poster itu.

"Pekan Olahraga dan Seni, tanggal 9-11 Desember, dengan tema Colour full in Class. Hmm, pasti ini idenya Billy." Ucapnya lalu duduk, dan Pablo masuk kekelas saat itu juga.

Kelas yang agak ramai itu, penuh dengan percakapan ditambah candaan yang membuat suasana kelas menjadi berisik

>Pukul 14.00, Rumah Lyra

'Ku pikir kekerasan itu salah.'

'Kurasa juga begitu. Maaf.'

'Itu bukan seperti dirimu, Kaizaki-san. Kenapa kau sampai melakukan hal itu.''

'Kenapa? Itu karena.. Yah, sebenarnya..mungkin aku menyukaimu.., ah bukan begitu, itu karena Hishiro-san diganggu mereka.'

'Jadi maksudmu, kau ingin menjadi pacar ku?'

'Ya kurasa begitu.'

'Aku tidak bisa menerimamu, aku menolak mu.'

"Duh,kenapa sih padahal mereka kan cocok, yaelah." Kesal Haris yang duduk disofa rumah Lyra sambil memakan kripik yang disediakan Lyra.

"Iya, tinggal bilang aku juga suka kamu, jujur kan enak."Ucap Tania yang ikut berkomentar.

"Kalian bisa gak diem!" Marah Dennis sambil melihat kearah keduanya.

Sepulang sekolah Dennis, Haris, Kelvin dan Tania memutuskan sebelum pulang kerumah masing masing mereka main terlebih dahulu dirumah Lyra sambil menonton sebuah film berjudul ReLIFE¹. Mereka berkumpul diruang keluarga Lyra, dengan mematikan lampu dan menyalakan AC dengan tujuan sama seperti bioskop yang gelap dan dingin.

Lyra menyediakan beberapa makanan ringan seperti kripik dan beberpa kue kering.

"Lyra, entah kenapa tadi waktu datang ke rumah mu disini itu berantakan banget, tumben gitu." Ucap Tania pada Lyra yang tak peduli dengan film aebab dia pernah menontonnya.

"Temen kakak nginep disini, dan kakak sama temennya kayanya main game gitu sampe subuh, dan gak diberesin." Jawab Lyra.

Klekk... Terdengar suara pintu, yang membuat Lyra bangkit dari sofanya, dan pergi menuju pintu. Saat sampai didekat pintu dia melihat Pablo yang membawa 2 kotak pizza.

"Selamat datang,.."Ucap Lyra seolah biasa saja saat Pablo masuk melalui pintu yang terkunci. "Kenapa kamu bisa masuk?" Lanjutnya.

"Aku ahli dalam membobol kunci." Jawab Pablo. "Apa teman teman mu berkunjung?"

"Mereka teman mu juga." Ujar Lyra, lalu mereka masuk kedalam.

Saat masuk kedalam dan melewati ruang keluarga, Pablo dan Lyra melihat kearah teman temannya yang melihat langsung kearah Pablo yang membawa dua kotak pizza.

"Lyra, teman kakak mu itu?" Tanya Tania melihat kearah Pablo yang mengenakan sweater hitam panjang yang digulung sesiku dan kali ini tanpa kacamata namun dengan rambut yang terlihat rapi.

"Ya, teman kakak ku adalah Pablo." Jawab Lyra, dan Oablo menghampiri mereka berempat.

"Ini, sepertinya satu sudah cukup." Ucap Pablo yang menyimpan satu kotak pizza lalu pergi ke lantai 2.

"Yaudah, ayo kita mak—" tok tok tok, suara ketukan pintu yang lagi lagi mengharuskan Lyra menuju ke pintu depan dan meninggalkan teman temannya.

Klekk.. ketika pintu dibuka dia sangat kaget dengan siapa yang ada dibalik pintu itu. Dia adalah orang membuat Lyra terlibat akan kasus yang terjadi dikelas, yang membuat Lyra melakukan perjanjian dengan Pablo.

"Lama tak jumpa, Lyra.."

"Revan.."

~~~

¹ReLIFE : manga asal Jepang, yang telah diadaptasi menjadi anime dan live action. Yang ku gunakan dalam percakapan ini adalah salah satu sence yang ada di live actionnya, recomend buat yang suka romance sama slice of life.