Happy Reading
Warning
Bab ini mungkin bakal bikin kalian tambah EMOSI!
**********
Brian merasa senang karena akhirnya bisa menjadikan Shabi pasangannya dalam kompetisi model, dia berharap semoga dengan mengikuti kompetisi ini mereka bisa semakin dekat.
"Kok anak mami masih belum tidur?" kata Jena pada anak pertamanya ini ,duduk disamping anaknya tersebut.
"Mi, Gimana biar bikin cewek jatuh cinta?"
Meski tampang ganteng dan ditunjang penampilan keren tapi masalah percintaan Brian sama sekai belum ada pengalaman.
Iya 17 tahun hidup di dunia nyatanya dia belum pernah berpacaran meski banyak cewek cantik bahkan cowok gay ganteng yang terang-terangan mendekati.
Kalo cewek yang nembak Brian si senang-senang aja tapi beda cerita kalo itu cowok dengan tanpa ragu dia bisa ngebentak sampai nonjok perut mereka plus caci maki dengan kalimat dijamin bakal bikin panas kuping dan hati.
Jena tertawa geli, mengacak rambut anaknya.
"Asal kamu tahu ya, sayang. Kamu itu udah punya semua hal yang menjadi impian kebanyakan cewek-cewek dimuka bumi. Ganteng, tinggi, putih, badannya bagus, otak kamu encer,pembasket muda berpotensi, berasal dari keluarga ningrat. Kalo ada cewek yang nggak jatuh cinta sama kamu kalo nggak lesbi ya berarti udah punya pacar yang dia sayangi banget."
Mendengar ucapan maminya Brian jadi berfikir apakah Shabi lesbi?
Masalahnya cewek itu selalu jutek dan cuek sama semua cowok sepengetahuannya.
Tapi itu bukan berarti lesbi kan.
Dan Brian berharap memang Shabi bukan penyuka sesama jenis.
Jika punya lesbi, cewek itu berarti sudah punya pacar?
Kalo begitu sepertinya Brian harus merebut cewek cantik itu dari pacarnya.
Tapi bagaimana caranya?
Dia jadi pusing sendiri.
"Kalo gitu gimana caranya biar bisa ngerebut cewek dari pacarnya?" mimik muka Brian terlihat sirius.
Kembali Jena tertawa geli. "Gampang, Bikin dia ngerasa kamu jauh lebih baik dari pacarnya dan bikin dia ngerasa nyaman juga asik saat kalian bersama."
Senyuman tergambar pada bibir Brian.
"Tapi semua itu nggak bakal berhasil kalo dia tipe cewek setia dan sayang banget sama cowoknya." sambung Jena.
Berhasil membuat senyuman Brian menghilang.
Berganti mimik cemberut.
"Kok gitu.Mi?"cowok itu menggerutkan dahi, tak mengerti mengapa bisa begitu.
Wanita cantik itu mencubit hidung mancung anaknya. "Ya, karena tipe cewek kayak gitu mang dasarnya bukan cewek gampangan. Mudah tertarik apalagi jatuh cinta hanya kerena melihat cowok dari segi penampilan,uang atau keduanya."
Nah Brian merasa sepertinya Shabi lebih termasuk tipe ini, Bukan gampangan.
Senyuman kembali terbentuk, Brian lebih menyukai cewek model gitu.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka muncul papi Brian yang tak lain adik kandung Natali, yaitu Mami Guntur.
Pria yang masih terlihat gagah diusianya yang tak lagi muda itu duduk disamping istrinya.
Dia adalah Nathan.
Nathan merangkul pinggang istrinya lalu mencium kedua pipi istrinya.
"Lagi pada ngomong apaan nih? Kayaknya seru, Papi boleh gabung kan?"
Jena menyadarkan kepalanya pada bahu sang suami sambil memeluk Nathan.
"Nah kebetulan, Papi datang nih anak kita lagi minta pendapat cara ngerebut cewek dari cowoknya hehe."
Sejak kedatangan ayahnya, Brian berubah tak senang.
Moodnya berubah buruk, setiap kali melihat wajah ayahnya membuatnya benci karena ternyata diam-diam sering ONS dengan cewek-cewek seumurannya.
Menjijikkan.
Iya, Tanpa Nathan ketahui sebenarnya Brian beberapa kali pernah secara sembunyi mengikutinya dan memergokinya jalan kemudian membooking kamar hotel bersama cewek-cewek seksi juga cantik.
Cowok itu merasa syok barat bercampur marah serta kecewa saat pertama mendapatkan fakta bahwa ayahnya yang selama ini terlihat sebagai suami setia dan begitu menyanyangi istrinya ternyata hanya seorang bajingan tengik berstatus BUAYA DARAT.
Karena tak mau kehilangan mami-nya tercinta, yang memang mempunyai riwayat penyakit jantung.
Maka dengan berat hati Brian memutuskan membungkam juga berpura-pura tak tahu akan hal ini.
Tapi sejak saat itu sikapnya berubah total dia bahkan tak pernah mau berbicara dan bercanda dengan ayahnya lagi.
"Nggak perlu, Brian nggak butuh nasehat papi cukup dari mami aja. Mi..Pi... Aku ngantuk mau tidur."
Cowok itu menguap, bersiap tidur.
Jena menyadari perubahan akan sikap putranya selama dua bulan belakangan ini terhadap ayahnya sendiri begitupun Nathan.
Dulu hubungan keduanya akrab dan dekat.
Nathan dan Jena sudah membahas persoalan ini dan bahkan langsung bertanya pada Brian tapi anak mereka tak pernah mau menjawab jika dipaksa malah marah lalu pergi.
"Good night." Jena mencium kening anaknya.
Saat Nathan mau melakukan hal sama, Brian menghindar.
Nathan tersenyum tapi hatinya sakit, dia mengucapkan good night lalu pergi dari kamar anaknya bersama sang istri.
-
-
-
Guntur mengacak rambut dengan emosi, perasaan capek kerja bercampur BT karena Shabi memilih tetap ikut kompetisi model meski Guntur telah melarang .
Jam menunjukkan pukul 12 malam, Mereka ribut menggunakan suara kecil karena tak mau sampai mengganggu tetangga lain tapi tetap saja sengit.
"Bisa nggak lo belajar jadi pacar penurut?!" Guntur menekan kata-kata dari mulutnya disertai mimik marah.
Menekan dagu Shabi sehingga tanpa sadar bikin cewek cantik ini merasa kesakitan tapi tak menunjukkan hal tersebut.
Menepis tangan Guntur dengan kasar, melotot.
Shabi tak mau mengalah. "Nggak bisa, sama kayak lo yang nggak bisa jadi pacar yang nggak suka ngatur!"
"Gue ngatur karena gue care dan sayang,Sha! Lagian gue nggak mau lo intim sama cowok lain, Bikin gue jadi cemburu juga marah!Ngerti!!"
Guntur mengacak rambut karena frustrasi.
Bingung harus berkata apa agar Shabi tak mulu bentrok dengan keinginannya.
"Tapi Brian kan sepupu lo sendiri, bukan orang asing! Ngapain ngerasa cemburu?Dia juga nggak bakal jatuh cinta sama gue , apalagi gue!!"
Suasana semakin memanas.
"Meskipun dia sepupu gue, tetap aja dia cowok dan bikin gue ngerasa cemburu plus marah saat dia mesra-mesran sama lo nanti. Ngerti." Kali ini Guntur melembutkan nada bicaranya.
Berharap Shabi akan mengerti.
Shabi mulai terlihat sedikit tenang meski masih emosi.
"Tapi gue mau nyoba, siapa tahu aja beruntung. Dapat duit 50 juta plus kontrak kerja selama setahun jadi ambasador produk terkenal. Apalagi gue dan Brian ngewakili sekolah kita, siapa tahu aja kalo gua menang keluarga kaya raya lo itu sedikit bisa menerima gue karena gue ternyata bisa mengharumkan nama sekolah di ajang nasional."
Mendengarkan ucapan pacarnya itu, Guntur jadi tersentuh.
Cowok itu merasa apa dikatakan oleh Shabi ada benarnya, siapa tahu seperti itu.
Jika Shabi menang maka keluarganya tak lagi memandang sebelah mata.
Guntur menarik pinggang Shabi, jarak mereka semakin dekat.
Mencium kening pacarnya.
"Okey lo boleh ikut, Gue nggak mau ribut apalagi lo juga bakal tetep ikut meskipun gue ngelarang kan.
Lagian gue pikir-pikir lebih baik lo pasangan sama sepupu gue itu dibanding cowok lain. Dan semoga apa yang lo harapkan jadi kenyataan."
Shabi terlihat senang. "Amin."
Memeluk Guntur , menyadarkan kepalanya pada dada cowok itu.
-
-
-
Brian sudah selesai proses mendaftar ajang kompetisi model melalui website, cowok ganteng itu bersenandung gembira.
Baru saja memasukan laptopnya ke dalam tas, Guntur datang menghampirinya.
Brian melihat kondisi Guntur tak begitu fit hari ini.
Cowok itu merangkul pundak kakak sepupu sekaligus sahabatnya.
Mereka duduk diatas meja.
"Lo kenapa? Kok lemes gini?mau gue cium biar semangat." Brian mengedipkan sebelah matanya.
Guntur melotot, memasang mimik berpura-pura marah.
"Masa cium doang, kasih jatah sekalian." tersenyum jail, meremas bokong Brian.
"Boleh." Brian beranjak dari kursi lalu bokongnya menghadap muka Guntur tak begitu lama keluar bunyi nyaring diiringi bau menyengat seperti bangke, Brian tertawa puas sedangkan Guntur menendang bokong Brian lumayan keras karena emosi.
Keduanya tertawa.
Brian kembali duduk. "Gue rasa gue jatuh cinta sama cewek yang mungkin nggak akan pernah mempunyai perasaan sama kayak gue."
Guntur jelas tahu siapa cewek yang dimaksud oleh adik sepupunya ini.
"Ya cari cewek lain aja lah, jangan ngabisin waktu lo hanya untuk satu cewek yang lo sendiri ngerasa mustahil."
"Tapi nyokap pernah bilang, gue harus usaha dulu baru nyerah kalo hasilnya gagal itu urusan lain yang pentingkan udah mencoba." nada suara Brian terdengar bersemangat.
"Kalo tuh cewek udah punya pacar? Gimana?"
"Ya, Nggak peduli selama belum ada jalur kuning kuning apalagi bendera kuning ya gue maju terus lagian bisa aja gue ini jodoh dia bukan pacarnya hehe."
"Ngarep lo, Nyet." sahut Guntur sewot.
Tapi masih bersikap biasa, Gak mau Brian curiga.
"Semoga lo sama Shabi bisa menang ya dalam kompetisi model, Banggakan gue kalo kalian berdua bisa menang dan mengharumkan nama sekolah kita tercinta ini."
"Iya, Thank Bro."
Guntur beranjak dari meja,melepaskan jas sekolahnya.
Memandang pemandangan dari balik jendela yang terbuka, Angin berhembus sejuk.
Guntur mengambil jasnya lalu berjalan kembali merangkul pundak sepupunya itu"Makan siang bareng yuk?"
Brian menganguk lalu tersenyum. "Yuk."
-
-
-
Siang ini setelah pulang sekolah Guntur disuruh menjemput Hebe di apartemennya, meski merasa aneh tapi tetap melakukan perintah sang bos tanpa protes seperti biasa.
Sesampainya di apartemen, kondisi wanita itu terlihat kacau balau seperti korban pemerkosaan tengah tergeletak diatas ranjang, menutupi tubuh nakednya dengan selimut.
Terlihat lemas.
"Kamu kenapa?" Tanya Guntur khawatir.
Hebe memeluk Guntur dan menangis. "Tadi ada dua orang asing pake masker datang Kesini terus ngacam bakal bunuh aku kalo aku nggak serahin sejumlah uang. Ya udah aku terpaksa ngasih tapi mereka malah perkosa aku sebelum pergi."
Tangisan Hebe makin kencang.
"Shitt!!! Kalo aku tahu siapa orangnya bakal aku hajar habis-habisan terus tarik mereka ke polisi!!"penuh emisi Guntur berceloteh.
Hebe tersenyum lalu melepaskan pelukannya, memasang raut muka memelas. "Guntur hari ini kamu temenin aku di sini ya? Kita nggak perlu ke kantor hari nih, soalnya aku masih down banget."
Guntur menganguk.
Hebe meminta Guntur memakainya daleman serta baju tidurnya kembali karena dia terlalu lemah untuk melakukannya sendiri.
Awalnya Guntur menolak tapi wanita cantik itu terus-menerus memohon.
Guntur mengambil gaun tidur juga bra dan cd Hebe.
Melihat dan menyentuh tubuh indah naked Hebe, Bikin hasratnya bergejolak.
Bahkan cowok itu merasakan "Adik" nya mulai On.
Guntur melihat dengan perasaan kagum kedua gundukan payudara besar dan padat milik Hebe, jelas sekali terlihat kenyal seperti jelly.
Pandangnya setelah sekian lama beralih ke area kewanitaan Hebe yang dihiasi dengan bulu-bulu tipis, berbeda dengan punya Shabi yang polos.
Tapi tetap terlihat lebih menarik.
Tanpa sadar Guntur menelan ludah, menyentuh bulu-bulu halus Hebe sehingga wanita itu mendesah keenakan.
Jantungnya berdetak semakin tinggi, hasratnya mulai tak meninggi.
"Guntur... ahhh." Desih Hebe, Menggigit bibir bawahnya.
Sambil dalam hati bersorak gembira karena Guntur mulai terangsang.
Shit!!!
Guntur mencaci maki dirinya sendiri dalam hati karena mulai tergoda.
Hebe mengetahui hal ini mememanfaat situasi, mencium bibir Guntur lembut.
Awalnya Guntur terkejut tapi akhirnya membalas ciuman Hebe sambil jemarinya yang nakal terus bermain dan mengoc*k area kewanitaan Hebe dengan kasar sehingga Hebe merasa keenakan sekaligus sakit dalam waktu bersamaan.
Mendesah karena ulah Guntur.
Dan Guntur memperdalam ciumannya bahkan, saking nafsunya mengingit bibir Hebe dengan gemas disela ciuman mereka.
Tbc
Ps : jangan pelit kasih Batu kuasa yaaa