Seharian ini Guntur tidak terlihat batang hidungnya oleh Shabi, bahkan cowok itu tidak menelepon ataupun mengirimkan chat seperti biasa.
"Nanti pas balik sekolah gue bakal jengukin Guntur ah." kata Aruni pada Laudya ,Tania dan Anggita.
Diam-diam Shabi menguping pembicaraan cewek-cewek itu yang sudah jelas tidak mengetahui bahwa ada seseorang dibelakang mereka.
"Gue heran sama lo, Run. Elo tuh artis populer plus cantik banget kenapa lo masih aja ngejar cintanya si Guntur?Elo kan tahu tuh cowok gak punya perasaan sama lo." Anggita terlihat emosi sekaligus bingung.
Kembali memakan baksonya.
" Karena buat gue Guntur itu cowok istimewa dan terpenting gue udah kenal dia bertahun-tahun ya bisa dibilang cinta pertama gue, kaliankan tahu gue sering gonta-ganti cowok karena gue ngerasa nggak ada yang bisa bikin gue klepek-klepek."
Dengan santai aruni mengatakan fakta sebenarnya, Bener kata orang cinta pertama merupakan orang yang bakal selalu ada di hati dan nyatanya itu yang dirasakan oleh gadis cantik itu meskipun dia populer dan banyak banget dikejar cowok- cowok tajir juga ganteng di luar sana tetap aja hatinya hanya untuk Guntur seorang.
" Ya ampun, jelas-jelas tuh cowok nggak suka sama lo masih aja lu ngarepin dia. Lagian ya kalau emang dia suka sama elu ataupun kasih lo kesempatan buat jadi cewek dia udah dari dulu ini buktinya apa?yang ada cuma nganggap lo bukan siapa-siapa dia." Ledek Laudya santai.
Laudya memang salah satu cewek populer di sekolah dan dia bisa saja dengan mudah mendapatkan cowok manapun yang dia mau karena itu dia heran banget sama sahabatnya itu yang jelas-jelas paling terpopuler di sekolah tapi masih ngarep sama cowok yang sama sekali nggak tertarik sama dia.
"Denger gue ya, gue yakin kok gue bakal dapetin Guntur asal gue nggak pantang menyerah lo semua tahukan gue cantik dan menarik masa iya gue nggak bisa dapatin dia." Masih dengan PD Aruni mengatakan keyakinannya.
Sabhi cuma bisa menggelengkan kepala sama keempat cewek populer tersebut.
Memutuskan untuk pergi.
3 bulan berpacaran diam-diam dengan cowok brandal seperti Guntur membuat Shabi merasa bingung, Apa spesialnya cowok itu sehingga banyak direbut oleh cewek-cewek?
Padahal di sekolah mereka banyak banget cowok-cowok ganteng juga keren bahkan banyak yang melebihi seorang Guntur tapi tetap aja tuh cowok paling diincar sama seluruh cewek di sekolah mungkin karena tuh cowok anak pemilik sekolah.
"Shabi."
Teriak seorang cowok dari arah belakang, cewek itu langsung menoleh ke arah suara.
Dan tak terduga ternyata yang memanggilnya ada Brian cowok paling menyebalkan kedua buat Shabi setelah Guntur.
" Ngapain lo panggil gue?!" Tanya Shabi jutek, berkacak pinggang lalu melotot.
Brian bukan menjawab malah menarik paksa pergelangan tangan cewek imut itu tentu saja Shabi menolak lalu menginjak sebelah kaki cowok itu dengan keras hingga Brian merasa kesakitan dan melepaskan genggaman tangannya.
" Auuuhhh... Shit!! Kalau bukan cewek udah gue tonjok lo!!" Bentak penuh emosi lalu mengusap kakinya yang masih terasa sakit akibat perbuatan Sabhi tadi.
" Sama dong!! Kalau bukan cowok udah gua hajar lo." Bentak Shabi penuh emosi.
Ungkapan cewek itu membuat cowok ini bingung sendiri, " Gara-gara sering dibully otak konslet ya? Jadi maksud lo karena gue cowok lo nggak berani hajar gue? beda kalau gue cewek. Tenang aja gue bukan cowok pecundang yang berani mukul cewek."
Shabi menarik kerah kemeja cowok ganteng dihadapannya ini sehingga tinggi mereka sejajar sekarang, kembali melotot. " Kalau gue hajar lo cuma bikin buang tenaga secara postur badan lo aja udah borossss, jadi daripada gue hajar lu mendingan gue langsung BUNUH! Ngerti?Masuk penjara karena bunuh orang kayak lo gak masalah buat gue."
Dengan penuh emosi cewek itu langsung mendorong Brian hingga terjatuh.
Cowok itu berdiri.
" Gue manggil lo bukan ngajak ribut ya, jadi nggak perlu perang urat." Seru Brian membersihkan diri kemudian merapikan seragam sekolahnya.
Brian terlihat santai.
"Kalo cuma mau ngomong doang harusnya lo sopan dan nggak perlu main narik tangan gue seenak jidat lo!" protes cewek ini.
"Okey, gue salah. Puas lho." Akhirnya cowok mengalah meskipun tidak terucap kata maaf.
Melihat sikap cowok itu yang terlihat menyadari kesalahannya membuat Shabi menjadi tak emosi lagi.
Paling tidak cowok itu sudah menyadari kesalahannya.
" Emangnya elo mau ngomong apaan?" Shabi terlihat tenang sekarang.
Sejujurnya Brian lebih menyukai cewek itu saat dia tidak bersikap barbar seperti tadi.
Meskipun berat hati akhirnya cowok ini mengakui apa tujuan sebenarnya.
" Gue minta tolong bawain parsel buah, Guntur sakit dan gue mau jenguk. Karena gue pake MOGE jadi gak mungkin kalo bawa sendiri."
Mendengar Guntur sedang sakit membuat Shabi terkejut dalam hati, Pantas saja cowok itu tidak terlihat batang hidungnya seharian ini.
Padahal kemarin malam cowok itu memberinya novel dan masih terlihat baik-baik saja.
"Kenapa harus gue? Elo bisa minta bantuan orang lain." Kata Shabi terlihat bingung ,menatap cowok itu tajam.
Brian menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali tentu masih dengan sikap cool,berdehem.
"Karena gue males harus nyari orang lagi, Elo lihat sepi kan?" Brian melirik pada sekitar mereka, dan memang sepi.
Jujur kalo bukan karena ingin melihat keadaan Guntur, dia tidak mau membantu cowok itu.
"Yaudah, gue bantu elo."
Brianpun tersenyum.
Tbc