Shabi terkejut saat Guntur memberikan gelang cantik sebagai hadiah untuk merayakan Anniversary pertama mereka.
Iya hubungan mereka sudah berjalan satu tahun, meski masih sering cekcok dan berantem tetap saja tak membuat keduanya putus.
"Suka?" seru Guntur setelah memasangkan gelang titanium pada pergelangan tangan Shabi.
Wajah Guntur terlihat senang.
Shabi tersenyum, "Bagus, gue suka."
Sebuah kecupan mendarat pada kening, hidung lalu bibir cewek itu.
"Syukur deh elo suka." cowok itu merasa senang Shabi menyukai hadiah yang didesain sendiri oleh Guntur, khusus mereka pakai.
"Jadi ceritanya kita kembaran nih?" shabi baru menyadari Guntur memakai gelang yang sama tapi warnanya berbeda lebih gelap, selebihnya sama.
Cowok itu tersenyum simpul,menunjukkan gelangnya.
"Karena gue lebih suka gelang daripada jam tangan, makanya gue selalu pake gelangkan dibanding jam tangan. Dan.. Gue tiba-tiba ada ide untuk bikin gelang couple."
"Oh." raut muka Shabi datar.
Mendengarkan balasan hanya "Oh." saja sebenarnya membuat Guntur kesal, tapi males bertengkar.
"Kita langsung potong cake,udah laper gue." sambung shabi sudah tak sabaran.
Guntur tanpa buang waktu, memotong cheesecake, favorit mereka.
Dan Shabi langsung mengambil potongan itu,memakannya dengan lahap tanpa ada niat menyuapi cowok keren berstatus pacarnya tersebut.
Meskipun begitu tak jadi persoalan toh Guntur sudah mengerti watak tabiat pacarnya ini.
-
-
-
"Tante, kirain siapa?" Abeng terkejut saat dihampiri Vivian, yang tak lain nyokap Shabi.
Vivian terlihat semakin cantik,modis dan seksi pastinya.
Perempuan berusia 34 tahun membuka kacamata, tersenyum pada Abeng tak lain sahabat anaknya.
Disamping Vivian berdiri seorang pria bule dengan wajah ganteng tengah merangkul pinggang perempuan itu mesra.
Dari penampilaannya jelas sekali pria itu orang kaya.
Vivian meminta pria itu pergi duluan, nanti dia akan menyusul.
Ternyata pria bule itu lancar berbahasa Indonesia.
"Apa kabar Beng?Lama ya kita nggak ketemu. Makin ganteng aja kamu." Vivian memeluk Abeng lalu melepas pelukannya.
"Iya tan ,lama banget. Btw.. Tante juga makin cantik kayaknya juga makin sukses aja nih." Puji Abeng sedikit kikuk , tersenyum.
"Bisa aja kamu, oh iya minta nomor dan alamat Shabi dong tuh anak hilang gitu aja bahkan ganti no hp gak bilang-bilang, emang dasar anak kurang ajar."jelas sekali raut jengkel sekarang tergambar pada wajah perempuan itu sekarang.
Karena Abeng sangat mengetahui hubungan keduanya jauh kata baik apalagi harmonis, tak heran jika mereka bertemu pasti akan bertengkar.
Dan karena tak menginginkan hal itu terjadi maka Abeng akan langsung mempertemukan mereka, tentu saja tanpa memberitahukan sahabatnya itu lebih dulu karena Shabi bilang kalau suatu hari cowok itu bertemu ibunya jangan pernah memberikan nomornya sebagai sahabat baik sudah pasti Abeng akan memenuhi permintaan Shabi.
"Tante, aku lupa bawa hp satunya lagi, Gimana kalau Tante yang ngasih nomor Tante." Abeng berakting hebat, sehingga tak membuat Vivian curiga akan ucapannya.
Vivian langsung memberikan nomor kemudian Abeng memasukan dalam iPhone-nya kemudian melakukan misscalled.
"Yaudah, Tante pergi dulu ya pacar Tante udah chat suruh nyusul." Pamit Vivian.
"Okey,Tan."
Setelah kepergian Vivian Abeng langsung menelpon Shabi.
*Besok elo ke tempat gue ya?(Tanpa ba-bi-bu Abeng langsung to the points
*Ada acara apa si?(nada suara Shabi terdengar bingung)
*Gue cuma mau ketemu ( suara Abeng terdengar santai seperti biasa)
*Yaudah, besok sore gue ke tempat lo.
*See you, Shasha
*See you,Benbeng.
Cowok ini masuk ke dalam mobil ,meluncur pulang.
#Kondominium Abeng
Shabi dan Abeng sibuk bermain Ps, mereka sedang lomba balapan mobil.
Tawa dan canda menyelingi kegiatan mereka.
Interkom Abeng berbunyi, jelas cowok itu tahu siapa yang datang.
Abeng membuka pintu,Shabi masih asyik main. Masih belum tahu siapa yang datang.
Lagipula posisi cewek itu meman membelakangi pintu masuk.
"Jadi hidup kamu berjalan baik-baik aja ya nggak seperti mama kira , Baguslah."
Shabi menjatuhkan stick , mendadak tubunya membeku beberapa saat.
Cewek imut itu menoleh ke arah belakang, Vivian berdiri tepat dibelakangnya.
Wajah Shabi terlihat terkejut.
"Kenapa kamu kaget karena mama berhasil nemuin kamu?Ngilang gitu aja bertahun-tahun, kamu itu cerdas tapi sayang kelakuan kamu terlalu tolol."sorot kedua mata Vivian terlihat penuh kemarahan.
Shabi berdiri, "Setidaknya kelakuan aku nggak semurahan mama." Serang balik cewek itu.
Plak..
Tamparan keras mendarat sebelah pipi Shabi, tak ada raut kesakitan dari wajahnya.
Wajah Vivian tergores kemarahan luar biasa, bahkan telapak tangannya bergetar saking emosi.
"KURANG AJAR KAMU! JAGA YA OMONGAN KAMU SAYA INI MAMA KAMU, ORANG YANG MELAHIRKAN KAMU!!"
Vivian sudah lepas kendali , Shabi menyeringai.
"BUAT AKU MAMA AKU UDAH MATI!! SEJAK DIA NINGGALIN ANAKNYA SAMA MENDIANG ORANGTUANYA DAN PERGI BEGITU AJA!! HANYA DATANG CUMA SEBENTAR BUAT NGASIH UANG DARI HASIL MELACURKAN DIRI ATAU PEMBERIAN DARI PRIA YANG TELAH BERISTRI!! AKU NGGAK MAU UANG HARAM !!"
Shabi mengeluarkan airmata disertai wajah benci pada Vivian.
Shabi tak peduli jika ibu kandungnya akan murka atau mengutuknya.
Toh pada dasarnya mamanya itu bukanlah sosok ibu yang bisa disebut *perempuan mulia* layaknya seorang ibu pada umumnya.
Sejak kecil ibunya sering gonta-ganti pria, awalnya Shabi tak mengerti tapi setelah duduk di bangku SMP , banyak sekali para istri dari pria yang berselingkuh dengan mamanya. Mencari mamanya yang memang tidak tinggal bersama mereka dan memaki Shabi serta mendiang kakek-neneknya dengan kalimat-kalimat kasar dan merendahkan.
Padahal mereka semua sama sekali tidak tahu apapun.
Tak jarang neneknya menangis karena hal itu,dan kakeknya bahkan tak kalah terpuruknya dengan neneknya.
Para tetangga bahkan mencemohoi mereka setiap hari hingga akhirnya kakek-neneknya jatuh sakit akibat stress berat dan tekanan batin.
Merekapun meninggal.
PLAAAAAAAKKKKK....PLAAAAAAAKKKK
Vivian kembali menampar anaknya, tubuh perempuan cantik itu gemetar hebat.
Sama seperti Shabi dia juga meneteskan aimata.
"ANAK KURANG AJAR KAMU YA!!! GAK TAHU DIRI!! INGAT YA KAMU ITU LAHIR DARI PERUT MAMA!! PERUT PEREMPUAN MURAHAN... PERUT PEREMPUAN SIMPANAN !!"
Abeng berusaha menenangkan situasi tapi gagal...
"KARENA ITU AKU BENCI FAKTA BAHWA AKU DILAHIRKAN DARI RAHIM PEREMPUAN SEPERTI MAMA,KENAPA AKU GAK LAHIR DARI PEREMPUAN LAIN YANG LEBIH BAIK DARI SEORANG VIVIAN!! AKU YAKIN AKU INI ANAK DARI HASIL PERSELINGKUHAN ATAU JUAL DIRI MAKANNYA AKU NGGAK PUNYA PAPA!!"
Shabi dan Vivian terlihat samar-sama sangat emosi, Vivian mendorong Shabi hingga terjatuh memukul putrinya tanpa belas kasihan disertai cacimaki, tak ada perlawanan dari Shabi.
Cewek imut itu hanya berusaha melindungi diri agar tidak terlalu babak belur.
Abeng trus berusaha membantu Shabi lepas dari amukan ibunya dan berhasil.
Dan Shabi berlari pergi meninggalkan Vivian dan Abeng...
Abeng berusaha menyusul Shabi tapi dia kehilangan jejak.
Dia karena dia tahu Shabi sedang tidak mau diganggu oleh siapapun maka dia putuskan membiarkan Shabi menenangkan diri.
Tbc