Guntur tersenyum nakal, tanpa sungkan melepas satu per satu kancing serangam Shabi.
Dua kancing terlepas, seringaian tercipta pada ujung bibir cowok itu sekarang.
Menatap tajam pada belahan diantara bukit kembar sang kekasih.
Bersiul.
"Kita main cepet, its okay gak bakal ketahuan." bisik Guntur, mengunci pintu.
"Elo jangan gila ya kalo ketahuan gawat." protes Shabi molotot dengan suara kecil, menahan tangan Guntur saat akan membuka kancing selanjutnya.
"Takut?Cih gue kira elo pemberani nyatanya... " ledek Guntur sengaja memengkal kata disertai raut menyebalkan.
"Up to you, gue gak peduli pokoknya gue gak mau cari masalah."
Cewek itu mendorong dada Guntur cukup keras.
Bukan menyerah Guntur malah terus membujuk pacarnya itu.
"Sha, please." wajah cowok itu memelas.
Selama dua bulan lebih mereka berpacaran baru kali ini cowok itu menggunakan kata "please" disertai raut memelas.
"Gue.."
Belum sempat melanjutkan kalimat, Guntur mendorong Shabi ke atas ranjang.
Menindih cewek itu, mengelus-ngelus sebelah pipi Shabi.
"Denger, gue sha. cuma elo yang gue mau dan cuma sama elo gue mau ngelakuin ini." Guntur memandang cewek di bawahnya ini dengan tatapan lembut, bahkan entah mengapa sikap Guntur yang tidak kasar seperti biasanya malah membuat Shabi luluh.
Satu kecupan mendarat di kening, hidung kemudian bibir Shabi.
"Please, Sha." sambung Guntur.
Dan akhirnya Shabi menyerah tak lagi memberontak.
Membiarkan cowok itu menikmati tubuhnya untuk kesekian kali tapi kali ini Shabi menikmati aktivitas seksual mereka, hari ini Guntur begitu lembut juga membuat Shabi merasa nyaman.
Guntur menggerakkan bokongnya keatas-ke bawah mendorong miliknya yang berada dalam goa kenikmatan pacarnya tersebut yang masih terasa sempit meskipun sering dibombardil olehnya,sesekali mencium bibir Shabi.
Keduanya mendesah, meski dengan volume kecil.
Shabi meremas rambut Guntur, mendesah.
Cowok itu tersenyum bangga, setidaknya mereka akhirnya untuk kali pertama bisa melakukannya dengan santai dan tanpa tekanan seperti biasa.
Guntur bisa melihat ekpresi Shabi yang begitu menikmati, akhirnya mereka berdua cum bersamaan tapi Guntur mengeluarkan di luar karena memang harus seperti itu jika tak mau Shabi hamil.
Guntur memang tak pernah mau pake alat kontrasepsi saat melakukannya karena dengan tak memakai alat pengamanan waktu mereka melakukannya menurut cowok itu terasa lebih nikmat.
Selama bergerak naik-turun dari lembut hingga berubah cepat diatas tubuh setengah telanjang cewek imut itu,sebelah tangan kanannya meremas dada Shabi dan satunya memegang tangan Shabi seolah menahan agar cewek itu tak pergi.
Guntur penuh kelembutan mencium kening, hidung dan bibir Shabi sambil mendesah karena kenikmatan luar biasa yang dirasa.
Shabi terdiam membisu, entah mengapa saat cowok itu bersikap hangat juga lembut malah membuat Shabi tertegun.
Shabi hanya mendesah, memejamkan mata sesekali keduanya saling berpandangan.
Akhirnya mereka kedua kali cum secara bersamaan.
"Thanks ya, Sha." ujar Guntur, tersenyum manis.
Keduanya berciuman, memakai pakaian mereka kembali.
Dan Guntur segera membuka kunci..
10 menit ternyata waktu yang cukup untuk Guntur melepas hasrat.
Guntur tiduran di atas ranjang sambil menonton Tv dan Shabi duduk diatas sofa sambil membaca novel.
Keduanya memang harus bersikap biasa agar tak dicurigai.
Tak lama kemudian.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka..
Sontak keduanya menoleh bersamaan, untung mereka sudah rapih dan tidak dalam posisi mencurigakan.
"Nih martabaknya, gila yang ngantri buat beli bajibun bro, udah kayak pembagian subsidi pemerintah." Dumel Brian meletakan martabak di atas meja.
Felicia muncul tak lama kemudian, cemberut. "Pokoknya gue gak mau nganter lagi, next time! Capek tau nungguin martabaknya mending kalo belinya sama elo."
Guntur tertawa geli, Shabi cuek dan acuh malah masih asyik membaca novel.
Menganggap Felicia makhluk kasat mata.
Guntur beranjak dari ranjang, memakan martabak dengan lahap di susul Brian kemudian Felicia.
" Sha, elo gak makan? Enak lho."*ujar Brian.
" Gak laper." tolak cewek itu.
Tanpa banyak bicara Guntur mengambil dua potong martabak di atas piring, memberikannya pada Revia.
"Makan, enak kok lo pasti suka." ujar Guntur.
Duduk disamping Felicia, mengambil satu potong martabak kemudian menyuapin cewek cantik itu.
Tentu aja Felicia dengan senang hati memakan martabak dari tangan cowok itu.
"Servis khusus buat elo karena udah capek ngantri lama buat beli gue martabak." ujar Guntur tersenyum.
"Elo tuh bisa aja bikin gue luluh, hilang deh gondok gue kalo disuapin kayak gini." cewek itu jelas sekali terlihat senang.
Brian menggeleng kepala, melihat pemandangan di depannya. "Elo berdua sok iye, mules gue lihatnya."
"Bilang aja iri." Felicia memasang raut menyebalkan
Shabi mendadak merasa lapar, akhirnya memutuskan memakan martabak dengan lahap tak butuh waktu lama dua potong martabak yang disajikan untuknya oleh Guntur ludes.
"Martabaknya enak, Brian pas pulang dari sini lo anterin gue ke tempat martabaknya gue mau beli anggap aja barter karena gue udah nganterin lo ke sini."
"Okey, tapi ngantri lama gak apa-apa?" Tanya Brian santai.
"Gak apa-apa, pas anterin gue ke penjualannya lo bisa langsung cabut.
Gue bisa balik sendiri karena gue tahu diri gak mau ngerepotin orang lain cuma gara2 keinginan pribadinya." Shabi melirik ke Guntur yang asyik menamakan martabak.
Bukan marah cowok itu malah cuek..
" Okey deh. Sha gue anter."
30 menit kemudian....
"Balik yuk." ajak Shabi setelah menyelesaikan sesi makan martabak dan air kelapa muda.
Brian setuju, "Yuk, udah sore juga."
Guntur menatap Shabi dan Brian yang
terlihat mulai akrab.
"Kita balik ya, guys." pamit Brian.
Shabi tak berbicara apapun masih bersiap cuek.
"Hati-hati, Bro. Thank udah beliin gue martabak ya" ujar Guntur.
"Buruan pergi gih." Felicia terlihat senang.
"Iya, kita cabut dulu " Brian memakai almamaternya kembali, Mengajak Shabi keluar kamar.
Pintupun tertutup...
"Akhirnya gue bisa berdua lagi deh, untung aja mereka gak mergokin kita tadi." Felicia terlihat senang kemudian memeluk Guntur dengan tingkah super manja.
Guntur menarik pinggang Felicia kemudian menindih tubuh cewek itu dengan kasar melumat bibir Felicia tentu saja cewek itu menyambut hangat toh dia memang naksir Guntur.
Hanya berciuman tak lebih.
Mereka berdua malanjutkan kegiatan mereka seperti sebelum Shabi dan Brian datang.
Tbc