Rachel pulang ke tempat kost pagi-pagi sekali saat Leo masih terlelap nyaman di kamarnya, ia memastikan laki-laki itu baik-baik saja. Kini matahari yang sudah menghampiri tahta mengajak Rachel bercengkrama bersama gulungan awan yang berarak bagai ombak di angkasa.
Gadis itu melangkah menyusuri halaman kampus, sepasang kakinya terus diseret menghampiri koridor utama, sepasang earphone menyumbat indra pendengaran Rachel saat ia begitu menikmati lagu-lagu lawas nan candu baginya, ia tengah mencari referensi lagu lama yang ingin dicover suatu hari nanti—jika Rachel sudah siap seratus persen.
Seorang mahasiswa bergegas turun dari motor tanpa lupa melepaskan helm yang kini berakhir tergeletak di permukaan jok kendaraan tinggi tersebut, ia tak bisa menahan kakinya untuk sekadar melangkah normal, sebab Raka memilih lari seraya menyerukan nama Rachel, sayangnya si pemilik nama yang telinganya sudah tersumpal earphone tersebut sama sekali tak menoleh.