Jam dinding pun tertawa
Karena kuhanya diam dan membisu
Ingin kumaki diriku sendiri
Yang tak berkutik di depanmu
Raka terdiam di sudut kafe tanpa mengalihkan tatapannya dari sosok Rachel yang bersenandung seraya memetik gitar akustik di pangkuannya, selalu dan selalu—apa saja yang dinyanyikan gadis itu pasti membius setiap orang yang mendengarnya, belum lagi tambahan senyum yang Rachel pamerkan pada setiap orang membuat makhluk seperti Raka akhirnya beku sesaat.
Ada yang lain, di senyummu
Yang membuat lidahku
Gugup tak bergerak
Ada pelangi, di bola matamu
Dan memaksa diri, tuk bilang aku sayang padamu
Tuhan terlalu baik memperkenalkan Rachel untuk Raka hingga perasaannya tak pernah pudar sekalipun Rachel pernah dimiliki temannya sendiri, memangnya siapa yang berhak mengatur perasaan setiap orang? Tuhan saja tak berhak.