Chapter 25 - CERITA SEORANG BARA

"Aku...aku... belum bisa menjawab sekarang Jo." jawab Dealova yang masih pusing memikirkan Chelo.

"Kenapa kamu tidak bisa menjawab sekarang Love? katakan padaku?" ucap Johan dengan hati yang kecewa.

"Hanya beberapa hari saja Jo, aku janji hari Minggu besok aku pasti akan menjawabmu." ucap Dealova dengan serius.

"Apakah jawaban Minggu besok bisa jadi kamu akan menolak menikah denganku Love?" tanya Johan dengan suara bergetar.

"Tentu saja tidak Jo, aku senang jika bisa menikah denganmu." ucap Dealova sambil menghela nafas panjang.

"Kalau kamu senang bisa menikah denganku kenapa harus menunggu hari Minggu besok untuk menjawabnya?" tanya Johan dengan sedih.

"Johan bersabarlah sebentar saja ya? kamu harus percaya denganku Jo, semua ini aku lakukan demi kamu, kamu percaya denganku kan?" ucap Dealova dengan jujur.

"Aku selalu percaya padamu Love." ucap Johan sedikit terhibur dengan kata-kata Dealova yang bisa menenangkan hatinya.

"Sekarang kamu tidur Jo, aku tidak ingin kamu sakit." ucap Dealova dengan penuh kelembutan.

"Baiklah Love, kamu jiga harus tidur ya, jangan begadang malam-malam." ucap Johan yang sangat tahu bisa saja Bara mendatangi Dealova dan mengajaknya ngobrol sampai malam.

"Ya Jo, bye sayang." ucap Dealova dengan memanggil Johan dengan panggilan sayang agar Johan tidak merasa sendirian di sana.

Setelah selesai bicara dengan Johan Dealova beranjak dari tempatnya setelah menyelimuti Chelo.

Dengan pelan Dealova menutup pintu kamar Chelo dan berjalan ke arah dapur di mana arah dapur melewati ruang kerja Bara.

Saat melewati ruang kerja Bara, Dealova mendengar suara pecahan gelas atau botol, Dealova kurang tahu.

Yang pasti setelah mendengar suara pecahan gelas itu Dealova menghentikan langkahnya dan mengetuk pintu dengan cukup keras, namun tidak ada jawaban dari dalam.

Karena masih belum mendapatkan jawaban dari Bara, dengan terpaksa Dealova masuk ke dalam ruang kerja Bara dan mencari tahu apa yang terjadi dan suara gelas pecah karena apa.

Dealova menyapu keseluruh ruangan Bara, dan sangat terkejut melihat Bara duduk bersimpuh dan bersandar di dinding dengan ruas-ruas jari Bara yang berdarah.

"Tuan Bara? apa yang terjadi?" tanya Dealova membantu mengangkat tubuh Bara agar bisa duduk di sofa.

"Semua orang yang aku percaya menusukku dari belakang, semua orang yang kucintai selalu meninggalkan aku, apa salahku? apa begini balasannya padaku? padahal aku selalu baik pada mereka semua." ucap Bara dengan racauannya.

"Siapa yang menusukmu dari belakang Tuan Bara?" tanya Dealova sambil menahan dada Bara yang akan bangun dari tidurnya.

"Siapa lagi kalau bukan istriku yang mempunyai maksud ingin membunuhku dan menginginkan semua harta kekayaanku." Ucap Bara tanpa basa basi lagi.

"Aku tahu semuanya, aku tahu kalau istriku bermain cinta dengan lagi laki lain, walau aku tahu tidak tahu siapa laki-laki itu, aku masih mengikuti permainanmya dan aku percaya suatu saat aku pasti mengetahui semuanya." ucap Bara dengan matanya yang memerah dan sedikit berair.

"Tuan Bara, sebaiknya Tuan istirahat di kamar akan aku buatkan teh hangat untuk Tuan." ucap Dealova meraih lengan Bara namun di tepis dengan Bara.

"Tidak, biarkan aku saja aku di sini..kamu tahu aku lebih senang di sini daripada kamarku yang sunyi, kamar itu harusnya tempat untuk suami istri bukan? tapi kamu tahu sejak aku menikah kami sudah tidur terpisah, wanita itu hanya satu kali bercinta denganku saat di saat malam pertama, itu pun aku tidak tahu pasti aku melakukannya atau tidak, aku dalam keadaan mabuk dan tak sadarkan diri." ucap Bara bangun dari duduknya dan berjalan ke meja untuk mengambil minumannya lagi.

"Ehh, Jangan minum lagi Tuan.. Tuan sudah mabuk tidak baik juga untuk kesehatan Tuan." ucap Dealova merasa iba setelah mendengar cerita Bara.

"Biarkan saja aku mabuk dan hancur sekalian, bukankah ini yang di inginkan oleh keluargaku dan keluarga Georgina? mereka sudah menghancurkan aku sudah lama, kalau saja aku tidak ingat Chelo anakku satu-satunya mungkin aku tidak bisa bertahan, aku tidak bisa bertahan lagi." ucap Bara sambil menegak minumannya lagi.

"Sudah Tuan, jangan minum lagi...ingat Chelo yang masih membutuhkan kasih sayang Tuan." ucap Dealova meraih botol yang di pegang Bara dan di letakkannya di atas meja.

Tiba-tiba Bara menyandarkan kepalanya di atas bahu Dealova.

"Aku juga membutuhkan kasih sayang itu, aku sendirian..tidak ada satupun orang yang perduli padaku dan mendengar semua keluh kesahku." ucap Bara dengan suara seraknya membuat Dealova semakin ikut merasakan kesedihan yang di alami seorang Bara.

"Bagaimana ceritanya, sampai Tuan menikah dengan Nyonya Gina kalau Tuan tidak mencintainya?" tanya Dealova yang semakin tidak percaya pada kehidupan Bara yang sebenarnya yang sangat berbeda dengan berita di luar sana.

"Aku di jodohkan oleh orang tuaku dengan Georgina tanpa aku tahu sama sekali, sepertinya aku di jual oleh orang tuaku sendiri untuk memenuhi kepuasan mereka untuk mendapatkan harta yang lebih berlimpah di banding kebahagiaanku." jawab Bara dengan suara lirih hendak meraih botol minuman di atas meja, Namun Dealova mengambilnya kembali dan menjauhkannya dari jangkauan Bara.

"Tuan Bara, Tuan Bara kan laki-laki kenapa Tuan tidak menolak saja pernikahan itu!!" ucap Dealova yang berpikir kenapa Bara hanya diam saja dengan perlakuan orang orang tuanya.

Bara terdiam dengan tubuh yang gemetar, matanya semakin merah dan menangis.

"Mereka menahan orang tua kandungku, aku adalah anak angkat mereka yang hanya di jadikan alat untuk mencari kekayaan saja, aku harus menuruti semua keinginan mereka jika ingin orang tuaku selamat, sampai sekarang aku tidak tahu di mana orang tuaku selain mendengar suaranya saja, aku memang laki-laki lemah, aku sudah berusaha terus mencarinya tapi belum juga aku temukan." ucap Bara dengan tubuhnya merosot ke lantai menangis tanpa suara dalam kesedihannya.

Dealova menyeka keringatnya mendengar cerita seorang Bara yang sangat tragis, masa lalu Bara tidak jauh beda dengan masa lalunya yang juga lebih kejam dan kelam.

"Tuan, sudah cukup..Tuan jangan lagi bersedih, sebaiknya Tuan sekarang ke kamar Tuan dan beristirahat di sana." ucap Dealova yang masih merasa sesak dengan cerita Bara.

Pantas saja Bara tidak bisa begitu saja cerai dengan Georgina karena semua kartu ada di tangan orang orang tua angkatnya, dan Georgina sendiri ingin cerai dengan Bara dengan cara menghancurkan reputasi Bara. Bara di serang dari dua kubu orang tua angkatnya dan Georgina.

"Sungguh malang nasibmu Tuan Bara, pantas saja sikap kamu begitu dingin pada semua orang." gumam Dealova menatap Bara yang masih dalam tangis walau tanpa suara.

"Tuan Bara...Tuan Bara..??" panggil Dealova menepuk Bara yang masih diam saja.

Dealova sedikit menjadi cemas saat tahu Bara tidak bergerak sama sekali.