Chereads / Aku Bukan Pilihan Hatimu / Chapter 161 - MERASA EGOIS 1

Chapter 161 - MERASA EGOIS 1

Revan memacu tubuhnya mengungkung Wina dan Wina bisa meraba dada Revan yang terlihat semakin liat. Dia melumat dada Revan dan memainkan mulutnya disana.

" Ahhhh, sayang!" desah Revan menikmati hangatnya lidah Wina.

" Ahhhh!" kembali Wina melenguh akibat pelepasannya. Revan mempercepat gerakannya, dia melumat dada dan bibir Wina.

" Akhhhhhhh!" teriak Revan melepaskan ribuan pasukannya ke dalam rahim Wina hingga beberapa kali. Lalu tubuhnya terasa lemas dan terjatuh di atas Wina. Wina mengusap punggung Revan dengan lembut. Kemudian Revan menjatuhkan tubuhnya ke samping Wina.

" Apa ada selimut?" tanya Revan.

" Ada di kamar mandi!" jawab Wina dengan mata tertutup akibat rasa lelah yang ditimbulkan Revan. Revan berdiri dan berjalan tanpa sehelai benangpun menuju kamar mandi dan membuka lemari yang ada disitu. Diambilnya sebuah bantal dan selimut, lalu dibawanya keluar kamar mandi. Revan membuka selimut tersebut dan menutupkannya pada tubuh polos Wina lalu dia masuk ke dalamnya dengan memakai bantal dan meraih kepala Wina agar memakai lengannya sebagai bantal. Wina bergerak memutar tubuhnya menghadap ke arah Revan dan mencari kenyamanan di dada pria itu. Revan mengecup rambut wanita itu dan memluk tubuhnya dengan erat.

Angel melihat ke ponselnya, sudah jam 8 malam, tapi Revan belum juga mengabarinya. Angel menelpon beberapa kali tapi hanya nada sambung yang terdengar.

" Apa masih belum ada jawaban?" tanya Reva.

" Belum, kak!" jawab Angel.

" Apa kamu sudah mencoba menghubungi Jim?" tanya Reva.

" Belum!" jawab Angel.

" Mungkin mereka terjebak hujan, karena itu mereka masih di kantor!" kata Reva menenangkan adik iparnya itu.

" Iya!" jawab Angel lalu dia menelpon Jim.

" Iya, Nyonya!" jawab Jim.

" Apa suamiku bersamamu?" tanya Angel.

" Iya, Nyonya! Bos sedang ada meeting dengan klien!" jawab Jim.

" Baiklah! Sampaikan jika aku berada di rumah Kak Reva!" kata Angel tenang.

" Baik, Nyonya! Mungkin Bos akan pulang malam jika hujan reda!" kata Jim lagi.

" Iya! Aku hanya ingin tahu kabarnya saja, karena dia tadi tidak bilang jika ada meeting!" kata Angel.

" Iya, Nyonya! Ini mendadak, karena ada sedikit masalah dengan perusahaan lain!" tutur Jim.

" Baiklah! Trima kasih, Jim!" kata Angel.

" Sama-sama, Nyonya!" jawab Jim.

Angel menutup panggilannya dan melihat ke arah kakak iparnya.

" Bagaimana?" tanya Reva.

" Dia ada meeting mendadak, Kak!" jawab Angel.

" Syukurlah! Apa kamu sudah tenang?" tanya Reva.

" Sedikit!" jawab Angel. Entah mengapa hatinya sangat gelisah dan janin yang berada di dalam perutnya seakan ikut merasakannya karena dia merasakan sebentar-sebentar perutnya kram.

" Sepertinya hujan akan turun semalaman! Kamu menginap saja disini!" kata Reva.

" Iya, Kak!" jawab Angel.

Jam menunjukkan pukul 12 malam, Wina perlahan membuka matanya dan melihat ke sekeliling. Dimana ini? tanya batin Wina. Dia mengumpulkan serpihan memorynya dan mengingat kegiatan panas yang dilakukannya dengan Revan. Ah, Revan! batin Wina. Dia melihat sebuah tangan melingkar di dadanya. Isshhh! Pria ini, selalu saja seperti ini! batin Wina. Dia mencoba mengangkat tangan Revan, tapi tangan itu terasa sangat berat. Wina mencoba kembali mengangkat tangan itu, tapi Wina malah mengeluarkan desahan akibat remasan pada dadanya.

" Ahhhh!"

" Jangan banyak bergerak! Kau membangunkan dia!" suara seksi itu terdengar kembali setelah sekian lama. Dan Wina sangat tahu siapa yang dimaksudkan oleh Revan.

" Tapi aku lapar!" rengek Wina. Revan tersadar jika mereka belum makan malam dan telah menghabiskan tenaga.

" Aku akan memesankan makanan, tunggulah disini!" kata Revan.

" Aku mau membersihkan tubuhku yang lengket!" kata Wina lagi.

" Apa air hangatnya sudah jalan?" tanya Revan.

" Tentu saja!" kata Wina.

" Pergilah!" kata Revan. Wina membungkus tubuhnya dengan selimut.

" Untuk apa kamu membungkus tubuhmu? Aku telah hafal semuanya!" kata Revan.

" Cih! Kamu tidak perlu mengingatkanku!" decih Wina kesal. Wina berdiri dan melangkah polos. Akhhh! Sial! Kenapa perih sekali! Dasar pria mesum, miliknya bertambah besar saja! batin Wina. Revan menghubungi Jim dan memesan beberapa barang juga makanan. Setelah itu Revan menyusul Wina ke kamar mandi. Dasar teledor! batin Revan yang membuka pintu kamar mandi yang tidak terkunci.

Revan memeluk Wina dari belakang lalu mengecup bahu wanita itu. Tubuh Wina bergetar dan kembali merasakan hasratnya.

" I miss you!" bisik Revan. Wina hanya diam mendengar perkataan Revan. Mereka kembali mengulang adegan panas itu di dalam kamar mandi hingga beberapa kali. Revan mengeringkan tubuh lemas Wina lalu membaringkannya di ranjang. Revan mengeringkan tubuhnya dan memakai handuk dipinggangnya. Diraihnya ponselnya dan melihat pesan dari Jim. Revan keluar dari kamar dan melihat Jim yang duduk dengan beberapa barang.

" Bos!" sapa Jim yang melihat Bosnya dalam keadaan setengah polos.

" Pergilah!" kata Revan datar.

" Permisi!" kata Jim tanpa banyak bertanya, karena itu adalah urusan pribadi Revan.

" Makan dulu!" bisik Revan ditelinga Wina. Wina yang tertidur segera bangun dan duduk bersandar di headboard ranjang.

" Trima kasih!" kata Wina.

Lalu mereka makan dalam diam, sesekali mereka saling membersihkan bibir karena ada sisa makanan disana. Setelah habis, Revan membuangnya di tempat sampah yang ada di luar kamar. Lalu dia berjalan mendekati ranjang, dada Wina rasanya berdetak sangat kencang melihat Revan. Tubuh pria itu semakin terlihat kekar dan kuat. Glek! Wina menelan salivanya.

" Apa ada sesuatu di tubuhku sehingga kamu melihatku seserius itu?" tanya Revan yang telah naik di atas ranjang.

" Eh? Ah, nggak!" jawab Wina gugup. Revan tidur di pangkuan Wina. Wina mengusap rambut pria manja itu.

" Apa kamu sudah kehilangan akal?" tanya Revan. Wina mengernyitkan dahinya mencoba mencerna ucapan Revan.

" Mereka semua laki-laki!" kata Revan, barulah Wina mengerti kemana arah pembicaraan itu.

" Aku hanya ingin menyelesaikan semua!" kata Wina lirih.

" Apa kamu tidak mau bertemu denganku?" tanya Revan.

" Karena kamu sangat menyebalkan!" jawab Wina kesal.

" Apa sekarang masih?" goda Revan.

" Berlipat-lipat malah!" jawab Wina.

" Kamu tidak tahu betapa khawatirnya aku mendengar kamu sendiri disini!" tutur Revan jujur.

" Maaf!" kata Wina.

" Jangan mengulanginya lagi!" kata Revan.

" Iya!" jawab Wina. Revan menarik kepala Wina dan melumat bibir wanita itu. Lalu Wina membaringkan tubuhnya dan Revan meletakkan kepalanya di dada Wina.

" Apakah nyaman sekali disitu?" gerutu Wina.

" Tentu saja! Aku sangat menyukainya! Kamu semakin berisi dan seksi!" kata Revan membuat wajah Wina bersemu merah.

" Ini dulu tidak terlalu besar!" kata Revan meremas dada Wina dan Wina memukul tangan Revan.

" Haha!" kekeh Revan.

" Ini...apa? Seperti bekas operasi?" tanya Revan menunjuk perut Wina. Wina kaget mendengar pertanyaan Revan.

" I...ini memang bekas operasi!" jawab Wina gugup.

" Tidak apa! Berapa usianya sekarang?" tanya Revan sambil mengusap bekas operasi di perut Wina.

" 3 tahun!" jawab Wina sambil memejamkan matanya.

" Perempuan?" tebak Revan.

" Iya!" jawab Wina.

" Pasti sangat cantik seperti kamu!" kata Revan menatap wajah Wina.

" Iya! Sangat cantik!" jawab Wina tersenyum. Revan mengecup bekas operasi itu lalu mencium Wina dengan lembut. Kemudian Revan memperdalam umatannya dan meremas dada Wina.

" Rev!" panggil Wina.

" Ini salah!" ucap Wina lirih.

" Bisakah kita melupakan mereka untuk saat ini?" tanya Revan datar.

" Bukankah itu egois?" tanya Wina.

" Aku ingin kita egois saat ini!" jawab Revan. Lalu mereka kembali melakukan perbuatan itu hingga menjelang pagi hari.