" Kamu terlihat cantik, Gel!" kata Revan saat di dalam kamar ganti.
" Benarkah?" tanya Angel manja lalu melingkarkan tangannya ke leher Revan.
" Tentu saja!" jawab Revan memegang pinggang calon istrinya itu. Lalu Angel mencium bibir Revan dengan lembut lalu berubah menjadi kasar. Revan mengikuti saja gerakan bibir Angel.
" I want you, Van!" pinta Angel.
" No, Gel! Tunggu sampai kita menikah!" kata Revan. Tok! Tok!
" Apa kalian tidak bisa menunggu?" tanya Tata yang seakan tahu apa yang anak dan menantunya lakukan.
" Iya, ma! Aku lagi di rapikan sama Angel.
Sorry!" bisik Revan. Angel hanya tersenyum dan memeluk erat tubuh Revan.
" Please, don't leave me! I love you so much!" kata Angel lirih di telinga Revan. Seketika sekelebat bayangan melintas di kepala Revan.
" Akhhhh!" teriak Revan.
" Revan!" teriak Angel yang tak kuasa menahan tubuh besar Revan.
" Tanteeeee!" teriak Angel lagi.
Sementara itu di ruangan yang cukup luas. Sedang bergumul 2 orang anak manusia yang dalam keadaan polos.
" Ahhhh! Yes! You're the best, Maureen! Yesss!" suara si pria itu menggema di bawah tubuh seorang wanita yang sedang bergoyang di atasnya.
" Give a child, baby!" kata wanita itu dengan manja.
" No!" jawab si pria sambil meremas-remas dada wanita itu.
" I'm not a hooker, baby!" kata wanita itu.
" Ahhhh...ahhhhh! Akhhhhhhh!" lolongan wanita itu terdengar menggema di seluruh ruangan. Wanita itu mendapatkan pelepasannya yang ke sekian kali di pagi hari itu. Dengan cepat si pria membalikkan keadaan dengan memacu tubuhnya diatas wanita itu.
" I love you, baby!" kata wanita itu.
" I know!" jawab si pria. Lalu dia memacu tubuhnya hingga bunyi pertemuan 2 kulit manusia saling bersahutan hingga beberapa lama.
" Ahhh! Ahhh! I'm going out...yes! Faster over there!"
" Me too!" kata mereka berdua lalu si wanita melengking kemudian si pria menarik miliknya dan menyemprotkan ke mulut dan tubuh wanita itu.
" Ahhhh! Ahhhh! Ssshhhhh!" desah si pria sambil cairannya menyembur keluar. Si wanita terlihat kelelahan dan tertidur.
" Tidurlah! Aku akan menemuimu siang nanti!" kata si pria lalu berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dari air liur wanita itu.
Setelah memakai pakaiannya dengan rapi, dia memakai sepatu dan membuka pintu ruangan itu. Dia terkejut melihat seorang wanita sedang duduk di sofa bersama dengan seorang gadis kecil.
" Papa!" panggil gadis itu lalu melompat dari atas sofa dan berlari mendekati pria itu.
" Hei! What are you doing here?" tanya si pria lalu menangkap dan menggendongnya.
" Papa lupa? Papa kemarin berjanji akan membawaku ke atas!" kata gadis itu dengan gaya sedikit cadel.
" Oh, ya?" kata pria itu. Sial! Aku lupa jika telah menjanjikan dia hal itu! batin si pria. Sementara wanita itu hanya terdiam sambil melihat ponselnya.
" Apa papa sedang sibuk?" tanya gadis itu.
" Mengapa gadis kecil papa menanyakan itu?" tanya pria itu.
" Karena mama bilang papa sedang sibuk membantu orang melahirkan di ruangan itu!" kata gadis kecil itu. Pria itu mengernyitkan dahinya.
" Karena ada suara perempuan sedang kesakitan disitu, papa! makanya mama suruh dengerin musik!" kata gadis itu sambil menunjuk headphone yang bergelantung di lehernya. Pria itu menatap wanita yang berada di sofa dengan pandangan nanar.
" Iya, sayang! Papa habis membantu dia! Kita pergi sekarang?" tanya pria itu.
" Yeayyyy! Ayo, ma!" ajak gadis kecil itu. Wanita itu tersenyum dan berdiri setelah mematikan ponselnya.
" Kenapa kamu membawanya kesini?" tanya pria itu di dalam lift.
" Apa kamu tidak mendengar dia berkata apa?" tanya si wanita.
" Apa kamu tidak bisa menelponku?" tanya si pria.
" Apa kamu akan menjawab saat sedang menggoyang dia?" tanya wanita itu santai.
" Apa kamu cemburu?" tanya pria itu lagi sambil menatap wanita itu. Dia mencari-cari perasaan itu dari mata si wanita saat wanita itu menatapnya.
" Tidak sama sekali! Kamu lupa apa yang telah kamu katakan padaku?" tanya wanita itu.
" Apakah kamu masih belum memaafkan aku? Ini sudah beberapa tahun!" kata pria itu.
" Aku sudah memaafkan kamu! Karena itu aku melakukan semua ini!" kata wanita itu. Sementara gadis kecil itu asyik mendengarkan lagu digendongan papanya.
Revan terbangun dari tidurnya, dia membuka matanya perlahan dan melihat ke sekeliling ruangan.
" Sayang! Syukurlah kamu sudah bangun!" sapa Angel dengan mata sembab.
" Aku dimana?" tanya Revan.
" Kamu di RS, sayang!" kata Angel mencium kening kekasihnya.
" Kenapa aku disini?" tanya Revan.
" Kamu pingsan saat kita di butik tadi!" kata Angel.
" Aku ingat saat kamu bicara, tiba-tiba kepalaku terasa sakit!" kata Revan.
" Aku mohon kamu ambil cuti sampai pernikahan kita dilangsungkan!" kata Angel.
" Tapi, Gel!..."
" Aku harap kamu mau melakuaknnya, sayang! Ini demi kebaikanmu!" kata Angel lagi.
" Baiklah!" kata Revan menyerah.
Revan mengenal Angel belum lama, Angel adalah adik dari dokter syaraf dan psikiater yang merawat Revan. Dia bertemu Angel tidak disengaja, karena saat itu Angel sedang duduk di ruangan kakaknya untuk meminta jatahnya. Saat Revan mengetuk pintu, Angel membukakannya. Dia sangat terpesona dengan wajah tampan Revan dan langsung jatuh cinta padanya.
" Apa ini ruangan dokter Liana?" tanya Revan. Angel hanya berdiri di depan Revan karena terpukau akan wajah pria itu.
" Halo, dokter!" kata Revan lagi.
" Eh...iya! Saya dokter Angel! Asisten Dokter Liana!" kata Angel.
" Silahkan masuk!" kata Angel dengan jantung berdebar kencang.
" Trima kasih!" jawab Revan lalu masuk ke dalam ruangan itu dan duduk di kursi yang berada di depan meja kerja Liana. Angel bisa mencium aroma vanilla pada tubuh Revan yang membuatnya mabuk dan ingin menghirupnya lebih dalam.
" Apa dokter Liana sedang ada keperluan? Karena waktu saya hanya satu jam saja!" kata Revan.
" E..itu...Dia masih dipanggil oleh Kepala RS, jadi dia pergi ke ruang kepala sebentar!" kata Angel yang telah duduk di kursi kakaknya. Angel melirik ke atas meja dan melihat ada sebuah rekam medik disana.
" Bapak Revan Varel Abiseka?" kata Angel.
" Iya!" jawab Revan. Sial! Apa dia anak dari Valen Abiseka? Suatu kebetulan yang sangat indah! batin Angel.
" Baik, sekarang kita bisa memulai sesi hari ini! Pak Revan bisa berbaring di sofa dulu?!" kata Angel yang memang saat ini sedang kuliah di jurusan psikiater sama seperti kakaknya. Revan berdiri dan berjalan ke arah sofa relaksasi, dibaringkannya tubuhnya dengan nyaman.
" Buat tubuh bapak senyaman mungkin! Lalu pejamkan mata Pak Revan!" kata Angel lagi. Revan memejamkan kedua matanya. Angel menatap wajah tampan dan menawan itu. Astaga! Tampan sekali! Apa kamu sudah menikah? tanya batin Angel. Dengan cepat dia membuka identitas diri Revan dan membacanya. Single! Yessss! Aku harus memilikimu, Revan sayang!
" Apa kita akan mulai?" tanya Revan dan membuat Angel tersentak.
" Iy...iya! Hirup udara perlahan! Lalu hembuskan!" kata Angel gugup. Aduhhh! Sial, mampus gue! Dimana Kak Liana, sih! Lama banget! batin Angel. Lalu pintu dibuka dengan pelan, Angel melihat ke arah pintu dan mengacungkan telunjuknya di depan bibirnya. Liana mengerutkan dahinya seakan bertanya ada apa, lalu dia melihat ke arah sofa miliknya. Seketika matanya membulat sempurna dan menatap tajam adiknya.