Chereads / Aku Bukan Pilihan Hatimu / Chapter 138 - Move On?

Chapter 138 - Move On?

BONUSSSSS......!!!

Banyak yang bingung...sabar ya nti juga akan kebuka semua satu persatu...!!!

_______________________________________________________________________________________

" Dokter Angel?" panggil Revan. Dok...ter? bibir Liana mengucap kata itu tanpa bersuara dengan masih menatap Angel. Angel menangkup kedua tangannya di depan wajah sambil bibirnya mengucap " sorryyyyyy" tanpa suara juga.

" Selamat Pagi, Revan!" kata Liana yang sudah duduk di kursinya. Revan membuka matanya.

" Pagi, dokter Liana!" jawab Revan sambil tersenyum.

" Maafkan atas kelancangan adik saya!" kata Liana dan membuat Angel membulatkan matanya.

Sejak saat itu mereka berkenalan dan ternyata Angel adalah anak sahabat Valen saat mereka kuliah dulu. Dan sekarang mereka sangat dekat setelah bertemu 2 tahun belakangan ini. Angel adalah putri bungsunya dan masih kuliah di negara S. Dia datang ke negara ini dalam rangka liburan kuliah.

" Pokoknya Angel nggak mau kuliah lagi!" rengek Angel.

" Apa maksud kamu , sayang? Kamu sudah semeter 4 sayang kalo berhenti!" kata papanya.

" Tapi Angel mau nikah sama Revan!" kata Angel.

" Apaaaaa?" teriak semua yang ada di ruang tengah.

" Ckkk! Kayak paduan suara aja!" kata Angel sambil menutup telinganya.

" Kamu jangan main-main, ya, Gel!" kata mamanya.

" Angel minta nikah, ma!" rengek Angel lagi.

" Astaga, nih anak! Kenapa tiba-tiba berubah 360 derajat? Kamu bilang sendiri nggak akan mau nikah sebelum kamu berusia 25 tahun dan itu tidak bisa diganggu gugat!" tutur mamanya sewot.

" Tapi kalo calon suaminya Revan, Angel maunya nikah sekarang!" kata Angel dengan bibir cemberut.

" Aduhhhh! Kamu bikin migrain mama kumat aja, Gellll!" kata mamanya memegang kepalanya yang sedikit berdenyut. Dengan cepat Liana mengambil obat yang ada di kotak obat dan memberikan pada mamanya. Papanya hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala saja melihat tingkah putri bungsunya itu.

" Sayang! Kuliah dulu sampai selesai, ya! Baru nanti nikah!" kata papanya sabar.

" Keburu Revan diambil orang, Pa! Angel nggak mau! Angel maunya sekarang!" rengek Angel lagi.

" Gel! Kenapa, sih, ngebet banget?" tanya Liana.

" Pengen, ya, pengen!" kata Angel malu.

" Ih, nih, anak kecil! Otak kamu pasti mesum, kan!" kata Liana membuat pipi Angel semakin memerah.

" Angelllllll! Astaga! Apa kamu pikir nikah itu isinya cuma enak-enak aja? Kalo kamu punya anak gimana? Apa kamu bisa? Makan aja masih mama suapin!" kata mamanya emosi.

" Pokoknya Angel mau nikah sama Revan!" kata Angel tegas.

" Aduh, pusing kepala mama! Urus anakmu, Pa! Mama perasaan dulu nggak ngidam aneh-aneh waktu hamil dia!" kata mamanya lalu pergi ke kamar untuk istirahat.

" Gel! Kak Liana saja belum nikah!" kata papanya.

" Salah sendiri! Diajak nikah nggak mau!" kata Angel dan seketika mendapat sentilan dikeningnya.

" Aduh! Apa'an, sih, Kak! Emang bener'kan? Kak Roman udah ngelamar kakak, tapi kakak masih belum mau! Masih belum move on dari Kak Max?" kata Angel cerewet.

" Nih, anak! Lama-lama gue lakban juga!" kata Liana kesal.

" Apa benar. Li?" tanya papanya.

" Eh...nggak, Pa! Angel asal bicara aja!" kata Liana tersenyum kikuk.

" Bukannya Max akan menikah bulan depan?" tanya papanya.

" Iya, pa! Orang udah jelas-jelas ditinggal masih diarepin aja!" cerocos Angel.

" Angellll!" kata papanya. Nih, anak, ember banget! Gue cor juga tu bibir! Lagian darimana dia bisa tahu semuanya? Bukannya dia nggak ada disini? batin Liana.

" Li! Papa harap kamu bijaksana menyikapi hal ini!" kata papanya. Liana hanya diam saja, hatinya bergejolak hebat. Dia dan Max telah 5 tahun berpacaran, sejak mereka sekolah SMA.

Siang itu Liana ke rumah Max karena kata Max dia tidak enak badan. Liana diperbolehkan masuk, karena Max hanya tinggal berdua dengan adiknya, sementara orang tuanya selalu bepergian. Max tertidur di ranjangnya hanya dengan memakai boxer saja. Liana menelan salivanya melihat dada bidang Max, walau dia sering melihat saat mereka berenang.

" Max!" panggil Liana yang duduk di pinggir ranjang sambil menyentuh keningnya. Panas! Liana mengeluarkan stetoskop dari dalam tasnya lalu memeriksa Max. Pria itu masih tertidur saat merasa ada benda dingin menyentuh permukaan kulitnya.

" Ana!" panggil Max lirih.

" Kamu sudah makan?" tanya Liana.

" Sudah!" jawab Max pelan.

" Minum obat?" tanya Liana lagi.

" Belum!" jawab Max. Liana mengeluarkan sebutir kapsul lalu meminumkannya pada Max.

" Kamu datang!" kata Max.

" Dean menelponku!" kata Liana.

" Anak itu!" kata Max.

Lalu Max tertidur karena obat itu, sementara Liana menunggunya di sofa karena telah berjanji pada Max akan masih disini saat dia bangun. Hari menjelang petang saat Liana membuka matanya. Liana kaget saat mengetahui dirinya berada di ranjang.

" Kamu bangun?' tanya Max yang berada di sebelahnya.

" Apa kamu yang mengangkatku?" tanya Liana.

" Iya! Aku tidak tega melihatmu tidur disitu! Kamu pasti capek!" kata Max.

" Kamu sudah sembuh?" tanya Liana menyentuh kening Max.

" Aku sudah tidak apa-apa, karena ada kamu disini!" kata Max menatap Liana penuh cinta. Liana tersihir oleh kedua mata Max yang biru. Max mendekatkan wajahnya pada Liana dan Liana memejamkan kedua matanya saat dia tahu apa yang akan dilakukan Max. Bibir mereka bertemu, Max sedikit mengecup, lalu menyesap dan berakhir melumat dengan lembut. Liana membalas semua perlakuan Max.

" Ahhh, Max!" desah Liana saat Max meremas dadanya. Max membuka matanya dan ciumannya turun ke leher Liana karena melihat Liana hanya diam saja dengan perlakuannya. Max semakin meremas dada Liana.

" Ahhhh, Max!" desah Liana, membuat milik Max menegang perlahan. Max membuka kancing kemeja Liana dan Liana masih menikmati jilatan Max di lehernya. Tanpa Liana sadari Max telah melihat dua gundukan montok di dada Liana. Dengan cepat disingkapnya bra Liana dan melumat puncak dada Liana.

" Ohhh, Maxxx! Ahhh!" desar dan erangan Liana memecah keheningan kamar Max.

" Ahhh!" Liana kembali mendesah saat Max memilin dan sesekali menggigit puncak dadanya. Bibir max turun ke perut Liana, membuat gadis itu menggeliat dan mencengkeram sprei. Max menaikkan rok Liana dan terlihatlah segitiga pengaman Liana yang berwarna hitam senada dengan branya. Max mengendus-endus kewanitaan Liana yang telah basah.

" Kamu basah, sayang!" kata Max yang seketika membuka kedua matanya dan melihat kepala Max dibagian intimnya.

" Max, No!" ucap Liana yang bengun dan baru sadar jika pakaian atasnya sudah terbuka. Max menatap Liana nanar, hasratnya telah menggebu dan Liana bisa melihat itu dari kedua matanya.

" Please, An! I want you! I love you so much!" kata Max lembut. Lalu kembali melumat bibir Liana dan kembali gadis itu hanya bisa pasrah karena dia sangat mencintai pria itu. Max meraba milik Liana dari balik celana dalamnya. Liana seakan melambung menikmati permainan jari Max disana. Dan malam itu Liana kehilangan kegadisannya yang dia jaga selama ini dan mereka sering mengulangnya di waktu weekend.

" Aku ingin kamu hamil, An!" kata Max disela kegiatan panas mereka.

" Nggak, Max! Aku belum siap!" kata Liana.

" Tolong, An! Aku sangat menginginkan anak dari kamu sekarang!" kata Max dan berkali-kali juga Liana menolaknya. Hingga dia tahu apa alasan Max yang sangat menginginkan dirinya hamil saat dia melihat berita Max akan menikah dan saat itu juga tubuhnya lunglai dengan hati yang hancur berkeping-keping. Dan selama sebulan Liana menghindari Max dan tidak mau mendengar penjelasan pria itu. Pernikahan Max tertunda karena Renata sang calon istri sedang mengalami kecelakaan saat syuting di negara W. Karena lukanya cukup parah, Renata menolak untuk menikah hingga dirinya bisa kembali sempurna seperti semula.

Selama menghindari Max, Liana berhubungan dengan Roman dan Max tahu hal itu. Max membiarkan kekasihnya itu untuk melakukan apa yang menurutnya baik. Max tidak pernah sekalipun marah pada Liana karena disini dirinya yang telah bersalah dengan menyimpan rahasia rencana pernikahannya.