Sudah seminggu Revan telah sadar dari komanya, banyak keluarga yang menjenguknya di RS. Wina dengan setia berada disisi Revan, malah sudah seperti seorang istri yang melayani suaminya.
" Aku mau makan, sayang!" kata Revan manja.
" Apa kamu dari tadi nggak makan?" tanya Wina terkejut.
" Dia nggak mau makan, katanya nunggu kamu datang!" kata Tata.
" Kamu bisa masuk angin!" kata Wina lagi.
" Biar mama yang suapin!" kata Tata.
" Nggak ma! Aku maunya Wina!" kata Revan dengan wajah kecut.
" Wina baru saja sampai, Rel! Dia pasti capek!" kata Tata kesal sama sikap manja putranya itu.
" Nggak pa-pa, ma!" jawab Wina tersenyum.
" Tu, kan! Wina aja nggak apa-apa!" kata Revan tersenyum pada kekasihnya itu.
" Ckkk! Kolokan sekali!" kata Tata pada putranya.
" Ayo!" kata Wina yang sudah duduk di samping Revan dan menyendokkan makanan ke depan mulut Revan. Revan makan dengan lahapnya.
" Sayang! Aku harus ke Negara Y selama 3 hari!" kata Wina sambil menyuapi Revan. Wajah Revan seketika berubah jadi kesal.
" Aku nggak selera makan lagi!" kata Revan lalu membaringkan tubuhnya membelakangi Wina.
" Ma! Bisa aku bicara berdua dengan Revan?" kata Wina pada Tata yang duduk di sofa.
" Sekalian Mama mau pulang dulu, Win! Nanti kalo kamu mau pulang, kamu telpon Mama, ya!" kata Tata.
" Iya, ma!" jawab Wina.
" Dasar tukang ngambek!" kata Tata pada putranya. Lalu Wina mencium tangan dan pipi Tata, kemudian Tata keluar dari ruangan itu. Wina mengunci ruangan tersebut, karena jam sudah menunjukkan angka 8 malam. Wina masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaian kerjanya.
" Sayang!" panggil Wina yang telah selesai dan naik di brankar Revan. Revan hanya diam saja.
" Sayang! Kalo kamu ngambek aku pulang saja!" kata Wina.
" Jangan!" kata Revan memutar tubuhnya dengan cepat.
" Agghhhh!" rintih Revan.
" Astaga, apakah sakit?" tanya Wina panik.
" Sedikit! Kalo bergerak dengan cepat agak sedikit sakit!" kata Revan. Wina tidur di sebelah kiri Revan karena luka Revan berada di sebelah kanan. Revan meletakkan kepala Wina ditangan kirinya dan Wina tidur dengan tubuh miring agar dapat memeluk dada Revan.
" Aku harus pergi, sayang!" kata Wina lagi.
" Kalo aku melarang?" tanya Revan.
" Aku harus tetap pergi, karena ini tanggung jawabku sebagai direktur perusahaan!" kata Wina.
" Bisakah kamu berhenti dan dirumah saja jika kita sudah menikah nanti?" tanya Revan pelan.
" Apakah kamu yakin aku akan menikah denganmu?" goda Wina.
" Sangat yakin! Aku sampai seperti ini demi apa?" kata Revan kesal.
" Iya! Aku percaya!" kata Wina bahagia.
" I love you, Winona Alvaro!" kata Revan mengecup kening gadis itu.
" I love you more, Revan Varel Abiseka!" jawab Wina.
" Aku rindu, Win!" bisik Revan. Wina tahu apa yang dirindukan kekasihnya itu.
" Tapi kamu belum sembuh benar!" kata Wina dengan pipi merona.
" Tapi aku menginginkanmu!" kata Revan dengan wajah yang penuh hasrat dan Wina bisa melihatnya dengan jelas. Wina menekan tombol brankar agar Revan bisa sandar dengan posisi duduk. Perlahan Wina turun dan melepaskan satu persatu kain yang melekat di tubuhnya.
" Kamu selalu cantik di mataku, sayang!" ucap Revan dengan suara serak dan mata penuh kabut gairah saat melihat tubuh toples Wina. Wina naik ke atas brankar dan melepaskan baju RS yang dipakai Revan.
" Apakah tidak apa-apa jika aku duduk disini?" tanya Wina pada Revan. Revan mengangguk dan memegang pinggang Wina. Perlahan Wina duduk di pangkuan Revan dan meraba luka jahit di perut Revan.
" Sakit?" tanya Wina.
" Nggak!" jawab Revan. Wina menatap bibir merah keunguan kekasihnya, lalu dia menciumnya dengan lembut lalu berubah menjadi lumatan-lumatan panas dan kasar. Revan menekan tengkuk Wina lebih dalam dan menikmati bibir dan mulut kekasihnya itu. Puas dengan bibir Wina, Revan turun ke leher dan Selangka Wina. Revan menggigit kecil dan menjilat kulit Wina.
" Ahhh!" desah Wina saat Revan melumat puncak dadanya dan memilinnya. Beberapa kissmark tertinggal di setiap kulit yang tersentuh bibir Revan. Revan menekan tombol brankar agar dia bisa merebahkan sedikit tubuhnya. Revan menarik paha Wina ke atas, mata Wina membulat menatap Revan.
" Aku ingin memuaskanmu, sayang!" kata Revan. Dengan kaki bergetar, Wina menggeser pahanya naik ke wajah Revan, lalu dia memutar tubuhnya dalam posisi tengkurap dan menarik celana Revan. Mereka menikmati bagian intim masing-masing hingga Wina mengalami beberapa kali pelepasan. Wina sangat berhati-hati karena takut menimpa luka Revan. Tubuh Wina lemas disamping Revan, tapi Revan sudah tidak mampu menahan lagi. Bagian bawahnya butuh pelepasan, dia menaikkan kembali brankarnya dan mengangkat kaki Wina untuk duduk di pangkuannya.
" Win! Aku sudah nggak tahan!" kata Revan. Wina yang masih lemas, merasa kasihan pada Revan yang pasti sangat kesakitan karena hasratnya itu. Dengan tubuh sedikit lemas, Wina menancapkan milik Revan ke dalam miliknya.
" Dance, baby!" kata Revan.
Mereka melakukannya hingga beberapa kali dan tertidur setelah kelelahan. Wina terbangun saat merasa lapar dan haus. Wina membuka selimut dan berjalan ke kamar mandi, dia memakai kembali pakaiannya yang berserak di lantai setelah membersihkan tubuhnya. Wina memesan makanan lewat aplikasi dan meminum sebotol air mineral. Wina menatap Revan yang tertidur dengan lelap. Diraihnya ponselnya yang berada di dalam tas, dinyalakannya ponsel yang ternyata low bat tersebut. Wina mengambil charger dan menghubungkannya ke stop contact. Dibukanya WA miliknya, beberapa panggilan dari Tata, papa dan mamanya. Mereka pasti cemas! batin Wina. Wina menuliskan pesannya pada papanya dan juga mama Revan, lalu dia dia melihat jam pada ponselnya, jam 2 malam. Wina berjalan ke arah pintu dan membuka karena ada pesan dari aplikasi jika mereka sudah memasuki RS.
" Trima kasih!" kata Wina setelah membayar makanannya dan mengunci kembali pintu kamar Revan. Wina memakan makanan tersebut lalu menggosok giginya dan tidur di sofa.
Keesokan harinya Revan terbangun saat mendengar seseorang sedang berbicara di telpon.
" Yes, Sir! Don't worry i will be there tomorrow morning!" kata Wina.
"....."
" No, Sir! I hope David tell you the good things!" kata Wina lagi sambil tertawa pelan.
" ....."
" Ok, bye! Say hello for David!" kata Wina lalu menutup ponselnya.
" Siapa David?" tanya Revan dengan nada tidak suka.
" Good morning to you too!" kata Wina dengan tersenyum.
" Morning!" ucap Revan pelan.
" Masih cemburu saja setelah yang terjadi semalam?" tanya Wina kesal.
" Aku tidak suka kamu dekat-dekat sama klien pria mu!" kata Revan.
" Iya, Bosku sayang! Aku tahu! David itu anak laki-laki yang masih berusia 10 tahun! Masa iya kamu cemburu dengan dia?" kata Wina menggoda.
" Ah, kamu selalu menggodaku! Aku mau sekali lagi!" kata Revan pada Wina.
" Astaga! Dasar omes! Aku ada pesawat yang harus di kejar!" kata Wina.
" Bantukan aku mandi dulu!" kata Revan.
" Iya!" jawab Wina. Lalu Revan menurunkan kakinya ke bawah dan berdiri di pinggir brankar. Wina memapahnya masuk ke dalam kamar mandi dan mendudukkan Revan di atas kursi. Saat Wina akan keluar, Revan menariknya dan menekan tombol shower.
" Revannnnn! Astaga! Aku sudah mandiiii!" teriak Wina, Revan hanya tertawa melihat wajah kesal Wina.
" Aku bilang aku menginginkannya lagi!" kata Revan menangkup wajah Wina dan melumat bibirnya. Dengan terpaksa, Wina melayani pemuda omes itu sekali lagi, beruntung infus Revan telah dibuka kemarin pagi, karena lusa Revan sudah bisa pulang ke rumah. Jadi mereka leluasa melakukannya tanpa takut terganggu oleh infus.