Mereka sampai di bandara negara W pada jam 4 pagi waktu setempat. Reva langsung pergi ke pantai dan duduk di kursi yang telah tersedia di sepanjang pantai. Reva tertidur sejenak saat ada yang membangunkannya.
" Sunrise, Bos!" kata Sinta.
" Oh!" jawab Reva, lalu dia melihat ke lepas pantai, matahari seakan muncul dari dalam lautan.
Reva berdiri dengan pakaian jumpsuit pendek, dia berjalan ke arah pantai. Sepasang mata mengikuti langkah gadis itu kemanapun dia pergi. Sesekali dai memotret Reva dalam berbagai pose tanpa sepengetahuan Reva. Beberapa jam kemudian tampak beberapa orang mendatangi pantai untuk sekedar berolahraga atau berjalan-jalan.
" Ah!" teriak Reva saat seorang pria menyenggolnya dan dia hampir saja terjatuh jika saja tidak ditahan oleh sebuah tangan.
" Apa Nona tidak apa-apa?" tanya pria itu dengan suara baritonnya yang menurut Reva sangat seksi.
" Ya, saya nggak apa-apa!" Kata Reva lalu menatap pria itu. Seorang pria setengah baya, mungkin seumuran dengan papanya, tubuhnya kekar seperti papanya dan wajahnya sangat tampan dengan kaca mata hitam yang menambah kesan maco pada dirinya. Fix papa Valen banget!
" Mundurlah!" kata Edy mendorong pria itu.
" Tenanglah, Ed! Dia yang menolongku tadi!" kata Reva.
" Tapi Nona..."
" Sudah! Aku tidak apa-apa, kalian pergilah!" kata Reva. Kedua pengawal Reva itupun pergi ke tempat semula.
" Pengawal anda?' tanya pria itu. Reva seakan tersihir mendengar suara bariton pria itu yang menurutnya sangat seksi.
" Nona!" panggil pria itu me
" Iya! Maafkan mereka! Mereka hanya menjalankan tugas.
" It's Ok!" jawab Pria itu.
" Nama saya Luke!" kata Luke mengulurkan tangannya. Entah mengapa Reva sangat nyaman dengan keberadaan Luke dan tidak merasa takut.
" Saya Reva!" kata Reva membalas uluran tangan Luke.
" Anda fotografer?" tanya Reva saat melihat kamera yang ada di leher Luke.
" No! Hanya hobby saja!" kata Luke.
" Bos!" panggil Sinta.
" Maaf, saya harus pergi!" kata Reva.
" Apa kita bisa bertemu lagi?" tanya Luke membuka kacamatanya. Reva melihat lurus mata Luke.
" Mungkin!" jawab Reva.
" Saya berharap sekali bisa bertemu dengan anda lagi!" kata Luke.
" Saya pergi dulu!" kata Reva berjalan menjauhi Luke. Luke menatap Reva dengan pandangan tajam. Cantik! Apa aku mampu? Ah! Kenapa harus seperti ini? batin Luke. Reva memandang keluar jendela mobilnya, dia masih memikirkan Luke yang menurutnya menarik. Ada sesuatu tentang Luke yang membuat Reva penasaran. Heh! Itu adalah suatu kebetulan saja! batin Reva.
Malam harinya, Reva telah berdandan sangat cantik dan anggun pada acara peresmian itu. Semua mata menatap padanya, Reva datang bersama dengan Sinta dan membuat pria-pria di pesta itu tidak berkedip menatap Reva. Reva duduk di kursi yang telah ada pada undangan.
" Apa tidak salah, Sin? Ini meja dekat banget sama panggung!" tanya Reva.
" Nggak, Bos! Ini undangannya!" kata Sinta. MC mulai membuka acara dengan sebuah cerita tentang galeri itu. Acara demi acara dilalui, ternyata si empunya acara tidak bisa hadir karena ada sesuatu dan diresmikan oleh asistennya. Acara dilanjutkan dengan ramah tamah sambil menikmati suara merdu penyanyi terkenal dari kota W. Reva menyapu seluruh ruangan dengan kedua matanya, dilihatnya beberapa koleganya hadir disitu dan mereka hanya berani menganggukkan kepala saja. Tatapan Reva terhenti pada sosok pria yang sedang menatapnya tajam. Luke! Pria itu berdiri di dekat pintu balkon dan menatap lurus kepada Reva. Dia bertambah tampan dengan balutan tuxedo! batin Reva. Mata mereka bertemu dan entah apa yang tersirat di dalamnya. Seorang wanita mendekati Luke dan mencium pipinya, tapi tatapan Luke tidak lepas dari Reva, membuat Reva sedikit salah tingkah. Beberapa wanita datang dan pergi pada Luke, tapi mata pria itu tidak terlepas dari Reva. Reva akhirnya merasa jengah lalu mengajak Sinta untuk undur diri. Luke hanya diam melihat kepergian Reva. Kenapa dia hanya diam saja melihatku? Tapi matanya itu...Huh! Playboy dimana aja sama! batin Reva.
Keesokan harinya Reva tidak ke pantai, karena malas jika akan bertemu dengan Luke lagi. Entah mengapa hatinya mengatakan jika pria itu berbahaya untuknya. Dan Reva selalu mengikuti kata hatinya, karena memang selalu terbukti kebenarannya.
" Bos! Ada undangan makan siang dengan perusahaan LNR!" kata Sinta.
" Apa mereka menawarkan kerjasama?" tanya Reva.
" Iya, Bos!" jawab Sinta.
" Ok!" kata Reva. Reva menandatangani beberapa dokumen yang dibawa oleh Sinta dan mereka berangkat pada jam 11 siang ke WW RESTO, sebuah resto terbaik di kota WW. Ternyata makan siang itu bukan hanya Reva saja yang datang, tapi beberapa perudahaan yang cukup dikenal oleh Reva.
" Selamat Siang semua! Maaf jika kami mendadak mengundang kalian kesini!" kata seorang wanita cantik.
" Saya sekretaris Perusahaan LNR sangat bangga bisa mendatangkan semua pimpinan perusahaan untuk makan siang disini!" tutur sekretaris itu.
" Langsung saja, ini pimpinan kami!" kata Sekretaris itu, lalu datanglah Luke bersama beberapa pengawal dan seorang pria yang sebaya dengannya. Tatapan mata Luke masih sama dengan yang kemarin, sangat tajam dan menggoda.
" Selamat siang! Saya harap kerjasamanya dengan perusahaan kami!" kata Luke.
" Baiklah! Ini yang akan kami bahas!" kata asisten Luke. Luke duduk dengan tenang di ujung meja, sedangkan Reva duduk diujung meja satunya. Lampu ruangan dimatikan untuk menyalakan projector. Selama meeting berlangsung, mata Luke tidak pernah terlepas dari Reva dan ini membuat Reva tidak nyaman.
" Sin! Aku mau ke kamar kecil!" kata Sinta.
" Ya, Bos!" jawab Sinta. Lalu Reva berdiri dan pergi ke kamar kecil.
" Dimana kamar kecil?" tanya Reva pada penjaga yang ada diluar ruangan.
" Silahkan lurus saja lalu belok kanan!" jawab penjaga itu. Reva berjalan melalui lorong yang tidak begitu jauh, lalu dia masuk ke dalam toilet. Setelah selesai buang air kecil, dia melihat dirinya di depan cermin, lalu memoles wajahnya dan menambah lipstik di bibirnya. Betapa terkejutnya Reva saat dilihatnya Luke telah berada di depan toilet.
" Luke?" panggil Reva. Luke mendekati Reva, Reva mundur ke belakang hingga tubuhnya menabrak pintu toilet.
" Kamu sangat menggairahkan, Reva! Kenapa aku tidak bisa menghilangkanmu dari pikiranku?" kata Luke.
" Jangan kurang ajar! Pergilah! Kita ada meeting!" jawab Reva kesal.
" Aku yang mengundangmu dengan sengaja! Aku juga yang membuat kita mengadakan meeting!" kata Luke yang telah mengungkung tubuh Reva dengan kedua tangannya memegang pintu toilet.
" Apa? Kamu sudah gila!" jawab Reva. Jantung Reva berdetak dengan keras, dia melihat bibir Luke yang kissable dan membuat pikirannya menjadai kotor.
" Apa kamu juga menginginkanku, Reva?" kata Luke dengan lembut tapi terdengar seksi.
" Kamu gila! Aku sudah bertunangan!" kata Reva.
" Aku tidak perduli!" jawab Luke lalu tanpa disadari Reva, bibir Luke telah melumatnya. Plakkk! Tangan Reva menampar pipi Luke hingga wajah Luke menoleh ke arah lain. Luke tidak marah, malah semakin merasa tertantang. Lalu dia kembali mencium kasar Reva, Reva berusaha untuk melepaskan bibir Luke dengan menggigitnya.
" Kamu kasar, baby! Aku suka!" kata Luke lalu menelan rasa anyir dan asin di bibirnya. Dengan kasar Luke memegang kedua tangan Reva dan mengangkatnya keatas kepala gadis itu, sedangkan kakinya mengunci gerakan kaki Reva agar tidak bergerak.