Chereads / Aku Bukan Pilihan Hatimu / Chapter 56 - Pertolongan

Chapter 56 - Pertolongan

Hans melihat nama yang tertera di ponselnya saat ponsel itu berdering.

" Iya, Nyonya Besar?"

- " Dimana kamu?" -

" Di IGD!"

- " Apa?" -

Mama Valen menyusuri lorong RS menuju ke IGD. Dilihatnya Nanik dan Mery duduk di ruang tunggu.

" Nanik?" panggil mama Valen.

" Ibu!" jawab Nanik lalu mencium tangan mama Valen, begitu juga Merry.

" Ada apa ini? Kok pada disini? Kenapa kamu nangis, Nik" tanya mama Valen.

" Mbak Tata, Bu!" jawab Nanik sambil berkaca-kaca .

" Tata kenapa?" tanya mama Valen.

" Mbak Tata pendarahan!" jawab Nanik.

" Pendarahan? Pendarahan apa maksud kamu, Nik?" tanya mama Valen mengerutkan dahinya tanda tidak mengerti.

" Nyonya keguguran, Nyonya Besar!" kata Hans.

" Apa? Tapi bagaimana bisa? Kapan dia menikah?" tanya mama Valen kaget.

" Seminggu yang lalu, Nyonya Besar!" jawab Hans lagi.

" Kenapa tidak ada yang memberitahuku? Apakah karena aku bukan mertuanya lagi?" kata mama Valen marah menatap mereka bertiga bergantian dan mereka hanya bisa menundukkan kepalanya.

" Bukan seperti itu, Nyonya!" sahut Hans.

" Lalu?" tanya mama Valen sebel.

Tiba- tiba seorang perawat keluar dari ruang IGD.

" Keluarga Renata Abiseka!" panggil perawat itu.

" Ya, suster? Saya mertuanya!" jawab mama Valen.

" Ibu Renata mengalami pendarahan yang hebat, apa ada dari keluarga yang memiliki golongan darah A+, karena kebetulan golongan darah itu kosong dan kita membutuhkannya sekarang!" tutur perawat itu.

" Ya, Tuhan! Apa darah kalian ada yang seperti Tata?" tanya mama Valen pada mereka bertiga. Mereka menggelengkan kepalanya.

" Sebenarnya ada, Bu!" kata Merry tiba-tiba.

" Siapa?" tanya mama Valen lagi.

" Pak Fero!" jawab Merry, karena dia ingat waktu ada acara donor darah di perusahaan, Merry sempat melihat golongan darah Fero sama dengan Tata.

" Cepat hubungi dia!" perintah mama Valen.

" Tapi, Nyonya!" potong Hans.

" Ada apa? Bukannya Fero suami Tata? Karena setahuku dia dekat sama Tata!" kata mama Valen.

" Biar aku yang telpon!" kata mama Valen, lalu dia mengambil ponselnya dari dalam tas dan mencari nomor Fero.

" Halo, Fer!"

- " Iya, tante?" -

" Apa kamu bisa ke RS?"

- " Siapa yang sakit, Tante?" -

" Istrimu! Apa kamu belum diberitahu?"

- " Istri? Saya belum beristri!" -

" Apa maksudmu? Bukankah kamu menikah dengan Tata?"

- " Tata? Kenapa dengan Tata? Apa dia sakit?"

" Dia butuh darah! Dia mengalami pendarahan!"

- " Apa? Dimana Tante sekarang? Tolong sharelock, saya akan berangkat sekarang!" -

" Iya! Cepat!"

" Tunggu, Sus! Suaminya akan segera datang!"

Mama Valen memberikan lokasinya pada Fero sebelum mematikan ponselnya dan menyimpannya di dalam tasnya. Semua yang ada disitu hanya diam saja tanpa berani bicara apa-apa. Hans bingung harus bicara apa pada mama Valen, karena bukan kapasitas dia untuk memberitahu tentang pernikahan Tata dan Valen.

" Reva dimana Nik?" tanya mama Valen tiba-tiba. Nanik terkejut dan tidak tahu harus bilang apa, dia menatap Hans.

" Reva..."

" Non Reva ada sama Sumi, Nyonya Besar!" jawab Hans dan membuat Nanik merasa lega.

" Baguslah! Nggak usah dibawa kesini! RS nggak baik buat anak-anak!" ucap mama Valen. Kemudian dia duduk di kursi tunggu dengan wajah cemas.

" Bagaimana bisa dia mengalami pendarahan?" tanya mama Valen pada Nanik yang duduk disebelahnya. Nanik bingung harus menjawab apa, karena dia benar-benar takut jika semua akan terbongkar.

" Dokter belum mengatakan, Nyonya Besar! Menunggu suaminya katanya!" jawab Hans.

" Tunggu dulu! Bukannya Vanya bekerja disini?" tanya mama Valen.

Tidak lama kemudian Fero datang dan langsung menuju ke ruang IGD.

" Tante!" sapa Fero.

" Fero!" jawab mama Valen.

" Bagaimana keadaan Tata?" tanya Fero.

" Kamu yang sabar, ya! Pasti nanti kalian akan bisa memiliki anak lagi!" tutur mama Valen yang membuat Fero heran.

" Bagaimana? Apa pendonornya sudah ada? Karena keadaan Ibu Renata bisa berbahaya jika terlambat!" kata perawat yang tiba-tiba keluar dari ruang IGD dengan tergesa-gesa.

" Saya yang akan mendonorkan darah, suster!" jawab Fero, lalu mereka masuk ke dalam IGD untuk memeriksa dan mengambil darah Fero.

" Hans! Dimana Tata?" tanya Valen yang datang beberapa saat kemudian. Mama Valen yang melihat kedatangan anaknya yang lama nggak pulang-pulang langsung berdiri dan memanggil Valen.

" Al?" panggil mama Valen dengan mata berkaca-kaca.

" Mama!" ucap Valen lalu memeluk erat mamanya.

" Dasar anak nakal! Kenapa pulang nggak bilang-bilang?" tanya mama Valen memukul lengan anaknya tapi Valen tidak merasakan sakit karena dia tahu itu pukulan sayang untuknya.

" Maafkan Al, ma! Al belum bisa kerumah!" jawab Valen dengan mata sedih.

" Sudahlah! Yang penting kamu sudah pulang!" ucap mamanya.

" Darimana kamu tahu jika Tata disini?" tanya mamanya.

" Ma! Al mau mengatakan sesuatu!" kata Valen.

" Apa?" tanya mamanya penasaran. Valen menghembuskan nafas panjang lalu menatap mata mamanya.

" Al sudah menikah, ma!" ucap Valen,

" Apa? Kapan? Sama siapa? Apa mama kenal? Kenapa nggak bilang dulu sama mama?" tanya mamanya memberondongkan beberapa pertanyaan pada Valen.

" Seminggu yang lalu! Tata! Kenal! Maaf, karena nggak bisa ditunda lagi!" jawab Valen tenang.

" Tunggu! Kamu bilang Tata?" ucap mamanya kaget.

" Iya, ma! Mama tahu sekali kalo Tata adalah cinta Al! Dan Al tidak mau lagi kehilangan dia untuk yang kedua kalinya!" ucap Valen.

" Akhirnya kamu menemukan cintamu!" kata mamanya terharu.

" Apa mama tahu jika Reva...anak Al?" tanya Valen.

" Benarkah?" tanya mamanya, mama Valen bingung harus berkata apa. Disatu pihak lewis adalah anaknya juga dan Tata adalah wanita yang dicintai kedua anaknya. Apa harus dia bahagia sementara anaknya yang satu telah meninggal, untung kamu telah meninggal lewis, sehingga kamu tidak akan merasa hancur melihat kenyataan ini! batin mama Valen.

" Mama turut bahagia k=jika kamu bahagia, nak!" ucap mamanya lalu mencium pipi anaknya itu.

" Bagaimana keadaan Tata, ma?" tanya Valen.

" Kamu yang sabar, ya! Nanti kalian bisa membuat lagi!" kata mamanya. Valen luruh mendengar ucapan mamanya, tubuhnya lemas diatas kursi tunggu.

" Apa yang harus Al katakan jika Tata bertanya, ma?" ucap Valen.

" Sabar, ya, nak! Mungkin Tuhan lebih sayang sama calon bayi kalian!" kata mamanya menghibur Valen.

" Hans! Bagaimana perkembangan pekerjaanmu?" tanya Valen tersirat.

" Masih melihat situasi, Bos! Menunggu perintah dari, Bos!" jawab Hans.

" Nanik! Mery! Kalian pulang saja, biar Hans mengantar kalian!" ucap Valen.

" Baik, Pak! Saya permisi! Bu!" ucap Merry pamit. Mama VAlen menganggukkan kepalanya.

" Saya pulang dulu, Bu!" pamit Nanik.

" Iya! Salam sama Reva, ya! Nanti saya kesana!" ucap mama Valen.

" I...iya!" jawab Nanik gugup.

" Permisi, Nyonya Besar! Bos!" kata Hans.

" Apa mama nggak pulang saja? Papa kemana? Apa dia tahu?" tanya Valen datar.

" Sebentar lagi! Papamu sedang keluar negeri!" jawab mamanya.

" Apa mama nggak akan bisa melihat kalian akur?" tanya mamanya.

" Ma! Please! Nggak usah bahas lagi! Mama tahu itu mustahil!" jawab Valen emosi.

" Maafin mama!" jawab mamanya sedih.

" Sudahlah, ma! Mama..."

" Apa yang lo lakukan disini?" tanya Valen saat elihat Fero keluar dari dalam ruang IGD dengan wajah marah.