Chereads / Aku Bukan Pilihan Hatimu / Chapter 38 - Perasaan!

Chapter 38 - Perasaan!

" Kita ke mama!" ucap Valen pada Ben.

" Apa? Nggak, Ben!" jawab Tata. Valen menatap Tata dengan pandangan tajam.

" Maksudku jangan sekarang, sayang!" ujar Tata sedikit takut.

" Kenapa? Aku mau mama tahu!" kata Valen lagi.

" Pasti, sayang! Tapi nggak sekarang! Beri aku waktu satu bulan lagi!" ucap Tata.

" Kenapa satu bulan? Aku akan mempersiapkan semua dalam satu minggu! Kamu hanya perlu diam saja!" kata Valen tegas.

" Sayang!" ucap Tata lirih, dia merapat ke Valen dan mengelus dada Valen.

" Apa yang kamu lakukan?" ucap Valen melihat kelakuan Tata yang membangkitkan sesuatu di dalam dirinya.

" Aku harus bicara dulu pelan-pelan sama Reva! Kamu nggak mau kan jika Reva menolakmu, meskipun kamu omnya!?" rayu Tata.

" Hmmm!" jawab Valen.

" Dan aku harus bicara sama Fero..."

" Tidak boleh! Aku nggak mau kamu..." dengan cepat Tata mencium bibir Valen dengan lembut hingga emosi Valen sedikit mereda.

" Apa kamu merayuku?" ucap Valen saat Tata melepas ciumannya.

" Sedikit!" jawab tata sambil jarinya membentuk seperti huruf c di depan Valen.

" Sayang! Aku masih ada perjanjian bisnis yang harus aku selesaikan! Boleh, ya?" rajuk Tata sambil wajahnya memelas. Huh! Kamu selalu mengeluarkan jurus mautmu! batin Valen, dia tidak bisa tahan jika Tata telah memasang wajah seperti itu.

" Ok! Tapi nggak berdua! Ajak Ben! Tidak ada alasan!" kata Valen tegas. Tata hanya diam dengan wajah cemberut. Bukannya dia nggak mau, tapi apa nanti yang akan dikatakan Fero jika dia bersama Ben? Bisa-bisa Fero marah dan semua jadi berantakan. Mereka sampai di apartement Tata, dengan marah Tata akan membuka pintu mobil, tapi Valen menariknya lalu menciumnya. Tata mendorong Valen pelan, dia hanya sedikit marah tapi sebel sama Valen.

" Kamu kenapa mendorongku sayang?" tanya Valen kaget melihat Tata mendorongnya.

" Apa kamu marah karena aku suruh Ben? Ok! Ajak Nanik dan reva!" ucap Valen mengalah.

" Terima kasih sayang! Kamu yang terbaik!" ucap Tata lalu dia akan mencium Valen, tapi Valen menutup mulutnya.

" Aku ingin kamu membayarnya nanti malam!" ucap Valen dengan seyuman smirknya.

" Dasar mesum!" jawab Tata lalu keluar dari mobil dan masuk ke dalam apartementnya.

" Revaaaa!" panggil Tata saat dia telah masuk ke dalam apartement dan mencari reva.

" Mamaaaaaaa!" sahut reva yang sedang menggambar di ruang tengah. Dia berlari menyongsong Tata. Hap! Dengan sigap Tata menggendong anak semata wayangnya tersebut.

" Mama kangennnnnnn banget sama Reva!" ucap Tata yang telah duduk di sofa dengan reva.

" Reva juga kangennnnnn banget sama mama!" sssbalas reva memeluk erat mamanya.

" Maafin mama ya, karena mama semalam nggak pulang!" kata Tata.

" Iya! Mama kemana? Reva cariin mama, mama nggak pulang-pulang!" kata reva sedih.

" Iya, sayang! Mama ada kerjaan yang harus dilakukan jadi mama nggak bisa pulang!" jawab tata mengelus rambut putrinya.

" Apa mama akan pergi lagi?" tanya Reva.

" Nggak sayang! Mama akan sama-sama reva terus!" jawab Tata.

" Mama janji?" tanya reva.

" Iya, mama janji!" jawab Tata.

" Mama digigit nyamuk?" tanya Reva yang melihat ke lehernya.

" Kenapa?" tanya Tata belum sadar.

" Itu kok leher mama merah-merah?" tanya Reva menunjuk leher Tata, seketika wajah Tata memerah karena ada Nanik dan Sumi disitu yang ikut bengong melihat Tata.

" Iya, sayang! Ini nyamuknya nakal!" jawab Tata, Nanik dan Sumi langsung pergi meninggalkan Reva dan Tata. Tuh'kan! Gue jadi malu sama Nanik sama Sumi! Dasar Valen mesum! batin Tata. Kemudian Tata pergi ke kantor untuk menyelesaikan beberapa kontrak yang perlu tanda tangannya, kebetulan Fero sedang keluar untuk meeting dengan relasi. Tata mengajak reva dan nanik, mereka sedang bermain di ruang yang sengaja Tata buat untuk reva. Ponsel Tata berbunyi, nama My Love tertera di ponsel Tata.

" Halo?"

- " Sayang! Lama sekali angkatnya?" -

" Ada apa sayang?"

- " Aku harus ke Negara S! Seminggu! Kamu ikut ya!" -

" Nggak bisa sayang!"

- " Kenapa?" -

" Karena aku tahu apa yang ada di otak mesummu itu!"

- " Memang apa isinya?" -

" Pasti hanya itu isinya! Dan aku nggak mau jadi wanita kasur!"

- " Hahaha! Ayolah sayang! Aku janji nggak akan gitu!" -

" Apa kamu mau kita nikah ditunda lagi? Ok, aku ikut!"

- " Nggak! Ok! Tapi aku mau kamu jauh-jauh dari Dia!" -

" Iya! Aku tahu!"

- " Janji!" -

" Janji! Kamu juga jangan main mata! Awas aja kalo sampai gitu!"

- " Aku kan laki-laki sayang!" -

" Apa? Valentino Abiseka! Jangan membuatku memotong ularmu!"

- " Astaga, sayang! Kamu kejam sekali!" -

" Atau kamu mau aku menikah sama Fero?"

- " Apa? Awas saja kalo berani! Aku akan potong-potong tubuhnya lalu aku lempar buat makanan anjing!" -

" Ih, sayang! Kamu sadis bangrt!"

- " Kamu milikku Renata Wardani!" -

" Iya! Tahu! Kamu hati-hati, jangan lupa telpon aku jika sampai disana!"

- " Ok, sayang! I love you!" -

" I love you more!"

Tata menutup panggilan Valen setelah saling melepas ciuman di ponsel.

Tata benar-benar disibukkan dengan pekerjaannya selama beberapa hari ini, dia benar-benar ingin menyelesaikan semua proyeknya bersama Fero, sehingga dia sengaja untuk lembur dan menghindari pergi bersama Fero.

" Kenapa Reva selalu kamu bawa ke kantor?" tanya Fero saat mereka sedang lembur.

" Kasihan dia kalo dibawa kesana-kesini!" kata Fero.

" Nggak pa-pa! Dia juga sangat senang!" jawab Tata tanpa melihat Fero.

" Kamu kenapa Ta? Kok sepertinya kamu berusaha keras agar proyek kita selesai?" tanya Fero.

" Apa kamu tidak suka jika proyek ini cepat selesai?" tanya Tata pelan. Fero menghembuskan nafasnya, Fero merasa heran dengan sikap Tata yang beberapa hari ini seperti menjaga jarak dengannya. Apalagi dengan adanya Nanik dan Reva dikantor, dia tidak bisa leluasa merayu Tata.

" Aku suka! Tapi proyek ini kan tidak membutuhkan waktu yang cepat, Ta?" ucap Faro lagi.

" Aku hanya tidak ingin memiliki hutang budi padamu, Fer!" ucap Tata.

" Apa maksudmu hutang budi?" tanya Fero tidak mengerti.

" Proyek-proyek yang aku kebut ini adalah proyek dengan perusahaan papamu dan teman-temanmu! Aku ingin semua bisa terselesaikan secepatnya!" tutur Tata.

" Kenapa?" tanya Fero lagi.

" Karena aku ingin mendahulukan ini semua, Fer! Please, jangan tanya lagi! Kita kerja saja, Ok!" kata Tata tegas. Fero hanya diam saja saat Tata bicara sedikit keras, dia tidak mau berdebat saat ada Reva disana. Perasaan Fero beberapa hari ini memang tidak enak, sejak dia kehilangan Tata malam itu, dia tidak bisa tidur dengan tenang. Pikiran dan hatinya selalu was-was dan takut akan kehilangan wanita itu. Aku harus segera melamarnya setelah semua ini selesai dan dia tidak akan bisa lagi mengelak jika aku langsung bicara pada papa mertuanya! batin Fero.

Seminggu sudah Tata berkutat dengan dokumen-dokumen di kantornya, hari itu dia sebentar-sebentar melihat ponselnya, tapi wajahnya selalu cemberut saat apa yang diharapkan tidak ada di ponsel itu. Diraihnya ponsel itu dan ditekannya nomor yang tertera di kontaknya. Mati! Sialan! Kemana kamu? Awas aja kalo sampe berani macam-macam! batin Tata. Fero yang memperhatikan tingkah Tata jadi penasaran siapa yang di hubunginya sehingga di kesal.

" Kamu telpon siapa?" tanya Fero.

" Kok kesal gitu?" ucap Fero lagi.

" Va..Pi! Papi, Fer! Mungkin sudah tidur!" jawab Tata hampir saja keceplosan. Fero hanya manggut-manggut.