" Kamu suka?" tanya Valen. Reva menutup matanya.
" Kenapa menutup mata?" tanya Valen heran.
" Om nggak malu sama Reva kalo nggak pake baju?" tanya Reva. Valen memukul keningnya, lalu dia mengambil piyama mandinya dan memakainya.
" Sudah!" ucap Valen, perlahan Reva membuka tangannya yang menutup wajahnya.
" Mau lagi?" tanya Valen, Reva menganggukkan kepalanya. Lalu Valen mengulangi perbuatannya yang tadi dan Reva kembali tertawa hingga mereka berkali-kali melakukannya kadang dengan gerakan berbeda.
" Reva capek, Om!" ucap Reva beberapa saat kemuian. Valenpun memangku Reva agar bersandar di dadanya.
" Reva suka nggak sama om?" tanya Valen. Reva mengangguk.
" Om sayangggggg banget sama Reva!" kata Valen lalu mengecup rambut gadis kecil itu.
" Reva suka nggak kalo Om...jadi papanya Reva?" tanya Valen pelan. Reva hanya diam saja.
" Om nggak akan maksa Reva! Kalo Reva mau, Reva bisa panggil Om dengan sebutan papa!" tutur Valen dengan lembut. Melihat Reva hanya diam saja, Valen punya inisiatif untuk menggodanya.
" Om lapar nih! Kayaknya om pengen makan pizza sama ice cream!" ucap Valen, seketika ujung lidah Reva menyapu permukaan bibirnya sendiri. Valen meletakkan Reva di sampingnya, lalu dia beranjak dari tempatnya dan memakai pakaiannya di dalam kamar mandi. Setelah selesai dia pura-pura tidak melihat Reva, tapi dia tahu jika mata gadis kecil itu selalu mengikuti kemanapun dia berjalan. Valen berdiri di depan cermin dengan pakaian yang telah rapi. Tiba-tiba bagian bawah jasnya bergerak-gerak, dia melihat ke arah bawah, ilihatnya Reva menarik-narik jasnya.
" Ada apa?" tanya Valen dengan kepalanya saja yang menghadap ke Reva. Jari telunjuk reva digerak-gerakkan seperti memanggil Valen. Valen jongkok menghadap Reva, lalu Reva membisikkan sesuatu kemudian dia menggoyang-goyangkan tubuhnya malu-malu.
" Ajak nggak ya?" ucap Valen yang masih jongkok dan pura-pura berpikir keras. Sesaat kemudian Reva berbisik lagi pada Valen.
" Berati karena makanan, dong! Hati om jadi sedih! " jawab Valen sambil pura-pura menghapus airmata tanpa memandang Reva. Tiba-tiba Reva memeluk Valen erat.
" Papa! Reva sayang papa!" ucap Reva.
" Apa? Reva nggak bohong?" tanya Valen. Reva menganggukkan kepalanya.
" Ini rahasia kita, Ok! Hanya kita aja yang tahu!" bisik Valen. Reva menganggukkan kepalanya. Ponsel Valen berbunyi, nama Tata tertera di layar.
" Halo, sayang!"
- " Sayang, kamu baru bangun?" -
" Dari tadi sayang!"
- " Kamu sudah makan?" -
" Ini baru mau makan!"
- " Aku akan pulang terlambat!" -
" Iya! Nggap pa-pa!"
- " Ok! I love you!" -
" I love you more!"
Tumben dia nggak marah kalo denger aku lembur! Kenapa aku jadi parno gini ya? batin Tata setelah menutup panggilannya pada Valen.
" Mama, ya, pa?" tanya Reva. Valen mengangguk.
" Kalo begitu, ayo kita come on!" ucap Valen lalu menggendong Reva diatas pundaknya, Reva tertawa terbahak-bahak. Nanik yang dari tadi berjalan mondar-mandir di depan kamar Tata terkejut saat melihat Valen keluar dengan Reva di pundaknya.
" Mas Valen!" sapa Nanik.
" Nanik! Aku bawa Reva keluar dulu!" ucap Valen lalu pergi meninggalkan Nanik dan Sumi yang hanya melongo.
" Apa kamu mikir yang aku pikir sekarang, Sum?" tanya Nanik.
" Kamu mikr apa?" tanya Sumi.
" Kenapa Mas Valen ada dikamarnya mbak Tata?" tanya Nanik.
" Iya!" jawab Sumi.
" Apa mereka semalam..."
" Hushhh! Nggak usah ikut campur! Itu urusan orang besar!" jawab Sumi.
Valen pergi menggunakan taxi, mereka pergi makan pizza dan ice cream sesuai janji Valen pada Reva. Saat Valen masuk menggandeng Reva, mata setiap wanita menatapnya dengan pandangan kagum.
" Astaga! Tampan sekali! Apa itu anaknya?" ucap seorang wanita.
" Aku mau jadi kekasihnya walau dia duda!" kata temannya.
" Alamak! Gagah sekali!" ucap wanita lain.
" Pa! Kenapa mereka ngeliatin kita?" tanya Reva pada Valen saat dia melihat banyak orang melihat mereka.
" Itu karena mereka melihat wajah papa yang tampan dan reva yang cantik!" jawab Valen. Mereka duduk di sebuah sofa setelah seorang waitress menunjukkan tempat duduk mereka. Dan Reva membuka buku menu yang diberikan waitress itu lalu dia memesan kesukaannya.
" Pa! Reva mau yang ini! ...ini! Yanggg ini! ...ini juga!" kata Reva.
" Sudah mbak?" tanya Valen menatap waitress itu. Tapi dia seperti terpesona oleh ketampanan Valen sehingga tidak mendengar teguran Valen, hingga Valen harus menjentikkan jarinya ke depan mata waitress itu.
" Eh, iya, Pak! Pesan apa?" tanya dia gugup dan malu.
" Sayang! Bilang sama mbaknya sekali lagi!" ucap Valen pada Reva. Lalu reva sekali lagi menunjuk makanan yang dia mau dan waitress itu mencatatnya.
" Ada lagi , Pak?" tanya waitress itu pada Valen.
" Saya minta blackpapper beef sama cold vietnamese coffee!" ucap Valen.
" Baik ditunggu pizzanya 15 menit kalo ada yang lain bisa memanggil saya Vita! Permisi!" kata Vita sambil tersenyum kemudian pergi meninggalkan Valen dan reva.
" Anak papa banyak sekali pesennya?" tanya Valen.
" Reva udah lama nggak kesini, Pa!" ucap Reva sambil memainkan balon yang diberi oleh waitress tadi. Pesana datang beberapa menit kemudian, mereka memakannya dengan lahap. Karena masih ada beberapa potong, Valen membungkusnya dan menambahkan satu pan lagi untuk Nanik dan Sumi. Kemudian mereka pergi ke taman untuk bermain karena Reva ingin sekali kesana, padahal jam sudah menunjuk ke angka 3 siang. Valen membawa Reva ke taman yang rindang, dia bermain-main dengan Reva sekitar 2 jam, reva senang sekali bisa bermain-main dengan Valen. Merkapun pulang saat waktu menunjuk jam 5 sore. Reva tertidur dipangkuan Valen, Valen mengecup kening Reva dengan wajah bahagia. Setelah meletakkan reva dikamarnya, Valen keluar dan memberikan pizza pada Sumi dan Nanik.
" Ini kalian panasi dan makanlah!" kata Valen.
" Terima kasih, Mas!" jawab Sumi dan Nanik. Valen masuk ke dalam kamar Tata untuk membersihkan tubuhnya, kemudian dia memakai boxernya dan tidur karena tubuhnya terasa lelah karena menggendong Reva seharian.
" Ta!" panggil Fero.
" Hmm!" sahut Tata.
" Sudah jam 5 sore! Jadi kita lembur?" tanya Fero.
" Aku sedikit lelah! Aku mau istirahat saja!" jawab Tata tanpa melihat ke arah Fero karena dia sedang menandatangani dokumen.
" Tumben Reva tidak kesini?" tanya Fero.
" Mungkin dia jenuh!" jawab Tata sekenanya. Seharian ini Tata pergi keluar kantor guna menghindar berduaan dengan Fero. Dia tidak mau lagi memberi harapan pada Fero walaupun selama ini Fero yang menganggap Tata memberinya harapan. Tanpa Tata duga Fero telah memeluk tubuhnya dari belakang dan mengecup pucuk rambutnya.
" Aku merindukanmu, Ta!" ucap Fero lembut. Tata seketika berdiri pelan.
" Please, Fer! Jangan seperti ini, nggak enak dilihat karyawan!" jawab Tata yang berjalan menuju sofa.
" Kamu kenapa?" tanya Fero heran melihat sikap Tata akhir-akhir ini.
" Aku hanya nggak enak aja akhir-akhir ini banyak gosip di kantor tentang kelakuan kamu!" tutur Tata sedikit tegas.
" Kalau kamu tidak suka pecat saja mereka!" jawab Fero marah.
" Apa kamu juga harus aku pecat?" tanya Tata dan membuat Fero kaget.
" Aku? Kamu tidak suka padaku?" tanya Fero penuh selidik.
" Kalo aku tidak suka sama kelakuanmu? Apa aku juga harus memecatmu?" tanya Tata sebel.
" Tapi aku begitu karena aku sayang sama kamu, Ta!" ucap Fero perlahan mendekati Tata.