" Kamu mengkhianatiku Reyn!" Valen mengigau menyebut nama Tata. Tata tercengang dengan ucapan Valen, dia meneteskan airmatanya. Maafkan aku, Val! Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku kira kamu yang dijodohkan denganku! batin Tata dengan derai airmata. Tata meninggalkan Valen turun ke lantai satu dan duduk di sofa, karena kelelahan dia tertidur.
Keesokan harinya Tata terbangun dan terkejut karena dia berada dilantai satu. Dengan cepat dia berlari ke lantai dua untuk melihat Valen. Didekatinya tubuh Valen dan dirabanya kening Valen. Sudah turun demamnya! Syukur, deh! batin Tata. Tata lalu turun untuk memasak bubur kesukaan Valen. Setelah matang, Tata mencuci peralatan masak yang dipakainya untuk memasak bubur, tiba-tiba sebuah tangan melingkar dipinggangnya.
" Val!" ucap Tata sambil memejamkan matanya. Dia mengenal sentuhan itu dengan baik.
" Kamu masih ingat sayang!" bisik Valen dan mencium ceruk leher Tata. Tata merasa tubuhnya lemah jika Valen menyentuhnya.
" Le...pas....!" pinta Tata dengan tubuh yang menegang merasakan sentuhan tangan Valen pada perutnya. Aku harus bisa menolaknya! batin Tata. Tapi tubuhnya seakan menolak untuk berdamai dengan perasaan itu. Valen terus mengecup leher Tata dan Tata terlena dengan perbuatan Valen. Bel apartement Valen berbunyi, seakan menyadarkan Tata akan kesalahannya. Dengan cepat dia memutar tubuhnya dan menampar Valen. Plakkkk! Mata Tata berkaca-kaca setelah melakukan itu, dia harus menyadarkan Valen bahwa dia adalah kakak iparnya sekarang. Valen yang mendapat tamparan dari Tata hanya tersenyum getir.
" Aku pantas mendapatkannya! Meski Lewis membunuhku, aku pantas untuk mati!" ucap Valen frustasi. Tata hanya diam, dia ingin sekali memeluk Valen, karena dalam hatinya tidak akan pernah ada yang bisa menggantikan kedudukan Valen, tidak juga Lewis suaminya. Valen berjalan ke arah pintu apartementnya dan membuka pintu.
" Sayang! Kata Sumi kamu sakit?" ucap Sonya memeluk Valen, dia begitu khawatir pada Valen.
" Aku sudah baikan!" jawab Valen. Tata yang mendengar siapa yang datang sangat cemburu karena suara manja Sonya. Valen memeluk pinggang Sonya dan membawanya duduk di sofa. Valen menarik Sonya agar duduk di pahanya, hingga dada Sonya berada tepat di depan wajahnya. Sonya kaget mendapat perlakuan seperti itu, karena selama menjadi kekasihnya Valen tidak pernah begitu agresif padanya. Valen sedang memeluk Sonya saat dilihatnya Tata keluar dari dapur. Wajah Tata berubah jadi sedih dan cemburu melihat keintiman mereka berdua.
" Ehm! Aku akan pulang! Aku sudah masak bubur, kamu makan biar nggak lemes!" tutur Tata yang membuat Sonya terkejut.
" Eh, ada kak Tata!" ucap Sonya malu dan ingin melepas pelukan Valen, tapi Valen malah mempererat pelukannya.
" Iya! Trima kasih!" jawab Valen. Lalu Tata mengambil tasnya dan pergi meninggalkan apartement Valen dengan berlinang airmata. Kenapa begitu sakit melihat dia bermesraan dengan wanita lain? batin Tata pilu.
" Ada berita apa di kantor?" tanya Valen setelah Tata pergi, dia memindahkan Sonya ke sofa lalu berdiri dan pergi ke dapur untuk mengambil buburnya.
" Nggak ada!" jawab Sonya kecewa dengan sikap Valen yang tiba-tiba berubah jadi cuek.
" Lalu kenapa kamu kesini saat jam kerja?" tanya Valen.
" Aku hanya ingin mengunjungimu, sayang!" jawab Sonya manja.
" Kembali! Kamu tahu jika aku tidak suka orang berkeliaran saat jam kerja!" kata Valen tegas.
" Iya!" jawab Sonya takut. Lalu dia pergi meninggalkan Valen sendirian. Kamu masih mengingat sentuhanku, Reyn! Aku tahu kamu jika kamu tidak akan bisa melupakan sentuhanku! Karena aku adalah yang pertama buatmu! batin Valen. Lalu dia pergi ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya, kemudian memakai kaos dan celana panjang, tidak lupa juga dengan jasnya. Valen meninggalkan apartemennya menuju rumah mamanya. Tata yang sampai di rumah segera membersihkan tubuhnya dan menemui Reva. Ada pesan masuk ke ponselnya.
@ Temui aku di Hotel Sun! Kamar 111!
@ Siapa kamu?
@ Kekasihmu!
@ Aku sudah beristri!
@ Apa kamu mau aku bilang ke lewis tentang tadi pagi?
@ Brengsek kamu!
@ Aku tunggu!
Tata melempar ponselnya dengan amarah. Apa maumu Val? Apa kamu pikir aku adalah wanita jalang? Tata takut, jika dia tidak datang Valen akan melaporkannya pada lewis, tapi kalo dia datang, dia takut dia tidak akan sanggup menghindar dari Valen.
" Mbak! Apa mbak mau sarapan?" tanya Sumi.
" Nggak Sum! Aku ada urusan sebentar! Tolong jaga Reva!" kata Tata pada Nanik yang duduk di kursi. Tata mengambil tasnya dan pergi ke Hotel Sun. Selama perjalanan hati Tata berdebar-debar, pikirannya menjadi tidak karuan. Akhirnya Tata sampai di parkiran basement Hotel. Tata menghembuskan nafasnya lalu keluar dari mobilnya dan menuju ke lift. Semakin dekat langkahnya ke kamar 111, semakin kencang detak jantung Tata berpacu. Tata sampai juga di depan pintu kamar 111, dengan hati yang masih berdebar-debar dia meengetuk pintu kamar itu. Tok! Tok! Tok! Valen membuka pintu kamar dan mempersilahkan Tata masuk. Tata berjalan menuju ke dalam kamar yang hanya tersedia ranjang berukuran king size dan sofa serta mejanya. Tata menatap ranjang itu lalu berjalan ke arah pintu balkon. Diletakkannya tasnya ke atas nakas dan dia berdiri menghadap ke luar kamar.
" Aku sudah disini! Apa mau kamu?" tanya Tata tanpa memandang Valen.
" Aku mau kamu!" jawab Valen.
" Hahaha! Apa Sonya tidak memuaskanmu?" tanya Tata cemburu.
" Apa kamu cemburu, sayang?" ucap Valen penasaran.
" Apa kamu suamiku sehingga aku harus cemburu?" tanya Tata lagi.
" Kamu..."
" Jika tidak ada yang kita bicarakan, aku akan pulang!" ucap Tata, lalu meutar tubuhnya menuju ke nakas untuk mengambil tasnya.
" Apa kamu tidak cemburu jika aku bilang Sonya lebih hebat diranjang?" kata Valen. Tata seketika menghentikan langkahnya, harga dirinya sebagai wanita seakan ternodai dengan ucapan Valen.
" Dia bisa memuaskanku!" ucap Valen.
" Lewis juga lebih hebat!" balas Tata. Seketika harga diri Valen terluka, dengan cepat Valen mendorong Tata ke pintu balkon dan menyesap bibir Tata dengan kasar, bibir yang sangat dirindukannya selama 3 tahun terakhir. Dan yang lebih gila adalah Tata membalas sesapan demi sesapan bibir Valen dengan kasar pula. Valen yang merasa Tata membalas ciumannya, bertambah naik gairahnya. Digigitnya bibir Tata sehingga terbuka dan lidah mereka saling tarik dan bertukar saliva. Mereka melepas saat Tata tidak bisa bernafas. Valen beralih ke telibga dan leher Tata.
" Please, Val! Ahh! No mark!" desah Tata yang sudah benar-benar kehilangan kewarasan. Dia sudah tidak bisa berpikir lagi, akal sehatnya telah dikalahkan oleh nafsu birahinya. Karena sama seperti juga dengan Valen, dia sangat merindukan sentuhan itu. Valen membawa Tata ke atas ranjang, Valen membuka jas dan kaosnya, Tata sangat merindukan tubuh kekar itu, bau tubuh itu, tiba-tiba ponsel Tata berbunyi, Tata terkejut, karena bunyi itu adalah bunyi panggilan dari lewis.