Chereads / How Meet You? / Chapter 8 - bab 8 - secret

Chapter 8 - bab 8 - secret

hari berjalan begitu cepat, Tidak terasa sudah seminggu berlalu, setelah kematian Sona

Setelah kematian Sona, Perhatian Sean terhadap Valery semakin baik setiap harinya dan bahkan terkadang Sean mencoba untuk menghibur Valery walaupun sulit untuk Sean lakukan di jadwalnya yang begitu sibuk.

Dan terkadang Valery masih sering menangis, melamun dan masih sulit untuk makan, sama seperti sekarang Valery yang sedang duduk dibalkon dan melamun sambil memegang surat itu, Ya Valery masih menyimpan surat Sona, terkadang dia akan menangis ketika membaca surast itu lagi dan sudah seminggu ini juga Sean tidak pulang karena dia ada pekerjaan diluar kota.

"Sona hukuman apa yang kamu berikan padaku, aku sangat kesepian dan sendirian didunia ini, kenapa kamu memutuskan untuk bunuh diri jika kamu memberitahuku aku tidak akan marah, dan jika kamu tidak ingin menikahi lelaki itu, kita berdua masih bisa merawatnya bersama, apa sekarang kamu bahagian disana? aku ingin menyusulmu juga, aku tidak ingin sendirian disini"

Valery berkata sambil menatap ke langit yang tanpanya juga mendukungnya cuaca hari terlihat medung dengan sedikit rintihan hujan, Valery memejam kedua matanya setelah melihat langit lalu tertidur lelap di meja balkon.

Didalam mimpi, Valery melihat ibu, ayah, dan Sona mereka bersama, terlihat sangat bahagia, saat itu Sona menghampirinya.

"kakak Valery tolong dengarkan dan berjanjilah satu hal, tolong jangan terus bersedih dan menangis terus, aku benar sangat bahagia disini bersama ayah dan ibu, aku tidak pernah membencimu dan juga dia kakak, jadi tolong bahagialah dengan lelaki yang bersamamu dan lupakan semua tentang kejadian itu. Aku sangat mencintaimu dan juga menyayangimu, jadi tolong berbahagialah kakak, aku akan menunggumu disini dan juga mengawasimu dari sini jadi kembalilah nanti" Setelah mengucapkan kata itu Sona menghilang dalam sekejap mata.

"tidak Sona bawa aku pergi bersama kalian, tolong jangan tinggalkan aku sendirian sini kumohon!!!"

"Sona!!"

"Sona!!"

"Sona!!"

"Sona!! Kamu dimana?" Akhirnya Valery terbangun dan langsung mencari keberadaan Sona tapi dia tidak ada,

melihat hari mulai menjelang malam Valery memutuskan untuk kembali kekamar, tapi saat dia membuka pintu Valery melihat Sean yang juga ingin membuka pintu, dan tatapan mereka bertemu saat itu juga.

"Valery apa yang kamu lakukan disana? aku mencarimu ternyata kamu disana, matamu bengkak lagi, Valery kamu menangis lagi?" Sean mendekat dan menyentuh mata Valery yang bengkak

dia menciumi kedua matanya dan keningnya. "ayo masuk, angin malam tidak baik untuk tubuhmu". Sean menarik Valery dan mendudukkannya disofa,

"Kapan kamu kembali? Kemana kamu pergi? Dan kenapa kamu melarangku untuk pergi bahkan melarangku bertemu dengan sahabatku" Valery sangat kesal pada Sean yang tiba-tiba menghilang dan mengurungnya dirumahnya, Valery bahkan dilarang untuk melangkah keluar tanpa izinnya.

"maafkan aku, aku pergi tidak memberitahumu, aku tidak ingin kamu kabur! apakah kamu merindukanku Valery?" menarik Valery agar mendekat.

"aku.. tidak.. merindukanmu.. aku hanya bosan tahu!!" Valery sedikit gugup. dia meletakkan kedua tangannya didada Sean agar mendikit menjauh. posisi ini benar-benar membuat jantungnya tidak sehat.

"benarkah? Aku bahkan sangat merindukanmu dan juga bibirmu" dengan cepat Sean menarik Valery dan ciumnya dia benar-benar sangat merindukan bibir yang sangat manis dan juga membuatnya kecanduan. tanpa sabaran Sean menyatuhkan kedua bibir itu.

Itu hanyalah ciuman pelampian kerinduan Sean kepada Valery tidak ada lumatan dan gigitan hanya menyalurkan rasa rindu melalui ciuman.

"gadis kecil sudah menjadi wanita dewasa sekarang!, sudah bisa membalas ciumanku" setelah melepaskan tautan ciuman itu, dengan nakal Sean membisikan kata-kata Vulgar tepat ditelinga Valery yang membuatnya

dengan cepat mengalihkan pandangannya

Menarik tangan Valery lagi untuk lebis dekat, Sean mengambil tangan Valery lalu mencium telapak tangan Valery dan berkata.

"Valery aku tahu kamu masih belum bisa melupakan Adikmu, tapi tolong jangan seperti ini, itu juga menyakiti hatiku Valery" Valery langsung menatap Sean dan tatapannya langsung bertemu dengan Sean. bola mata berwarna biru itu menatap Valery dengan sangat dalam hingga mampu mrmbuat Valery terdiam dan larut dalam tatapannya

"aku benar-benar tidak mengerti kenapa aku bisa jatuh cintamu Valery, tapi yang membuatku yakin ketika melihatmu bersedih, aku juga akan bersedih dan saat kamu tersenyum aku sangat merasa bahagia." tatapan yang sendu Sean perlihatkan pada Valery, dan tak lupa dengan suara yang sedikit terdengar lembut.

"...." dalam hitungan seperkian detik Valery langsung menangis dan memeluk Sean.

"ada apa Valery? Kenapa kamu menangis apa aku salah bicara?" Sean tampak bingung

"Sean buatlah aku bahagia, tadi aku bermimpi bertemu dengan Sona, dia berkata menyuruhku bahagia dan melupakan semua yang pernah terjadi padannya, aku.. "

"sudah cukup Valery, jangan menangis lagi, Sona mengatakan itu karna dia juga tidak ingin melihatmu bersedih terus dan dia juga ingin melihatmu bahagia"

Dia mengantar Valery kembali kekamarnya untuk beristirahat dan Sean memutuskan untuk keruang yang dias sebut adalash ruang kerja. sebuah ruangan dengan nuansa yang sederhana namun terlihat mewah itu dirubah menjadi ruangan kerja, Sean sengaja membuat itu untuk diri ketika dia males untuk pergi kekantor ataupun menjadi tempat yang mungkin menyimpan keluh kesannya dan kebohongannya.

Disinilah Sean bisa menjadi dirinya sendiri, menjadi Sean yang masih berduka kehilangan cintanya, disinilah Sean bisa mengilangkan kepura-puraannya yang seolah-oleh mencintai Valery dan disinilah Sean bisa meluapkan semuanya,

"Sona bayangmu tidak pernah meninggalkanku setiap saat, tahukah kamu Sona? Aku menganggap Valery kakakmu sebagai dirimu tapi setelah itu aku selalu merasa menyesal, karena secara tidak langsung aku menyakitinya secara perlahan, bagaimana bisa aku melupakanmu" Sean yang terus berbicara pada foto Sona yang ada dimeja kerjanya sambil meminum wine yang ada ditangannya.

"kau membuatku melupakan masa laluku Sona, kamu kekasihku yang sangat aku cintai hingga detik ini, kasu bahkan pergi membawa semua cintaku dan hanya meninggalkan luka!"

"Sial! aku benci! aku bahkan harus menjadi orang lain dihadapan kakakmu itu!" dia terus mine itu sambil memarahi foto Sona.

"Ryui Sona! sampai kapan pun aku akan tetap mencitaimu! tapi jika suatu hari nanti kakakmu mencintaiku! akan kubuat dirinya tidak bisa.." dia menghentikan ucapannya saat botol wine yang ada ditangannya sudah kosong.

"bagaimana pun aku harus mengatakan semuanya sebelum ini terlambat dan menjadi kacau!" itu adalah ucapan terakhir sebelum Sean tertidur lelap di ruang kerjanya itu.

dia tertidur dengan sangat menyedihkan, Sean masih memakai pakaian kerjanya, dengan wajah yang terlihat sendu, dan juga ruangan yang minim akan cahaya. ruangan itu seakan-akan mewakili setiap perasaan Sean, dan tak lupa juga puluhan atau bahkan ribuan botol wine bertebaran di sudut ruangan yang dibuat khusus untuk menyimpan botol wine yang berasal dari berbagai negara dan juga berbagai jenis rasa.