"Aku kangen banget sama kamu. Aku kangen denger suara kamu, aku kangen tawa lepas kamu. Aku juga kangen denger celotehan kamu setiap malam, saat menceritakan tingkah laku putri kita. Mir, jika aku mengatakan, aku udah ikhlas dengan kepergian kamu yang mendadak ini … semua itu bohong, semua itu aku lakuin hanya untuk menutupi rasa sedih aku di depan anak kita Miranda .. Aku bener-bener belum sepenuhnya siap, untuk kehilangan kamu.
Aku belum bisa lupain semua kenangan kita." Suara embusan napas berat, menghantar jatuhnya tetesan air bening dari kedua sudut mata Hasan yang tengah terpejam itu. Dadanya pun perlahan mulai bergetar, diikuti suara isak tangis kecil, ketika bayangan wajah sang istri, yang ia lihat untuk terakhir kalinya, kembali terbayang dalam gelapnya pejaman mata.