Chereads / Game Ď Logic / Chapter 32 - Chapter 4: x / 2y = 『 Humanless Alliance 』 Selingan II

Chapter 32 - Chapter 4: x / 2y = 『 Humanless Alliance 』 Selingan II

– Selingan II –

Di tengah alun-alun ibukota, ribuan orang berkumpul menyaksikan «Betting Game» berskala besar, di mana—«Humanless Alliance» bermain melawan Kerajaan Rinea dalam sebuah Game『Snake and Ladder』. Dan permainan itu sekarang telah memasuki putaran ke-7.

Jauh di belakang kerumunan sambil mengamati monitor raksasa, seorang gadis menunggu di bawah rambut chesnutnya yang ditutupi dengam topi pelaut putih.

-- Enam, huh.

Dia menatap sembilan lembar kertas di tangan kirinya. Di bawah rambutnya yang berwarna sama sepasang mata chesnut memantulkan lembar kertas teratas dengan 'Halaman 7' tertulis seakan menjadi judul dari kertas itu.

Di dalamnya, enam angka tersusun dengan sebuah potongan kalimat di setiap angkanya.

1. - Tapi kalau saja - 4. - Jika kau tidak mau -

2. - Menemukan kebenaran - 5. - Dan kau pikir kalau -

3. - Kalau kau tertarik untuk - 6. - Jika kau ingin -

Ada 6 pilihan, di mana setiap angka mewakili satu buah opsi.

Mengambil konfirmasi dari Game yang berlangsung di monitor, matanya difokuskan pada satu pilihan—bukan, satu angka.... lalu angka itu tiba-tiba saja terbakar untuk sesaat—benar-benar hanya sesaat, sebelum api yang membakar kertas 'Halaman 7' padam meninggalkan angka '6' yang sekarang menjadi lubang bekas pembakaran.

Gadis itu menaruh kertas 'Halaman 7' di susunan kertas paling bawah, menggantiya dengan kertas 'Halaman 8'.

Dan sekarang, dia kembali menunggu—menatap monitor raksasa di tengah alun-alun ibukota, menunggu... jawaban berikutnya dari permainan.

1. - Menurutmu itu salah - 4. - Orang itu sebenarnya tidak ada -

2. - Bersamaku - 5. - Tentangnya, maka -

3. - Menemukan kakakmu, maka - 6. - Dia tak lebih dari kebohongan -

Setelah beberapa menit berlalu, gadis itu melihat kembali kertas putih di tangannya.

-- Tiga.

Pikirnya. Kemudian—nomor 3 yang dia lihat diselimuti oleh api kemerahan, sebuah lubang terbentuk menggantikan angka 3 di satu detik berikutnya. Mengulangi proses yang sama, kertas 'Halaman 8' diletakkan paling bawah.

... Lalu, gadis itu sekali lagi menunggu.

Menunggu.... sangat lama.

Jawaban yang ia nantikan, untuk sebuah alasan datang lebih lama.

Meski begitu, beberapa menit akhirnya berlalu, dan sang gadis sekarang melihat kembali kertas putih di tangan kirinya.

'Halaman 9'—itu adalah nomor untuk halaman terakhir----benar-benar tidak ada lagi yang tersisa. Sama seperti delapan kertas lainnya, api kemerahan membakar sebuah angka.

Lembaran kertas terakhir, angka terakhir yang ia bakar, dan sebuah jawaban yang paling banyak ia nantikan. Itu adalah...

---Nomor 2

- Ikutlah denganku -

Sembilan kertas dilemparkan dengan acuh, gadis itu pergi meninggalkan kumpulan kertas yang menyebar di atas lantai.

~**~

Hari yang cerah. Awan berlalu lalang di angkasa tapi itu tidak mengubah fakta bahwa hari ini adalah satu hari yang cerah.

Atau setidaknya, itulah yang keberadaan yang dikenal sebagai Assasi—koreksi, Bunny—koreksi, werebeast Yusagi ini pikirkan.

Karena hari ini tidak ada pekerjaan yang harus dia lakukan, Yusagi melompat-lompat dan bersenandung.

"Aku bukan Assassin-chan~ Bukan Bunny Maid~ Namaku Yusagi lalala—HIGII---!?"

Kakinya yang menginjak 'tidak diketahui' tergelincir sementara ia membuat suara ratapan aneh. Tubuhnya tergeletak di lantai seperti kanji '大(Da)', dan memandang langit biru di atasnya.

Terlihat, sebuah awan besar menutupi matahari dan seketika, ia melihat sesuatu yang kecil. Yusagi menajamkan fokusnya lalu terpantul dalam mata hitamnya—seekor burung kecil.

Seekor burung yang terbang bebas di antara awan. Lalu seakan menyadari sesuatu, ia melebarkan matanya, melihat—seperti pada masa perang dunia ke-2, sebuah bom dijatuhkan.

-- Heh?

"Eh, eeeehk--!!"

Dengan begitu werebeast Yusagi segera menyadari kenyataan bahwa hari ini tidak secerah yang ia kira.

"Si-siapa sih yang membuang sampah ini di sini!?"

Yusagi mengambil kertas yang membuatnya tergelincir sebagai lap muka untuk membersihkan bercak putih yang jatuh dari langit. Pipinya digembungkan dan dia berdiri sementara meremas kertas yang dia pegang di tangan kanannya.

Setelah mengumpulkan semuanya, Yusagi mendekati tempat sampah dan berniat untuk membuang sembilan kertas yang dia ambil, sebelum—

"T-tunggu sebentar, bagaimana jika ini penting....? Tak ada yang salah untuk, melihat sebelum membuangnya, iya kan? Aku tidak melanggar «privacy» iya kan?"

Telinga kelincinya bergerak-gerak saat matanya berpindah mengamati sekeliling. Lalu—

"«Hiding skill», activate."

Yusagi bergumam pelan, dan sosoknya mulai menghilang dalam kegelapan.

"Sekarang, apa yang harus aku lakukan(?)"

Menelan ludahnya sekali, Yusagi mengangguk dan melanjutkan aksinya. Ia membaca setiap kata yang ada, membalik setiap lembar demi lembar.

Satu, dua menit telah berlalu tanpa dia sadari, matanya mulai membesar dan Yusagi memegang kumpulan kertas dengan dua tangannya secara intens—hingga, ujungnya hampir remuk karena kekuatan yang dia hasilkan.

"I-i-i-i-i-ini kan--!?"

Tanpa berkata apa pun lagi, Yusagi pergi dengan berlari.