Chereads / Game Ď Logic / Chapter 35 - Epilogue : 『 Game Ending 』 Part 1

Chapter 35 - Epilogue : 『 Game Ending 』 Part 1

-- Final Stage --

Sebuah kota besar melayang di atas langit tak berujung.

Berbagai makhluk dari ras-ras yang berbeda telah hidup di atasnya sejak lebih dari 7000 tahun. Di dalamnya, terdapat sejumlah distrik yang membagi wilayah menjadi 11 tempat utama, alun-alun besar serta bangunan yang tak terhitungkan lagi jumlahnya, hutan, padang rumput dan danau.

Sebuah kota yang menawarkan keindahan Verdernia dari atas awan. Dibuat dari sihir seorang pertapa tanpa nama dalam suatu legenda kuno terdahulu, melayang jauh di atas kota-kota lain di Kerajaan Rinea, dan juga terus bergerak seiring dengan berjalannya waktu. Dengan nama lain....

«Asterion»

------------

Pertama kali, Shion berpikir—untuk mengawali semuanya, apa yang harus mereka dapatkan di dunia(Game Sandbox) tanpa aturan ini?

Ini bukanlah shounen manga yang penuh aksi dan pertempuran, sehingga semacam kemampuan super tidak dibutuhkan di sini—atau setidaknya itulah yang dia pikirakan. Mereka tidak perlu menjadi lebih kuat, apa yang mereka butuhkan adalah uang dan informasi.

Karena alasan ini Shion dan Ruri pergi ke ibukota Kerajaan Rinea, Asterion, di mana uang dan informasi dapat dengan mudah didapatkan. Tujuan mereka adalah «The Cardinal Diamond Casino»—pusat distrik perjudian Kota Asterion, dan «The National Historical Book Store»—toko buku terbesar di Kerajaan Rinea.

Dengan uang yang mereka dapatkan dari kasino, Shion dan Ruri meminta gadis werebeast 11 tahun, Tama, anak dari pemilik penginapan «Bear Claw» untuk membelikan beberapa buku setiap harinya.

Kemudian, dalam 50 hari mereka berdua telah mempelajari dunia ini melalui 264 buku. Lalu, mereka mengambil sebuah kesimpulan tentang ibukota Kerajaan Rinea, tentang Asterion.

Menggabungkan berbagai informasi dari ratusan buku dalam sebuah pola rumit, mereka menemukan kebenaran di balik 'ibukota di atas awan'.

-------------

- Permainan telah selesai.... permainan telah selesai.... permainan....

Pesan berakhirnya «Betting Game» berskala besar –『Snake and Ladder』menggema dalam ruangan ke-100, ruangan terakhir.

Sebuah kartu tipis masing-masing melayang di atas telapak tangan Shion dan Ruri. Setelah memenuhi persyaratan yang tercantum dalam «Scared Ability», itu adalah «Skill Card» kedua mereka.

Bersamaan dengan itu, objek-objek di sekitar mulai berubah menjadi cahaya dan poligon-poligon yang melayang-layang di udara. Perlahan, dunia yang diciptakan oleh hak «Game Creator» akan berakhir.

"Tu-tu-tunggu!"

Shion, seseorang yang telah menjatuhkan 「ketidakmasukakalan」 sampai beberapa saat lalu ternyata tidak mengetahui hal ini. Dan jika dia tidak mengetahuinya, tiga orang lain mungkin juga tidak akan tahu tentangnya.

Sangat jarang untuk sebuah «Betting Game» berskala besar dilakukan di Kerajaan Rinea. Buku-buku memang menerangkan tentang Game ini dan sistem-sistem di dalamnya, tapi sejauh yang Shion dan Ruri baca tak satu pun dari mereka menjelaskan bahwa dunia Game ini akan hancur secepat ini.

-- Penipuan, ini penipuan, sejak awal ini pasti penipuan.

"Lepas bego—pegang semacam tiang atau yang lain!"

Emi-V mendapati matanya berputar-putar dengan panik saat kemudian gadis itu melompat pada Akira. Untuk beberapa saat, Akira dan Emi-V sibuk dengan dunia mereka sendiri, mereka berusaha melepaskan diri dan menempel satu sama lain, tapi itu hanya untuk sesaat. Hanya sesaat sebelum—

"Leader—!" "Ruri!"

Pijakan Ruri hancur. Ruri sempat mengulurkan tangannya pada Shion dan ia berhasil di saat-saat terakhir. Tapi pijakan Shion juga hancur setelah itu. Hasilnya, pegangan mereka dilepaskan dengan paksa.

Dan lalu, nama Shion dan Ruri diteriakkan Akira dan Emi-V yang juga mengulurkan tangan mereka, tapi sayang sekali itu terlambat. Mereka terlambat bukan karena Shion dan Ruri tidak bisa menggapainya, tapi karena pijakan Akira dan Emi-V juga hancur setelah itu.

---«Betting Game» ini dilakukan di langit bebas, di sebuah ruang kosong di atas awan. Menyadari hal ini, semua «Humanless» merasakan hawa dingin di leher mereka.

'Jatuh berarti mati'—aturan ini berlaku sejak permainan dimulai. Dan mereka pikir semuanya akan selesai begitu permainan berakhir, akan tetapi, yang terjadi justru adalah sebaliknya—Shion, Ruri, Akira dan Emi-V merasakan saat aturan itu sebentar lagi mendekati kenyataan.

Meskipun begitu, yang paling Shion takutkan bukanlah tentang keselamatan dirinya, melainkan itu adalah—

Shion mengulurkan tangannya.

"Ruri!!"

Ruri melihat bibir Shion bergerak, tapi dia tidak mendengar apapun karena itu ditutupi dengan suara angin. Memikirkan ini, Ruri tersenyum nakal... dan dia mencoba sesuatu.

"Leader—kamu tahu, aku!!"

Ruri berteriak sepenuh hati.

"Apa!?"

"Aku, Aku suka kamu!!"

"Apa!? Aku gak dengar!!"

"Bukan apa-apa!!"

----Shion berpikir, mengira itu mungkin adalah hal yang benar-benar penting dan dia berusaha lebih keras mendekati Ruri.

Sedikit lagi! Shion hampir meraihnya—sedikit lagi!

Tangan Shion hampir mencapai Ruri, itu hanya tinggal sedikit lagi. Namun, dia tidak bisa meraihnya, dia gagal. Dan dia gagal bukan karena jarak mereka semakin jauh, tapi karena Altina menangkap mereka.

"Shion, Ruri.... kami memang kalah, tapi, bukan berarti aku dan Zadkiel bisa membiarkan seseorang mati begitu saja."

Di sampingnya, Shion melihat Ruri yang baik-baik saja meskipun mukanya menjadi pucat karena mabuk ketinggian. Memandang lebih jauh dia melihat Zadkiel membawa Akira dan Emi-V.

"Fyuh~"

Dan dia manarik napas lega.

Mereka terbang tidak terlalu cepat. Saat Altina membawa Shion dan yang lain ke kerajaan satu hari yang lalu mereka terbang melewati angin, tapi kali ini lebih tenang, menikmati pemandangan Rinea dan horizon yang ditutupi dengan awan-awan kecil.

Itu tidak begitu lama tapi terasa seperti sangat lama, seperti lusinan menit telah berlalu.

Setelah melalui perjalanan di atas langit, keenam pemain dalam «Betting Game» mendarat di ibukota—menampakkan wajah mereka di atas panggung alun-alun raksasa.

"Semuanya~!"

*Puck~

Akira menangkap Tama yang melompat ke arahnya.

"Ahaha Tama, lama tidak bertemu. Tunggu, itu hanya satu hari yang lalu."

Itu hanya semalam saat Akira dan yang lain pergi meninggalkan penginapan, tapi Akira merasa seperti sudah sangat lama dan itu membuatnya bernostalgia. Akira menggaruk kepalanya karena keanehan ini.

Tersenyum hangat setelah melihat itu, Shion kemudian mengalihkan matanya.... ia melihat pria paruh baya dengan '#TEAMALTINA' di kaosnya, dan Stella yang sedang berdiri di sampingnya juga dengan kaos yang sama.

"Jadi seperti kesepakatan kita, mulai saat ini Rinea akan melarang perbudakan werebeast secara ilegal, dan ini termasuk pembebasan dan larangan penangkapan, benar?"

Zarius menghela napas. Karena itu adalah kesepakatan dalam «Betting Game» di mana mereka kalah, Raja Kerajaan Rinea Zarius tidak lagi punya pilihan.

Altina menarik kaos Zarius dari belakang.

Dan meskipun suaranya agak pelan, dia membuka mulutnya:

".... Maaf papa, aku tidak bisa memenangkan Game-nya.......... Lalu..... untuk, untuk kali ini.... biarkan aku yang mengatakan itu pada semuanya."

"Ah Altinya kecyilkyu~ Papa senang kamu baik-baik saja~"

Zarius menggosokkan pipinya dengan wajah berseri selama beberapa detik... tapi hanya beberapa detik setelah itu, ia seketika menjadi serius.

"Altina, tidak peduli apa pun yang akan terjadi setelah ini, papa selalu bersamamu."

... Altina mengangguk, matanya memancarkan tekad kuat dan dia telah mempersiapkan dirinya untuk hal ini.

Altina maju ke depan.

"Semuannya!"

Itu ditampilkan di dalam ratusan monitor dan disaksikan oleh ratusan ribu penduduk Rinea. Semua orang, yang menyaksikan «Betting Game» dengan bersemangat menjadi diam karena intensitas dari suara itu.

"Aku, Altina Gran Rinea, mewakili Kerajaan Rinea dengan ini melarang perbudakan werebeast secara ilegal.... dan juga termasuk pembebasan dan larangan penangkapan secara ilegal---"

Dan kemudian, dia melanjutkan saat gigi-giginya menggeretak sementara susunan kata-kata mulai dipaksa keluar dari mulutnya—"....... Aku....! Sejak awal akulah yang menyebabkan perbudakan ini—! Aku punya tanggung jawab untuk mengakhirinya! Jadi....! Jadi jika, selama ini kalian ingin menyalahkan seseorang, maka itu bukan orang lain, itu aku! Salahkan aku!"

......

Semua orang lalu menekan kata-kata mereka dan hanya mengamati. Tidak seorangpun memberikan jawaban dan tidak seorang pun bertanya. Itu adalah semua yang ingin Altina katakan, karena itu adalah tanggung jawabnya sebagai seorang yang menindas. Ia tak ingin mengatakan apa pun lagi—tidak, dia tidak bisa. Meskipun dia mau, mulutnya tidak bisa berhenti gemetar dan dia dipaksa menelan kata-katanya kembali.

Orang-orang akan menyalahkannya atas apa yang telah dia lakukan. Ia takut, khawatir, dan hanya bisa menunggu itu terjadi.

Setelah selesai mengatakan semuanya, dia menutup matanya dan menunggu untuk orang-orang melemparinya kata-kata kasar atau benda-benda keras.

Dia mengernyit pahit di dalam. Kelopak mata yang melindungi mata Altina gemetaran sementara rasa takut mulai muncul di balik dadanya...

-- Aku sudah siap untuk ini.

Altina menguatkan tekadnya kembali dan bersiap menerima umpatan dari para werebeast serta orang-orang yang membencinya. Satu, dua, tiga menit berlalu—

Beberapa menit telah terlewati dalam kegelapan, dan umpatan yang Altina tunggu tak sekali pun datang padanya. Altina terus menunggu. Dan lalu, setelah beberapa menit yang lain, dia membuka matanya.

Pandangannya jatuh pada ribuan orang yang berkumpul di tengah alun-alun Kota Asterion. Matanya beralih memandang Raja Kerajaan Rinea, Zarius. Kemudian beralih ke kanan dan kiri.

-- Kenapa...?

Kenapa semua orang memandangnya seperti bertanya 'sampai kapan dia akan menutup matanya'?—seharusnya tidak seperti ini.....

Dia melihat satu orang lagi, berharap akan menemukan jawaban darinya—berpikir jika—orang itu mungkin tahu sesuatu.

".....Hm?"

"Kenapa..... mereka tidak marah padaku...?"

"Ah.... Altina-chan belum paham yah."

Lalu karena—itu benar, dia tidak memahami apa pun, dia menggeleng. Dan maka—dia menegaskan:

"Ini 「alasan」 yang kusebutkan tadi."

"Ala.... san....?"

Altina mengulangi kata yang ia dengar.

---- Sebelum Shion memutuskan untuk menyelesaikan Game, dia mengatakan sesuatu seperti 「alasan」 . Saat itu Shion dengan sengaja membuat Altina mengungkapkan perasaannya dan membiarkan semua orang mendengarnya.

..... Mengingat ini menyebabkan perasaan Altina hampir meluap dalam butiran-butiran kecil. Jauh di dalam dirinya Altina merasa sangat lega, dan ada banyak perasaan senang menyelimutinya.

-- Untuk apa sih aku kawatir?

-- Aku merasa seperti orang bodoh.

Altina kembali melihat ribuan orang di hadapannya. Kebanyakan orang yang mengisi pandangannya adalah werebeast. Rantai-rantai yang mengikat mereka telah dilepaskan, dan di wajah mereka terdapat senyuman puas, meskipun tidak semuanya seperti itu.

"Altina-sama."

Suara yang hangat mencapai telinganya. Ketika dia mengalihkan wajahnya dengan cepat, pandangannya diisi dengan gadis werebeast 11 tahun. Dia mengenakan gaun one piece coklat dan terdapat sepasang telinga beruang yang menjadi ciri bahwa gadis itu adalah werebeast.

Tama memegang rambut kuning abu-abunya yang ditiup oleh angin. Dan dia juga tersenyum ramah pada Altina.

"Altina-sama, selanjutnya mari kita mulai lagi dari awal, ya~! Lalu..... terima kasih!"

- Al-chan~.... terima kasih!

Altina melihat, untuk sekilas 'dia' ada di depan matanya..... tetapi, itulah sebabnya---Altina menggelengkan kepalanya, karena—'dia' tidak mungkin ada di sana.

"Ya, mari lakukan yang terbaik!"

Dan lalu---mengusap kepala Tama.

Sementara di tempat lain-------Shion mendekati Akira setelah merasa puas---dia berbisik di dekat telinganya.

"Akira, bawa Tama dan yang lain ke penginapan.... ada hal yang aku tidak ingin mereka melihatnya."

"Leader...?"

Ruri menoleh karena suara itu, sedangkan Akira menutup matanya untuk berpikir. Dan lalu, menghitung beberapa saat---Setelah diam dan berpikir itu, Akira membuka kembali matanya. Dan----

"Tama, Ruri, kita pulang sekarang."

"Eh, eeh~ aku? Bagaimana denganku?"

"Haah~ ikut saja kalau mau."

"Tunggu senpai~ jangan mengatakannya seperti aku cuma tambahan oke~"

".... Aku berhutang padamu." Shion berbisik untuk terakhir kalinya.

Mereka pergi meninggalkan Shion bersama Altina dan yang lain.

Ruri beberapa kali menoleh meskipun Shion berpura-pura tidak melihatnya. Dia menunggu mereka pergi lebih jauh. Lebih jauh, sehingga Akira dan yang lain tak akan tahu apa yang akan dia lakukan. Yang akan dia mulai di tempat ini, kerajaan ini—tidak, tapi---seluruh dunia ini.

"Nah~ benar... Zarius, ada satu hal lagi yang sebelumnya aku minta dalam kesepakatan kita, tentang 'biarkan aku mengambil satu hal kecil dari Rinea'."

----------

Seketika—tekanan dahsyat dan pilar hitam menembus langit. Kekuatan ganas dibiarkan mengalir dari aura yang manusia(sang raja) keluarkan. Amarahnya menyebabkan pancaran mengerikan yang mustahil bagi orang biasa menahannya. Beberapa orang yang merasakan itu membeku hingga jari-jarinya berhenti bergerak, itu sangat kuat sampai sejumlah orang kehilangan kesadaran karena tekanan ini. Dan semua itu—hanya disebabkan oleh satu kalimat pendek.

--- "Biarkan aku mengambil «Microlith of Life» yang kalian simpan."