Cerry Pov.
Layaknya boneka aku diam tak bergeming di atas ranjang yang sempat aku kagumi keindahannya. Membiarkan Scott mendandani diriku sesuai yang ia inginkan. Sekaligus membiarkan mata ku mengagumi gerakan sosok maskulin Scott saat menuangkan segala ide yang ada di otaknya padaku. Aku bersumpah jika aura sensual Scott seperti Incubus, begitu seksi, memikat dan mematikan.
Menata diri untuk tersenyum semanis mungkin sehingga menunjukkan pada Scott bahwa dalam diam aku menyetujui segala yang ia lakukan. Menyetujui pilihan pakaian yang ia kenakan padaku, make up yang ia torehkan pada wajahku, juga parfum yang ia semprotkan pada tubuh dan rambut pirang sedikit pink yang aku miliki.
Tak sedikitpun aku menolak, seolah otakku tersistem untuk menyetujui tindakan Scott. Memberikan signal positif agar Scott terus melanjutkan aksinya. Untuk menimbulkan gambaran yang bisa aku simpan untuk aku kagumi sendiri.
"Sudah selesai, hn... aku tau kau cocok mengenakan apapun tapi tetap saja aku harus bangga pada diriku. "
Aku tau perkataan yang terucap dari bibir Scott selaras dengan pikirannya. Aku bisa melihat mata kagum dalam irisnya yang gelap. Benar, kekaguman. Aku lupa jika dahulu aku sering ditatap penuh pemujaan oleh kaum adam. Mereka mengagumi wajah cantikku sekaligus wajah lekukan tubuh yang aku miliki.
Sayangnya mereka semua pecundang, tidak ada yang sehebat Scott. Tidak ada yang bertindak ekstrim untuk mendapatkan ku seperti Scott. Semua menyerah dengan rintangan dalam bentuk strata sosial. Tidak ada yang berani melawan badai yang ditimbulkan keluarganya dengan alasan objektif. Mereka yang bertindak angkuh langsung seperti kucing yang mengeong ketika ancaman status dalam keluarga mereka ajukan.
Beruntung aku menghindari pria - pria itu.
Mereka semua hanya semut jika dibandingkan Scott ku yang hebat. Pria ku yang berani mendapatkan ku dengan cara gila dan gilanya aku menyukai kegilaannya. Lihatlah efek kegilaannya, itu membuatku merasa istimewa dan diinginkan.
Jadi tidak salah jika aku memutuskan untuk menjadikan Scott pemilikku. Yah jika ada yang menentang hubungan dan menganggap ku tidak waras karena menjalin hubungan dengan penculikku maka aku akan bertanya padanya.
Mana yang lebih gila, aku yang menerima pria pemegang kesempurnaan versi majalah manusia ataukah menolak pria yang dicap sempurna oleh kebanyakan wanita?
"Kau cantik, kau indah. Aku ingin memiliki dirimu tak terbatas fisikmu. Aku ingin seluruh sel tubuhmu meneriakkan jika aku adalah pria yang memiliki jiwa dan ragamu, " Scott mulai mengklaim diriku.
"Apakah aku benar? " tanyanya padaku
"Yah itu memang kebenaran, " jawabku. Reflek seolah tidak perlu berpikir.
Aku menyukai gerakan rahang tegas yang ia miliki saat berbicara. Begitu juga tangan besar dan hangat yang menyentuh pipiku. Dia tampak bahagia dengan jawaban ku, padahal setauku dia sudah tahu jawabannya.
Cerry Pov End.
Normal Pov.
Scott memandang kagum wajah cantik, lembut dan segar Cerry. Ia memoles wajahnya hanya dengan bedak dan lipgloss tipis. Pakaian one piece berwarna merah berbahan sedikit tipis membalut tubuh indah Cerry menampilkan dengan baik lekukan indahnya.
"Sekarang tidurlah, aku akan membangunkan mu jika makanan telah siap, " perintah Scott dijawab dengan anggukan kecil Cerry.
"Apakah ada aturan agar aku bisa makan? " pertanyaan Cerry memiliki nada menggoda pada Scott.
"Menurutmu? " jawab Scott dengan seringai seksi.
"Aku suka peraturan permainanmu. "
Usai mengucapkan hal itu Cerry menutup mata dan terjatuh dalam mimpinya. Dia benar-benar sudah lelah.
Scott tersenyum lembut, ia mengamati wanita pilihan yang hendak ia jadikan boneka. Matanya tak pernah puas untuk mengagumi wanitanya ini.
Jika saja ia tidak memiliki kepentingan, Scott tidak tega meninggalkan Cerry sendirian di kamar. Tapi ia harus memantau pekerjaan yang telah dikirim asistennya. Dia memikul sebuah tangguh jawab besar di pundaknya.
Jadi Scott memiliki kesadaran untuk tidak melalaikan tanggung jawab. Matanya yang tajam terus memindai berkas yang menumpuk.
Saat itulah John datang dan memberikan laporan proyek kerja sama mereka.
"Apa boneka mu sudah siap? " tanya John setelah menyelesaikan pekerjaannya.
Scott hanya menyeringai, "Sedikit lagi maka segalanya akan sempurna. " Gerakan tangan Scott pada kertas berhenti sejenak dan melanjutkan setelah selesai bicara.
"Baiklah, aku tidak akan bertanya dan menunda waktu kebersamaan kalian. Lagi pula urusanku sudah selesai. "
"Akhirnya kau tau diri," sindir Scott main-main.
"Sial kau. " Maki John dan melempar bolpoin pada Scott lalu menuju pintu. Kakinya sudah gatal ingin segera pergi meninggalkan sahabat berwajah es tapi bermulut pedas. Tak lama kemudian langkahnya diikuti oleh Scott.
Scott keluar ruang kerja dan menuju dapur. Sedikit melemaskan jari-jari Scott melanjutkan memasak untuk Cerry. Dia yakin sebentar lagi wanitanya akan bangun.
Di dalam kamar, Cerry mengeluh karena haus. Dalam keadaan mengantuk ia bangun dari tidurnya dan mengambil minuman yang terletak di meja sebelah ranjang.
"Kau sudah bangun? " bariton dalam dan seksi menyapa telinganya sesaat sebelum dia kembali tidur.
"Aku haus, jadi aku bangun."
"Lihat yang aku bawa, makanlah selagi hangat."
"Tapi aku mengantuk ~," Cerry hendak menolak bubur yang dibawa Scott. Niatnya terhenti ketika melihat tangan Scott yang memiliki sisa memasak.
"Akh ternyata aku lapar, berikan padaku." Cerry merasa buruk dan segera mengambil makanan dari Scott.
"Tunggu dulu, kau masih ingat aturannya? " goda Scott.
"Oh, oke. "
Normal Pov End.
Scott Pov.
Melihat bibir indahnya yang bergerak mulai memacu sesuatu dalam diriku. Hormon sialan ini selalu menyusahkan diriku ketika hadir pada waktu yang tidak tepat. Itu selalu datang ketika aku melihat gerakan Cerry sekecil apapun. Dia memang seperti bom se. k yang membuat bagian tubuhku yang lain hidup dan membesar.
Sayangnya hari ini bukan waktu yang tepat. Wanitaku dalam kondisi lelah jadi aku harus mengalihkan pikiranku ke arah lainnya.
"Apa yang kau berikan padaku kali ini? "
"Apapun yang kau minta? " jawabnya dengan nada menggoda.
Nafasku serasa berhenti melihat ujung bibirnya yang terdapat sisa bubur yang ia makan. Itu sangat menggoda seolah mengundang seseorang untuk menjilatnya.
Aku tidak bisa mengontrol tubuhku lagi. Aku mendekati wajahnya dan menjilat ujung bibirnya dengan lambat. Sepertinya tubunnya menegang, lalu perlahan dia mulai rileks.
Lihat reaksinya, sungguh mengemaskan. Rona halus perlahan muncul menghiasi pipinya yang lembut.
"Sepertinya aku harus berhenti sekarang atau aku tidak bisa menahan diri agar tidak memakanmu, " aku mengambil mangkok bubur yang sudah tak tersisa.
"Good boy, " Suaranya mengalun seperti musik indah, ada sedikit rasa geli dalam suara lembutnya. Aku hanya tersenyum dan pergi meninggalkan Cerry sendiri di kamar.
Tbc