Cerry Pov.
Dia mendekat, sebentar lagi Scott akan membuka pintunya. Nafasku memburu karena tegang, tanganku yang memegang vas bunga juga bergetar. Seribu alasan mencoba membatalkan rencanaku untuk memukul Scott yang datang beberapa detik lagi. Hebatnya ribuan alasan yang muncul dibenakku kalah oleh argumen yang aku rasa berasal dari ego, harga diri serta keinginan manusiawi untuk menjadi pribadi yang bebas.
Tap
Cekrek.
Dug!
Prank!
"Ah! "
Sialan aku gagal. Seolah mampu membaca pikiranku ia menepis dengan mudah seranganku. Memutar tubuhku lalu mengunci kedua tanganku agar aku tidak bertambah brutal menyerangnya.
"Lepaskan aku Scott! " Teriakku jengkel. Tapi hanya dengusan yang keluar dari bibirnya. Scott menekan diriku ke dinding lalu mendekatkan bibirnya ke telinga ku.
"Baiklah aku akan melepaskanmu sayang. "
Deg
Semudah itu?
Dia tidak menahan dengan mengancam atau merayuku agar tetap tinggal disisinya. Tapi kenapa?
Mendengar kalimat yang ia ucapkan membuatku terasa buruk. Ini seperti aku dicampakkan karena tidak dibutuhkan lagi. Ada rasa nyeri yang menyelinap sedikit demi sedikit ke jantungku lalu berubah menjadi remasan kuat yang mengerikan.
"Ka-kau akan melepaskan ku? "
"Yah, dan aku akan menunggumu memohon agar kembali ke pangkuanku, Cerry White, " dia menjawab dengan angkuh seolah tau segalanya.
"Kita lihat saja nanti, aku lebih menyukai kehidupan ku yang normal tuan Scott. "
"Oh baiklah. Aku menantikan pembuktian ucapanmu miss White. "
Scott menarikku ke luar dari kamar, lalu ia membawa ku ke lorong yang pernah aku lewati. Jika hari itu aku tidak terlalu memperhatikan ukiran indah bertahta batu mulia yang menempel di dinding, kini dalam kondisi setengah normal aku dibuat terkesima oleh kemewahan luar biasa ini. Tapi itu tidak membuat ku menyesal karena dilepaskan oleh penculikku. Malah aku tidak sabar ingin segera menuju apartemen murah dan menata kembali pandangan hidup serta ambisiku.
Benar, aku tidak pernah ingin berakhir menjadi mayat hidup yang cantik. Aku ingin menjadi wanita mandiri dan memiliki keluarga sederhana dengan suami sederhana. Aku tidak memerlukan pria dengan kekayaan, fisik luar biasa untuk mendapatkan kebahagiaan. Aku tidak berani bermimpi lagi. Aku sempat mengira Scott akan memenuhi impian bak negeri dongeng yang sering ku dengar. Tapi ternyata impian itu harus terwujud dengan mengorbankan jiwaku. Oh Itu pilihan yang buruk.
Sebelum Scott melepaskan ku ia menyelipkan lembaran uang di saku jaket kemudian memakaikan jaket ke badanku.
"Aku tetap menunggumu besok untuk bekerja, kau harus tetap bekerja karena telah terikat kontrak. "
"Tentu saja. "
Andai aku bisa, ingin sekali aku menolak jaket dan pemberiannya. Tapi jika ku lakukan maka aku akan berakhir dengan berjalan kaki menuju apartemenku. Dan aku tidak ingin kakiku lecet hanya karena harga diri konyol. Sebab aku sudah kehilangannya di villa Scott.
Blam!
Dia menutup pintu villa tanpa menoleh sedikit pun. Sikapnya benar - benar tidak sopan. Memangnya siapa yang mau tinggal dengan orang aneh yang sialan seksi, tampan, kaya, jenius dan berxxx besar. Ditambah dengan permainan ranjangnya yang luar biasa.
Ck, otak bodoh. Seharusnya kau mengutuknya otak bodoh. Bukannya memujinya. Apa daya dia memang perwujudan keinginan banyak pria di dunia ini. Sangat jarang pria sekelas Scott yang mempunyai bokong sensual sekaligus otak seksi. Ditambah kekayaan yang bisa membuat wanita klimaks hanya dengan sekedar membayangkannya.
Hah, lagi-lagi aku memujinya. Ah, rupanya aku harus menghabiskan perjalananku menuju apartemenku dengan memikirkan kelebihan Scott. Aku melangkah pergi menuju rimbunan pepohonan yang tertata apik di depanku. Orang kaya memang suka menghamburkan uang untuk hal aneh, terutama pria yang suka memegang kendali seperti Scott. Pohon saja harus diatur sesuai seleranya. Bahkan aku tidak melihat pohon yang tingginya melebihi pohon yang lain.
Aku jadi merasa kasihan pada petugas yang merapikan pohon sekaligus pohonnya. Seperti apakah perjuangannya untuk membuat pohon ini tetap tumbuh sejajar.
Tunggu dulu, sepertinya aku hanya berputar-putar di tempat yang sama. Aku merasa jika sudah berjalan lama di hutan buatan ini. Rasa lapar mulai mendera ku, ditambah kerongkongan ku yang terasa kering.
"Ini seperti aku tersesat dalam hutan rimba! " aku berkata dengan frustrasi.
Sejauh mata memandang hanya ada pohon dan pohon, ini menakutkan.
"Apakah...apakah aku tersesat?"
Kenyataan mengerikan mampir dibenakku. Bayangan kematian karena kelaparan dan dehidrasi sudah terbayang dimata.
"Aku harus bagaimana? "
Aku bingung harus melangkah atau berhenti. Semuanya seperti bukan langkah yang menguntungkan. Hanya ada dua cara agar aku tetap hidup, kembali pada Scott atau tetap pergi menemukan tepi hutan.
Karena tidak bisa memutuskan yang mana, aku hanya diam dan menaruh bokongku di pinggir pohon. Mencoba beristirahat sejenak sehingga kakiku tidak lagi lelah. Perlahan aku menutup mata.
Kembali sebuah godaan terbayang di otak. Gambaran tentang sebuah kamar berwarna putih dan hijau. Memiliki sprei yang bagus dan hangat. Lalu pria tampan memeluk sambil memberikan kehangatan.
"Kau menyesal Cerry? " Suara Scott terdengar mengejek.
Aku tersentak. Suara Scott terasa nyata dan mengejekku.
"Tidak, aku tidak boleh menyesal!" aku berteriak dan mulai bangkit. Seperti orang gila aku terus menelusuri hutan. Tanpa peduli betapa lapar, lelah dan haus. Entah berapa lama aku berjalan tanpa henti lalu semuanya menjadi gelap.
Bruk...
"Scott. "
Ah kenapa dalam kondisi seperti ini aku malah mengingat nama orang yang ingin aku jauhi. Ada apa sebenarnya yang terjadi padaku.
Cerry Pov End.
Normal Pov.
Di dekat tubuh Cerry yang terbaring di tanah, dua pria tampan bercakap -cakap. Yang satu secara acuh tak acuh menghisap cerutu di tangannya. Sedangkan yang lain mencoba memberikan minuman pada Cerry.
"Kau akan membiarkannya? "
"Ya, tepat di depannya adalah villaku. Dia tidak menyadari jika kakinya bergerak menunggu villa ku."
"Huh metode yang kau gunakan memang kejam, wanita ini bahkan tidak sadar jika tubuhnya sebenarnya menginginkan mu, " sinis John.
"Maka dari itu perlu memberinya sedikit eksperimen sehingga dia sadar jika telah berada dalam kendaliku walau sebesar apapun dia menyangkal. "
Usai memberikan minuman pada Cerry, Scott pergi meninggalkannya tetap terbaring di tanah. Hanya tinggal menunggu beberapa saat agar dia melemparkan dirinya sendiri ke dalam jaring-jaring kegilaannya.
tbc