"nyonya, sepertinya Reista dan Ramel sedang bertengkar. lagi...". seorang perempuan muda memasuki ruangan andine, andine hanya melirik sebentar dan membaca beberapa laporan keuangan perusahaan milik suaminya.
"kau yang membuat pertengkaran itu?". tanya andine.
"tidak nyonya, mereka bertengkar karena Tuan Ramel mengatakan bahwa hatinya mencintai satu wanita yang itu nyonya. dan tuan Ramel mengatakan agar Reista tidak boleh jatuh cinta dengannya".
Andine menutup laporan yang dia baca, bibirnya sedikit tersenyum dan membalikan badan untuk melihat pelayan yang setia mengabdikan dirinya, menjadi mata-mata dikeluarga Ramelson.
"kamu pintar dalam menjalankan tugas ini Sery, tidak sia-sia aku mengurusmu dari kecil". Andine menatap mata pelayan perempuan yang masih muda ini, tidak akan ada yang menyangka bahwa pelayan yang terlihat polos ini adalah pisau tajam yang bisa menghancurkan keluarga Ramel.
"sudah tugas saya menjadi pelayan nyonya, jadi kapan nyonya akan menunjukkan wajah nyonya kepada keluarga Ramelson?". tanya Sery, walaupun hanya pelayan namun ia dan nyonya andine sudah sangat dekat seperti kakak adik. itulah yang selalu dikatakan oleh andine padanya.
"tidak lama lagi, tapi aku ingin harus ada Reista saat aku datang menunjukkan wajahku nanti. aku ingin melihat wajah bodoh perempuan itu terpaku melihat betapa cantiknya perempuan yang menjadi mantan istri dari suaminya itu. memangnya dia pikir dia siapa? ingin menyingkirkan aku dari hati Ramel? tidak akan bisa, bahkan sampai saat ini Ramelson hanya mencintaiku seorang". Andine sedikit tertawa memikirkan bagaimana wajah bodoh Reista saat ditolak oleh Ramel.
"betul nyonya, bahkan aku sering melihat tuan Ramel memperhatikan fhoto nyonya diruangan pribadi nyonya dan berada didalam sana sangat lama, sepertinya tuan Ramel selalu merindukan nyonya diam-diam".
"tentu dia akan selalu merindukanku, aku memberikan banyak kenangan padanya selama hidupnya dan aku meninggalkan dia disaat keluarga kami sedang dalam kehangatan yang nyata. siapa yang akan bisa melupakan hal itu".
"tapi anak nyonya, Renadra. dia sangat mencintai Reista".
"aku tidak mempermasalahkan anakku, dia bisa mencintai Reista karena dia belum pernah bertemu denganku sebelumnya. jika dia sudah melihatku, kuyakin mudah mendapatkan hati anak kecil".
"kuharpkan seperti itu nyonya".
"jadi? seberapa sakit Reista saat ditolak oleh Ramel". tanya andine, suaranya terdengar seperti mengejek.
"kurasa sangat sakit, Reista berdiam diri dikamar Renandra dan tidak kembali kekamarnya dengan Ramelson. kulihat Tuan Ramel juga tidak berusaha untuk meminta maaf dan membujuk Reista. nyonya tau sendiri bagaimana sikap cuek Tuan Ramel". Sery sedikit tertawa saat mengatakan hal itu.
"Ramel hanya denganku dia tidak pernah menampilkan sikap cuek, bagaimana bisa cuek? bahkan sejam tidak melihat wajahku saja dia sudah marah-marah dan mencariku. aku bahkan ingat saat aku pergi arisan dan lupa membawa handphoneku, dia sampai menghampiri diriku kerumah temanku menggunakan helikopter. untuk apa? hanya untuk mambawakan handphoneku dan mencium bibirku. dia lelaki yang manis dan sangat mencintaiku".
"aku juga ingat saat tuan Ramel menggendong nyonya yang masih tertidur, tuan Ramel membawa nyonya untuk pergi kerumah sakit mengecek kandungan. padahal baru dua hari sebelumnya nyonya dan tuan Ramel mengecek kandungan. tuan Ramel sangat lucu jika menyangkut tentang nyonya. dia selalu mendahului semuanya untuk nyonya. nyonya selalu jadi orang pertama dalam hidupnya".
"ya aku selalu ingat, semuanya. bagaimana bisa aku melupakan hal itu? setiap mengingat hal itu ada sebagian hatiku yang mengatakan semua ini salah, ada sebagian hatiku mengatakan bahwa sebenarnya aku sedang menyakiti diriku sendiri. tapi kuyakin itu hanya kelemahanku saja. aku mengabaikan semua itu sampai hari ini".
"nyonya, cinta memang bisa membutakan seseorang. cinta nyonya dan tuan Ramel awalnya berjalan dengan sangat manis namun karena masa lalu semuanya berubah. kurasa tidak ada salahnya jika nyonya membalas dendam, tapi jika memang tuan Ramel masih mencintai nyonya dan nyonya masih mencintai Tuan Ramel. apa baiknya setelah semua ini kalian baikan lagi?".
"saranmu bagus sery, tapi aku tidak bodoh mengambil sampah yang sudah kubuang. Ramel hanya sampah masa lalu, kurasa sudah tidak ada cinta dalam diriku untuknya, didalam sini hanya ada dendam dan sakit hati". Andine menunjuk dadanya dan menghela nafasnya berat. jika mengingat tentang Ramel, tubuhnya seperti mati rasa dan tiba-tiba sesak. entah mengapa hal itu bisa terjadi.
"aku selalu berada disisi nyonya apapun yang terjadi". ucap sery tulus.
"terimakasih, sekarang kau pulanglah. sudah sangat malam, pergilah bersama supir pribadiku. aku tidak ingin kau sakit". Sery mengangguk dan pamit pergi. kini hanya andine yang menatap pintu ruangan yang ditutup sery dengan pandangan kosong.
Lagi-lagi hatinya seperti menjerit, lagi-lagi hatinya seperti mati rasa. dan lagi-lagi ada sebagian hatinya yang merasa ragu dengan semua ini.
Andine sudah mencabut cinta itu hingga keakar-akarnya, namun entah mengapa andine merasa ia sudah menyiram lagi tanah yang kosong itu dengan air dan pupuk, semenjak kakinya menginjak kekota yang membuat banyak kenangan indan dan menyakitkan.
Andine menutup matanya dan memijat keningnya pelan, rasanya dia lelah. sangat lelah, ia butuh menenangkan diri dari semua ini. ia butuh berlibur atau setidaknya belanja dan bermain game. mungkin.
"kau banyak pikiran sayang". suara suaminya memecahkan lamunan andine, andine menampilkan senyum yang tulus saat melihat suaminya datang membawa piring berisi makanan dan minuman kesukaanya.
"aku hanya pusing dengan laporan keuanganmu".
"kau tau aku tidak pandai dalam urusan keuangan, aku hanya mampu menjalankan strategi bisnis dan mengelolanya".
"ya aku tau, karena semenjak ada aku, pekerjaanmu menjadi lebih baik dan maju".
"ya dan aku beruntung mendapakan istri seperti dirimu". suaminya mencium kening andine dan andine menerima hal itu dengan tenang. seperti sudah terbiasa dengan semua ini. mencoba menerima laki-laki yang selalu ada disampingnya hingga saat ini.
"makan yuk, kamu belum makan malam".
"iya tapi aku ingin kamu duduk disini dan suapi aku".
"siap ratuku". andine hanya tertawa mendengar pujian dari laki-laki yang entah dia cintai atau tidak, hatinya saat ini seperti kosong dan hampa. bahkan dengan laki-laki yang sudah bersamanya selama 6 tahun ini? lucu...
Hatinya yang terlalu bodoh atau memang jati dirinya yang sudah bodoh dari dulu?
"kamu masak?". andine berucap saat sudah mengunyah makanan yang dia hapal betul rasanya.
"iya, kamu pasti suka sama masakan aku kan? biar kamu tambah nafus makannya jadi aku masak".
"kamu selalu gitu, padahal kamu juga banyak kerjaan, kenapa juga harus masak, tapi kamu bener aku selalu suka masakan kamu dan itu ngebuat aku tambah nafsu makan".
"aku akan selalu lakuin apa aja untuk kamu, kamu istriku dan aku mencintai kamu".
"aku tau". andine hanya tersenyum mendengar semuanya, ia tidak tau harus mengatakan hal apa. suaminya juga hanya mengangguk mengerti dan menyuapi andine lagi. andine tidak tau terbuat dari apa hati suaminya? sangat lapang dan menerima dirinya yang bahkan hanya menjadi benalu di hidupnya itu.