Chereads / Secret In Love / Chapter 47 - aku sudah kalah

Chapter 47 - aku sudah kalah

Reista membawa beberapa makanan ringan ketaman belakang, disana sudah ada Ramel yang sibuk dengan laptopnya, melihat dahinya, mengerut seperti kebingungan membuat Reista tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan. semakin hari Ramel semakin terlihat tampan dan Reista tak akan pernah bosan melihat wajah itu.

"film apa yang akan kita tonton pagi menjelang siang ini Ramel?". tanya Reista saat sudah berada disamping Ramel, Ramel melirik kearah Reista dan sedikit tersenyum. Ramel memang memiliki jam nonton yang sangat tidak biasa. hampir siang di taman rumahnya, semoga saja terik matahari tidak terlalu bersilau siang ini. pikir Reista.

"kau ingin sesuatu yang Romantis?". tanya Ramel, sepertinya bukan pertanyaan. karena saat Reista melihat kearah laptop Ramel sudah siap dengan film romantisnya. untuk apa juga Ramel bertanya. Reista hanya tertawa dan duduk disamping Ramel, angin yang sejuk serta suara dedaunan yang terbawa angin membuat Reista tersenyum senang. ternyata suasana disini tidak terlalu buruk seperti bayangan Reista.

"apa judul film ini Ramel?". tanya Reista penasaran.

"one day". jawab Ramel singkat.

"film dari negara mana?". Reista melihat wajah pemainnya yang cukup asing, sepertinya bukan artis holywood.

"thailand kurasa, aku tidak terlalu yakin juga. aku direkomendasikan oleh temanku".

"sepertinya akan seru". Reista berucap pelan saat film sudah diputar.

Hanya ada suara angin dan gemericik air kolam serta suara pemain dalam film itu, waktu berjalan sangat lambat saat Reista melihat satu demi satu adegan disana. bahkan airmata Reista hampir menetes melihat bagaimana perjuangan lelaki dalam film itu mencintai wanita yang bahkan tidak pernah melihatnya.

wanita yang memiliki kecantikan dan senyum yang manis, menurut Reista lelaki itu tidak jelek, mungkin hanya tampilannya yang berantakan.

"aku ingin ketempat itu suatu hari nanti Ramel". ucap Reista pelan,

"tentu".

Reista membayangkan bagaimana tempat yang mereka kunjungi dalam satu hari menjadi tempat yang akan menciptakan banyak kenangan, Reista tidak tau bagaimana kuat hati laki-laki itu, karena ia hanya mendapatkan satu hari bersama perempuan yang ia cintai. setelah hari itu terlewati maka kenangan itu akan seperti mimpi yang indah dan hanya mampu diingat dalam pikiran sang lelaki.

Reista melirik sebentar kearah Ramel, lalu memperhatikan wajah tampan Ramel yang dengan tenang menonton film. entah apa yang ada di pikiran Ranel saat ini. apa yang dia bayangkan? apa film ini cukup membuat hatinya tersentuh? sebenarnya Reista tidak pernah tau seberapa rapuh hati seorang laki-laki. tapi jika Reista lihat dari contoh film ini, hati laki-laki cukup rapuh namun mereka pandai menyembunyikan hal itu.

Reista kembali melihat kearah layar laptop, pikirannya sudah tidak tenang. film ini membuat hati Reista sedikit rapuh, bayang-bayangan menjadi laki-laki tersebut menghantui pikiran Reista. apa Reista akan sanggup jika suatu hari nanti dilupakan oleh Ramel dan hidup sendiri? menjalani hari-hari seperti semuanya baik-baik saja dan hanya mampu melihat orang yang kita cintai dari jauh?.

"kau menangis?". ucapan Ramel membuyarkan pikiran Reista, ia buru-buru menghapus air matanya yang entah kapan jatuh begitu saja.

"ahh ya, filmnya sangat sedih". Reista melihat kearah layar laptop yang ternyata film sudah selesai. ternyata tidak berasa menonton satu film, mungkin sekitar dua jam mereka lewati. dan sekarang reista jadi bingung ingin mengucapkan apa. hatinya tiba-tiba resah dan sedikit sesak.

"ku perhatikan selama menonton, wajahmu berpikir banyak hal. ada apa? kau tidak suka fimnya?". tanya Ramel.

"ah tidak, aku hanya membayangkan bagaimana sang lelaki mampu mencintai perempuan setulus itu". Reista menyibukkan dirinya dengan minum jus mangga yang tidak dia sentuh saat pertaman kali menonton film.

"tidak usah dibayangkan, itu hanya sebuah film".

"tapi makna dari film itu cukup bagus. apakah hati seorang laki-laki serapuh itu? namun mereka pandai menutupinya secara baik". Reista melihat Ramel yang hanya mengunyah keripik dan memandang kearah kolam ikan.

"kurasa itu benar". ucap ramel pelan.

"seperti hatimu yang mencintai mantan kamu itu?". tanya Reista dengan hati hati.

"ya seperti itu, sang lelaki dalam film itu masih beruntung. orang yang ia cintai masih bisa dia lihat, walaupun mungkin tidak bisa dimiliki. tapi aku? bahkan aku hanya mampu melihat nama diatas batu nisan". Reista hanya diam dan memperhatikan wajah Ramel yang terlihat dari samping, aura wajah itu seperti benar-benar menyimpan banyak kesedihan yang mendalam. entah bagaimana hati Ramel saat ini. namun Reista tau bahwa Ramel memang belum bisa melupakan mantan istrinya itu.

"Andine sangat bahagia disana, masih dicintai oleh laki-laki yang sangat baik seperti kamu".

"aku tidak sebaik itu, buktinya aku belum bisa membuatmu bahagia".

" kau sudah sangat membuatku bahagia, hatimu menerima aku dengan sangat terbuka. aku yakin cepat atau lambat aku akan jatuh cinta padamu". ucap Reista pelan.

"sebaiknya kau jangan jatuh cinta denganku". Ramel menyelipkan sejumput rambut kebelakang telinga reista.

"mengapa". Reista menahan nafasnya yang sedikit sesak karena pernyataan itu.

"karena jika kamu jatuh cinta denganku kamu akan kalah".

"kenapa aku kalah?".

"karena aku tidak akan pernah jatuh cinta denganmu". Telinga Reista seperti berdengung dan persendiannya seakan mati rasa. Tanganya yang di genggam Ramel saat ini seperti ribuan duri yang menyakitinya secara halus. tubuhnya sudah bergetar hebat, namun Reista yakin ini bukan lelucon. wajah serius Ramel tidak mengisyaratkan sebuah canda.

"ap...a apa maksudmu Ramel?". suara Reista sedikit bergetar, ia yakin saat ini wajahnya sudah benar-benar pucat. Ramel hanya memandang Reista dengan sebuah tatapan yang tak reista tau apa artinya.

"kamu orang baik Reista, kamu sangat baik sudah bersedia menjadi istri dan ibu bagi anakku. tapi ketahuilah, bahwa jika kamu jatuh cinta maka hatimu akan kalah, hanya ada kesakitan dalam cinta dan aku tidak ingin kamu mengalami rasa sakit itu. cukup berada disampingku dan aku berada disampingmu lalu kita jalani hidup ini tanpa cinta. tidak ada cinta yang akan benar-benar membawa kebahagiaan".

"cinta yang kau miliki dulu yang membuatmu menjadi seperti ini Ramel. cinta tidak selamanya menyakiti". Reista berusaha mengusap pipi Ramel pelan.

"memang cinta adalah hal yang paling indah di awal, namun jika kamu sudah merasakannya sangat lama maka hanya ada kesakitan disana".

"jika rasa sakit itu bisa membuatmu berada terus disampingku, aku rela merasakan rasa sakit itu". Reista melepaskan genggaman tangan Ramel dan kini matanya memandang kearah kolam, Reista tidak kuat jika harus terus menatap mata Ramel, ia yakin ia akan menangis.

"kau tidak perlu merasakan sakit agar aku berada disampingmu, aku akan terus disampingmu namun mungkin aku tidak akan pernah jatuh cinta denganmu".

"kau memang lelaki yang jahat Ramel, kau menginginkan aku tapi kau tidak ingin mencintaiku? lalu apa artinya diriku bagimu? apa selama ini aku hanya boneka bagimu? apa aku hanya mainanmu? apa hanya andine yang ada dalam hatimu? aku sudah memberikan seluruh hidup dan hatiku untukmu, kukira beberapa hari terakhir ini kau sudah berubah, kukira kamu sudah mulai mencintaiku. tapi aku benar-benar salah. hatimu sudah mati dan membeku, dan aku tidak bisa menumbuhkan cintamu lagi. kau tau kenapa? karena kamu menghalangi itu semua. aku muak dengan sikapmu Ramel, aku muak dengan dirimu yang seakan-akan paling tersakiti tapi kau tidak pernah melihat kesekelilingmu siapa yang kau sakiti".

"maka dari itu kukatakan jangan jatuh cinta denganku, aku tidak ingin kau tersakiti".

"AKU SUDAH JATUH CINTA DENGANMU!! kau tau? aku sudah tersakiti saat ini. dan aku sudah kalah, aku sudah kalah sejak pertama kali aku menikah denganmu". Reista sudah menangis, ia bangun dari duduknya dan meninggalkan Ramel yang hanya dia membeku atas pernyataan yang Reista katakan tadi. entah mengapa ada sebagian hatinya yang tidak rela Reista menangis dan pergi meninggalkan dirinya disini. Ramel ingin menarik Reista dalam pelukannya dan mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. tapi lagi-lagi Ramel tidak bisa. lagi-lagi pikiran dan egonya menahannya disini.