"Ramel, apa kau sudah menemukan jepit rambut yang kukatakan malam itu?". Tanya Reista, mereka sedang makan malam bersama Renandra di restorant resort ini.
"aku sudah menyuruh beberapa orang mencarinya, namun belum ditemuka". Ramel juga sedikit heran kemana jepit rambut itu hilang, setaunya hanya ia yang menyewa Resort ini. dan jika ada yang ingin masuk kedalam kawasan Resort ini pasti diketahui. Ramel semakin curiga bahwa memang ada seseorang yang mempunyai rencana jahat didalam sini.
"mungkin saat aku ketakutan, jepit Rambut itu terjatuh atau apalah, padahal aku sangat menyukainya". Reista sedikit cemberut membayangkan betapa indahnya jepit Rambut itu. sangat cantik dan membuat Reista menginginkannya.
"bagaimana saat kita pulang nanti, aku akan mendatangkan pembuat perhiasan yang terkenal di negara kita. kau bisa berikan ciri-ciri dari bentuk jepit Rambut itu dan aku yakin mereka bisa membuatnya sama persis". Ramel memberi saran yang dengan cepat diberi anggukan oleh Reista, dia juga harus tau apa benar jepit rambut itu sama seperti yang ada didalam pikirannya.
"Dad, sebenarnya ada apa dengan Mommy waktu itu? aku bahkan tidak bisa menemui Mommy". ucap Renandra yang sedikit penasaran.
"Mommy hanya sakit perut malam itu nak". Reista yang memberikan jawaban kepada anak lelakinya, Reista tidak mau anaknya berpikir yang macam-macam.
"kukira kenapa, soalnya malam itu aku melihat ada seorang perempuan yang masuk kekamar Mommy. aku tidak bisa lihat wajahnya, dia membawa bingkisan yang aku tidak tau apa isinya, namun aku dengar dia sedang menelpon seseorang dan dia berkata seperti ini 'sesuai rencana, aku akan lakukan dengan baik'. seperti itu Mom". Renandra berucap dengan polos, dia lalu mengunyah lagi makanannya.
"bukanya malam itu kamu diantar oleh maid untuk bermain di ruangan bermain di Resort ini nak?". Tanya Ramel pelan.
"iya Dad, saat daddy meninggalkanku disana, entah kemana para maid itu. aku berusaha mencari mereka, kupikir mereka kembali kekamarku, aku kembali kekamar dan tidak ada orang. lalu aku ingin kekamar daddy dan Mommy, namun sebelum sampai kesana aku melihat perempuan itu. akhirnya aku tidak jadi kekamar Mommy dan kembali ke tempat bermain".
"Mungkin maid yang menjaga kamu waktu itu sedang kekamar kecil Nak". Ramel berucap dan mengelus kepala anaknnya. dia tidak ingin Renandra bertanya-tanya tentang hal malam itu. Ramel melirik mata Reista yang seperti sedikit berpikir. lalu ia tersenyum kearah Ramel.
"iya Nak, perempuan itu pasti Maid yang diutus Daddymu untuk membuat suprise kepada Mommy". Reista berucap dengan lembut, ia melanjutkan makannya dengan tenang, tapi tidak dengan Ramel. ia bergantian melihat anak dan istrinya. nyawa mereka sedang dalam bahaya pikir Ramel. ia harus menyelesaikan ini sebelum berlanjut lebih parah, ia akan menelpon Tuan Gornio setelah ini, ayahnya harus tau bahwa menantu dan cucunya sedang dalam bahaya. Namun Ramel tidak tau siapa target yang sebenarnya. ia harus tetap waspada akan semua hal ini, Mereka bermain cantik sepertinya. pelan-pelan namun pasti.
"Ramel, lanjutkan makanmu. nanti keburu dingin dan tidak enak lagi". Reista menepuk pelan punggung tangan Ramel. Ramel tersenyum dan menuruti ucapan Reista, istrinya ini sangat manis dan penuh perhatian.
Mereka makan dalam tenang, alunan denting piano membuat suasana malam itu semakin Romantis. Reista sangat senang, dilihatnya dua orang laki-laki yang sangat berarti dalam hidupnya, mereka tampan dan Reista sangat beruntung memiliki mereka berdua dalam hidupnya.
Waktu menunjukan pukul 11 malam waktu setempat, mereka menyudahi acara makan malam dan akan kembali kekamar Resort.
"Mom, aku tidur dikamar Mommy ya. aku takut tidur hanya dijaga Maid saja". Ucapan Renandra membuat Reista melirik kearah Ramel sebentar, Ramel mengangguk mengerti.
"yasudah sayang, kita kekamar kamu dulu mengganti baju dan baru kita kekamar Mommy". ucap Reista senang.
Ramel pikir ada benarnya juga jika malam ini Renandra tidur bersama dengan mereka. agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Mereka bertiga berjalan kearah kamar Renandra, Ramel hanya mengikuti dari belakang, pikirannya benar-benar waspada. entah mengapa suasana malam ini sangat berbeda. hatinya tidak tenang dan sangat kalut.
"Ramel aku masuk kedalam kamar Renandra sebentar, kau ngin ikut masuk atau disini saja". ucapan Reista membuyarkan lamunan Ramel.
"aku disini saja, kalian cepatlah". ucap Ramel, akhirnya Renandra dan Reista masuk kedalam hanya berdua. memang kamar Resort itu sangat besar dan sedikit menakutkan saat malam, Ramel melihat kesekeliling. tidak ada hal yang mencurigakan pikirnya.
Ramel duduk di bangku yang memang sudah ada disana, suasana sangat sunyi dan sepi, Ramel memang menyuruh para penjaga dan maid untuk beristirahat. mereka manusia, dan mereka membutuhkan itu.
15 menit berlalu, tidak ada tanda tanda Renandra dan Reista keluar dari kamar. mungkin Renandra sedang membersihkan tubuhnya terlebih dahulu. karena Renandra sama sepertinya, ia tidak betah berlama-lama dengan tubuh yang lengket.
Ramel memejamkan matanya perlahan, kesunyian ini membuatnya mengantuk. ia hanya akan memejamkan mata, tidak tertidur.
Baru beberapa detik Ramel memejamkan mata.
"argggghhhhh". teriakan suara Reista membuat Ramel membuka matanya, dan semuanya gelap. Ramel bahkan tidak bisa melihat sekelilingnya.
"shit!!". lampu padam lagi.
"Reista... Renandra?". Ramel berteriak dan berjalan ke arah kamar Renandra dengan sedikit meraba.
"Dad!! kami disini". Ramel mengelurkan handphonenya dan menyinari kamar itu dengan sinar senter dari handphone.
dilihatnya Reista tergeletak pingsan dan Renandra disampingnya sedikit ketakutan. Ramel berlari dan menepuk pelan pipi Reista.
"Reista, hei.. bangun Reista". Ramel sedikit panik, semua penjaga pasti sedang istirahat. Ramel membuka handphonenya dan menelpon salah satu penjaga kepercayaanya.
Tersambung...
"cepat kesini, aku butuh Dokter tradisional!!". ucap Ramel cepat, ia membopong tubuh Reista keatas tempat tidur milik Renandra, Renandra sedikit menangis. melihat keadaan Mommynya yang sangat lemah dan tak berdaya.
"kemarilah Renand, jaga Mommy kamu". kata Ramel pelan, Renand menuruti lalu berbaring disamping Reista lalu mengelus pelan telapak tangan Reista.
Ramel mengusap rambutnya kasar, sialan!!.
Dia kecolongan lagi, ada apa ditempat ini. ada yang sengaja memadamkan listrik karena mengetahui Reista sangat phobia dengan kegelapan dan keheningan.
Tak berapa lama para penjaganya datang dengan tergesa serta membawa Dokter tradisional sewaktu itu.
"kau, pergilah. dan nyalakan lampu, bagaimanapun caranya.". Ramel berucap kesal kepada penjaganya, emosi Ramel melihat Reista yang tidak berdaya dengan phobia, menyayat-nyayat hatinya secara perlahan.
Dokter tradisonal itu terlihat sedikit panik menatap Ramel,
"katakan". Ramel memberikan isyarat pada penjaga yang mengerti bahasa indonesia melihat Ramel sedikit takut.
"nyonya Reista harus secepatnya ditangani oleh dokter, Nafasnya sudah melemah, dokter ini tidak bisa membantu banyak Tuan".
"shit!!. siapkan Helikopter, aku tidak mau tau dapat darimana. kutunggu 10 menit, cepatlah". Penjaga itu berlari secepat mungkin atas perintah Ramel.
Ramel tersenyum melihat dokter tradisional itu memberi isyarat untuk pamit, lalu wajah Ramel kembali dengan wajah yang gusar, semoga saja Reista baik-baik saja. semoga saja. batinnya.....