Chereads / Secret In Love / Chapter 40 - siapa?

Chapter 40 - siapa?

Ramel menggendong Reista dengan tergesa-gesa memasuki helikopter yang entah milik siapa Ramel tidak peduli saat ini, inilah yang dimaksud uang bisa membeli apapun didunia. disaat membutuhkan seperti ini memang dibutuhkan uang dan kekuasaan.

Renandra berjalan dibelakang Ramel masih dengan menahan air mata yang tidak henti berurai sejak tadi, hatinya ketakutan melihat Mommy Reista yang pingsan tak bergerak. Helikopter mengudara dengan suara bising yang mampu membangunkan para penduduk.

Ramel hanya mampu mengusap tangan Reista yang sudah semakin dingin, jantungnya berdetak tak karuan. hatinya bergejolak tiada henti, ia tidak ingin merasakan hal itu lagi, tidak ingin kejadian bertahun-tahun silam kembali dalam kehidupannya. Ramel baru merasakan sedikit kebahagiaan kecil, hanya sedikit. danmengapa tuhan begitu kejam mengambilnya lagi, apakah kebahagiaan dirinya adalah sebuah kutukan bagi orang lain.

"Dad". Renandra memeluk Ramel dengan erat, terlihat tangannya sedikit bergetar. air matanya tak mampu ia bendung.

"it's okay, Mommy akan baik-baik saja. kamu harus kuat, Mommy tidak suka kau menangis". Ramel mengusap kepala anaknya, dia hanya mampu mengucapkan kata-kata sederhana saat ini untuk meyakinkan hati anaknya, sedangkan hatinya begitu resah dan kalut.

10 menit kemudian, mereka sudah sampai disalah satu Rumah sakit kota di pulau ini, Helikopter mendarat dengan sempurna, para suster sudah tergesa menghampiri dan berhenti dibalik pintu Helikopter itu. Ramel masih menggendong Reista, ia berjalan tergesa dan membaringkan Reista diatas bangkar. dengan sigap para suster mendorong memasuki ruangan bertuliskan UGD.

Ramel hanya menatap ruangan itu dengan wajah yang panik, hatinya tak berhenti merapalkan doa-doa, Renandra sudah memeluk kaki Ramel sejak tadi. anak itu tidak berhenti menangis, Ramel tidak bisa berbuat apa-apa, karena saat ini hatinya juga tidak cukup kuat untuk menenangkan Renandra.

Jika ada 1 menit untuk memutar waktu, maka akan dia berhentikan di waktu saat Renandra dan Reista masuk kedalam kamar. maka disitu Ramel akan ikut dan menemani mereka, sudah dipastikan Reista tidak akan seperti ini. mengapa juga ia bisa kecolongan dan membiarkan mereka masuk kedalam kamar hanya berdua. Reista mempunyai phobia, dan phobia sangat rentan jika terjadi lebih dari sekali.

30 menit berlalu, pintu Ruangan HRD terbuka, dan keluarlah dokter wanita yang tersenyum kearah Ramel.

*Mereka berbicara memakai bahasa inggris*

"Nyonya itu baik-baik saja, dia sudah dalam keadaan stabil dan untungnya dibawa dengan cepat kesini. jantungnya berdetak normal saat ini, walaupun tadi sempat melemah. phobia yang dia punya sepertinya harus segera diatasi oleh psikologi, saya sarankan setelah Nyonya baikan, langsung dikonsultasikan di bagian Psikologi ya Tuan".

"Terimakasih, saya boleh melihatnya kedalam?".

"Tentu, silahkan". Ramel menarik tangan Renandra pelan untuk ikut masuk melihat Reista, selang pernafasan itulah yang membuat Ramel sedikit menahan nafasnya. untungnya ia dengan cepat membawa Reista kemari, Ramel mengelus pelan telapak tangan Reista, sudah lebih hangat dibandingkan tadi.

"Mommy, maaf Renandra ninggalin Mommy untuk kekamar mandi sebentar. Maaf ya Mom, Renandra salah". Renandra mencium telapak tangan Reista, air matanya masih mengalir namun hanya sesekali.

"Tidak apa Nak, Mommy pasti mengerti kalau kamu memang terbiasa membersihkan diri. lagipula saat lampu padam kan itu bukan kesalahan kamu, itu hanya kesalahan teknis". Ramel mengelus kepala anaknya, ia tau bahwa Renand begitu mencintai Reista seperti ibu kandungnya sendiri.

"Maaf ya Dad, aku berjanji tidak akan membiarkan Mommy seorang diri lagi". Mata Renand menatap Ramel dengan sayu, matanya sangat sembab karena terus-terusan menangis tiada henti.

"Tidak apa, kamu sudah berusaha sebaik yang kamu bisa. istirahatlah di sofa. Daddy yang akan menjaga Mommy. atau kamu mau sesuatu?". Tanya Ramel.

"Tidak Dad, aku akan istirahat di sofa saja. bangunkan aku jika Mommy sudah sadar ya Dad".

"Tentu, pasti kau yang akan dicari Mommy pertama kali nanti". Renandra mengangguk, ia berjalan kearah sofa dan melepas sendal yang ia pakai, perlahan-lahan matanya mulai mengecil dan terlelap dalam tidur. Ramel melihatnya sedikit tersenyum, keluarga kecilnya sangat berarti. siapapun yang memang merencanakan ini akan berhadapan dengannya.

Ramel berjalan kearah Jendela lalu menelpon Tuan Gornio, Daddy nya pasti akan sangat marah besar untuk kejadian ini.

"Ada apa Nak, Bagaimana liburan kalian". suara Tuan Gornio disebrang sana, membuat Ramel menghela nafas pelan.

"Liburan ini berjalan baik, Namun ada seseorang yang sepertinya mengincar Kami Dad".

"bagaimana keadaan kalian, Reista? Renandra?. bagaimana mereka?". Tuan Gornio sedikit berteriak saat ini, Ramel tau bahwa Daddy nya itu akan sangat emosi jika menyangkut anggota keluarga.

"Mereka baik Dad untuk saat ini, Reista sedang dirawat. ia memiliki phobia saat dia sendiri dan dalam keadaan gelap gulita. dan Reista sudah mengalami hal ini 2 kali, dan semuanya terasa janggal menurutku, tidak mungkin Resort mewah seperti ini mengalami listrik padam dalam waktu yang bertepatan saat Reista sendiri".

"kau mencurigai seseorang?". tanya Tuan Gornio.

"sepertinya seseorang didalam sini Dad, antara Maid atau penjagaku sendiri. hanya mereka yang ada di Resort ini. dan sepertinya sudah mengincar Reista karena ia mengetahui Phobia yang diderita oleh Reista.".

"jika Reista sudah lebih baik, besok segeralah pulang. kita bicarakan ini dirumah, akan Daddy bunuh siapapun yang berusaha menyakiti Menantu di keluarga Ettrama, siapapun itu dan sebanyak apa jasanya, Daddy tidak akan mentoleransi kejadian ini, untuk saat ini jangan percayakan siapapun orang untuk menjaga Reista. kau jagalah sendiri, Daddy akan memantau dari sini mengenai data diri dan kehidupan para maid dan penjaga yang kau bawa".

"Terimakasih Dad, kalau begitu aku matikan telponya"

"ya, hati-hati Nak". Tut. Tut.

Ramel memasukan kembali handphonenya kedalam saku celana, ia duduk di sofa samping Renandra, pikiranya benar-benar resah. ia tidak bisa mempercayakan siapapun untuk saat ini, bahkan penjaga yang sudah bertahun-tahun ada disampingnya.

Mengapa mereka mengincar Reista? Reista tidak memiliki apapun, mengapa nyawanya yang selalu diincar?. apa karena ia dekat denganku? apa seseorang itu ingin menyakiti aku melalui Reista?.

Apa memang aku tidak diperbolehkan bahagia sedikit saja? hatiku baru saja menghangat saat berada dipulau ini, hatiku baru saja hampir membuka untuk bisa mencintai Reista, Reista perempuan yang lemah lembut dan sangat sabar. luka lama itu hampir kubiarkan mengering, namun mengapa ada yang membuat luka baru dalam hatiku?. mengapa harus menyakiti orang seperti Reista? mengapa tidak membunuhku saja sejak dulu? hatiku sudah hancur karena kepergian mantan istriku, apakah aku juga harus merasakan kepergian lagi? apa yang sudah kuperbuat kepada orang itu? jika dia menginginkan uang, akan kuberikan semuanya. tapi jangan lagi seseorang yang berarti dalam hidupku.

Aku hampir merasakan hidup lagi setelah bertahun-tahun lamanya, aku baru saja merasakan perhatian kecil dari seorang perempuan bernama Reista, aku hampir saja merasakan menjadi manusia yang berarti. namun mengapa takdir begitu lucu mempermainkanku? merusak sedikit kebahagiaan yang baru kuterima...