"Apa kau suka bermimpi tentangku?". Tanya Ramel pelan, membiarkan Reista menyebut bahwa sekarang adalah mimpinya.
"Aku tidak suka bermimpi tentangmu, tapi aku suka kenyataan denganmu.. Namun jika memang mimpi ini adalah hal terakhir yang bisa kudapatkan, aku bisa apa? tentu aku akan menerimanya dan membuat ini sebagai keberuntungan yang diberikan Tuhan untuk kehidupan terakhir bagi diriku". Reista membiarkan Ramel yang tiba tiba mendekatkan bibirnya ke bibir Reista lalu menciumnya, Reista hanya tersenyum di sela sela ciuman itu, ciuman yang terasa hangat dan manis, kelembutan tentu saja diberikan Ramel dan membuat Reista semakin nelangsa dan sengsara.
Ciumannya terlalu nyata untuk dikatakan sebagai ciuman, Ramel terus saja melumat bibir Reista. membiarkan Reista meraba serta menjelajahi setiap jengkal tubuhnya melalui sapuan lembut telapak tangan kecil itu, Reista juga dapat merasakan kehangatan yang memang dirasakan juga oleh Ramel.