Reista menggenggam tangan Ramel dengan erat, jantungnya bertalu tak karuan. melihat banyak darah yang sudah keluar dari perut Ramel yang tertusuk. konde itu masih tertancap di perut Ramel, Reista bisa merasakan tangan Ramel yang semakin dingin. air mata bahkan tak bisa lagi mendeskripsikan bagaimana ketakutan hati Reista saat ini, kedua mertuanya bahkan tak bersuara sama sekali. mereka juga pasti ada di posisi yang tak baik, Ramel tak sanggup ditinggal suami secepat ini, tak sanggup hidup seorang diri. tak sanggup berjalan di dunia yang kejam seperti ini dan harus merawat kedua anak mereka sebagai orangtua tunggal.
Helikopter seperti terbang dengan pelan, jarak ke rumah sakit seakan sangat lama jika melihat nafas Ramel yang sudah tersedat dan bahkan hidung Ramel saat ini sudah keluar darah juga.
"Hei sayang, kuatlah.... tolong kuatlah untukku dan anakmu". Reista mencium kening Ramel, nafas Ramel yang tak karuan. membuat Reista tergugu dalam tangis yang semakin deras.
