"Apa maksudnya?" Tanya Nia pelan, sangat pelan.. tidak sanggup mendengar kata-kata yang akan di ucapkan oleh dua orang di depan Nia sekarang.
Romeo berdehem sebentar, merasa bahwa akan ada sesuatu yang rumit terjadi. Nia tidak mungkin menerima saja pernikahan Lina dan Surya, Nia tipe orang yang menginginkan apapun menjadi miliknya.
"iya.. Surya dan Lina akan menikah, mereka kemari karena ingin meminta restu". Ucapan Nenek membuat seluruh darah Nia seakan berhenti seketika. Nia sudah terdiam, matanya memandang mereka namun terlihat menggelap.
Riri yang melihat perubahan dari raut wajah Nia hanya bisa memegang tangan sahabatnya itu, tanganya terasa dingin dan bergetar. "Nia.. Makan lagi". Riri berusaha mengambil alih pikiran Nia, Namun Nia tetap diam. entah apa yang di pikirkan Nia saat ini, namun Riri yakin ini bukan hal yang bagus.
"Nia? kamu kenapa?" Tanya Nenek yang sudah merasa aneh dengan sikap Nia, Nenek melupakan kenyataan bahwa Nia menyukai Surya. Hal itu membuat Nenek menutup mulutnya sebentar dan mengutuk dirinya sendiri yang bisa dengan mudah mengatakan hal bodoh seperti ini.
Nenek menengok ke arah Romeo lalu ke Bu Wulan, meminta bantuan namun mereka hanya diam saja.. Romeo bukan tidak ingin membantu, Namun Romeo juga sedang menahan dirinya untuk tidak merasakan sakit hati yang mendalam.
Romeo memegang sendoknya kuat kuat, menutup matanya perlahan dan membukanya lagi.
"Kok pada diam? ada apa?" Tanya Lina yang tiba tiba masuk ke dapur dan di belakangnya di ikuti oleh Surya.
"Iya.. kenapa sih?" Tanya Surya yang juga merasa aneh dengan keterdiaman orang orang di meja makan.
"Ibu tidak tau, Nak Nia tiba tiba terdiam dan wajahnya sangat pucat" Kata Bu Wulan yang tidak mengerti apa yang terjadi.
Surya dan Lina melihat ke arah Nia, Lina sudah tau siapa itu Nia.. dia adalah sahabat Romeo dan Surya di Jakarta ini. Tapi Lina memiliki firasat buruk tentang Nia, entah apa itu..
"Mas Surya akan menikah dengan perempuan bernama Lina?" Tanya Nia yang sudah menengok ke arah Surya, memandang mata Surya dengan pandangan kesakitan.
Surya hanya bisa menghela nafas pelan. "Iya.. memangnya kenapa? ada yang salah?" Tanya Surya dengan tegas.
"Mas Surya bertanya apa ada yang salah? setelah semua yang Nia lakukan? Mas Surya datang dan membawa kabar akan menikah dengan Dia? apa Mas Surya tidak memikirkan perasaanku?" Perkataan Nia membuat Lina tau bahwa firasat ini memang sangat buruk. Semua orang di meja makan hanya bisa diam, karena sepertinya masalah ini menyangkut Hati yang disakiti.
"Mas sudah mengatakannya dari awal agar jangan mencintai Mas, Mas tidak pernah menyukai kamu Nia.. kamu tau itu, Kamu tau dengan jelas sudah berapa kali Mas menolak kamu". Surya berkata dengan nada pelan, namun tidak terlihat kesedihan sama sekali dari mata Surya mengatakan hal yang menyakitkan itu pada Nia.
"Nia tau.. Nia sangat tau berapa kali Mas menolak Nia.. Tapi memangnya apa kelebihan wanita ini? dibandingkan dengan Nia?" Nia berjalan ke arah sisi Surya dan Lina, melihat baik baik wajah Lina yang hanya bisa menunduk. "Katakan Mas!? apa?" Tanya Nia berusaha mendesak Surya.
"Karena Lina jauh lebih sopan, daripada Kamu yang tidak pernah tau dimana batasanmu!." Telak, Hati Nia seakan terhantam ribuan palu, yang menghantam habis sampai ke relung terdalam.
"Tidak pernah tau batasan? memangnya apa yang sudah Nia lakukan? Nia selama ini mencoba mengerti apa yang disukai dan tidak disukai Mas Surya.. Nia mencoba lebih baik lagi, Nia berserah diri. Tapi nyatanya apa? yang Nia dapatkan adalah kabar buruk!! kabar buruk Mas!!" Nia menangis, histeris.. Membuat Riri langsung menghampiri Nia dan memeluk sahabatnya dari samping. Romeo bahkan sudah berjalan ke sisi Nia dan Surya.
Memandangi mereka secara bergantian lalu menghela nafas. "Seharusnya Mas Surya menyelesaikan Permasalahan ini dengan Nia, sebelum meminang Lina". Ucap Romeo.
"Tapi Mas tidak punya masalah apapun denganya Romeo, Mas sudah katakan berulang kali bahwa Mas tidak bisa bersamanya. dia yang selalu memaksa dan memaksa..". Kata Surya yang sudah kesal dengan sikap Nia yang kekanakan.
"Aku berdoa agar pernikahan kalian batal!!!" Nia berteriak kemudian berjalan pergi meninggalkan Semua yang ada di sana, Riri mengikuti Nia karena takut ada sesuatu yang terjadi.
Nenek Santi memegang dadanya pelan, nafasnya juga seakan sesak melihat kejadian yang tiba tiba di pagi hari ini. Bagaimana ini? Apakah keadaan akan bertambah rumit?.
Melihat bagaimana Romeo yang patah hati, dan Surya yang kesal.. membuat Nenek Santi hanya bisa berjalan ke arah mereka dan berada di tengah tengah mereka berdua.
"Ini hanya kesalahpahaman, akan membaik jika sudah di bicarakan". Nenek Santi menepuk pundak Romeo dan Surya bergantian. "Nak Lina, jangan diambil hati ucapan Nia ya. Dia sedang emosi saja" Nenek Santi kemudian memberikan pengertian pada Lina, Lina mengangguk mengerti lalu menyibukkan dirinya dengan mencuci piring.
"Romeo memang tidak pantas ikut campur Mas, tapi setidaknya Mas harus berbicara dengan nada yang lembut dan baik. Nia itu Perempuan dan Mas tidak pantas berkata kasar seperti tadi.. Hati seorang perempuan itu rapuh, mereka mudah tersakiti hanya dengan kata-kata saja.. Dan Mas sudah menyakiti hati Nia begitu dalam, apakah di dalam agama kita di ajarkan untuk menyakiti Perempuan? tidak kan Mas? kenapa Mas bisa melakukan hal itu? percaya atau tidak, Mas akan merasakan kesakitan seperti Nia.. Mas tunggu saja waktunya". Setelah mengatakan itu Romeo pergi dari dapur untuk menghampiri Nia dan Riri.
Surya yang diberi pengertian seperti itu hanya bisa duduk di kursi dan mengacak rambutnya kasar, Nenek Santi semakin merasa bersalah atas kejadian ini..
Nenek Santi memang memaksa Surya untuk menikah agar Nia dan Romeo bisa bersatu. Tapi sepertinya ini akan sangat sulit karena Nia adalah tipe perempuan yang sangat keras kepala.
"Jangan terlalu di pikirkan Surya, sebelum menikah pasti akan ada banyak halangan yang mengintai jalan kalian.. karena apa? karena Syetan tidak suka kita menyempurnakan separuh agama kita dalam pernikahan.. Sekarang lebih baik kamu kembali ke kamar dan berwudhu, shalat dan minta petunjuk pada Allah SWT untuk ketenangan hatimu" Nenek Santi menepuk nepuk pundak Surya, Surya mengangguk dan mulai berjalan ke arah kamarnya.
"Lina, kamu juga.. Nenek tau kamu bersedih saat ini. tinggalkan saja cucian piring itu dan kembali ke kamarmu. Minta ke tenangan hati pada yang maha kuasa". Lanjut nenek Santi memberitahu pada Lina, Lina menghapus air matanya dan mengangguk. buru buru pergi dari dapur dan berjalan ke arah kamar tamu yang di tempatinya bersama ibunya.