Semoga kalian suka..
**
Unedited..
Setiap Weekend, Cassidy selalu menyisikan waktunya untuk nge-gym. Meskipun dia sibuk dengan pekerjaannya, tetapi Cassidy tidak pernah melewatkan waktunya untuk nge-gym. Tubuhnya bisa dikatakan cukup proporsional. Cass memiliki tinggi yang bisa dikatakan sesuai dengan tinggi kriteria para model model. 168 cm. Lumayan tinggi dibandingkan dengan teman-teman wanitanya yang lain. Ia bahkan pernah ditawari untuk menjadi seorang model. Dia juga pernah mencoba mengikuti sebuah casting dan audisi model sewaktu dia masih duduk di bangku kuliah dulu. Dia yang dulu suka mencoba-coba dan penasaran dengan hal-hal baru, setelah mempertimbangkan usulan dari teman-temannya, ia pun mencoba mengikuti audisi model yang diadakan oleh salah satu agensi model yang ada di Jakarta. Tapi sayang, bakatnya ternyata bukan di situ. Dia gagal.
Selain itu, Cassidy juga memiliki curves atau lekukan tubuh di tempat-tempat yang banyak diinginkan oleh para kaum wanita. Itu semua karena berkat dia yang rajin nge-gym. Cassidy merupakan wanita yang attractive dan dia tau itu. Setiap kali dia dan Karin berbelanja atau sekedar berjalan di mall, ia bisa merasakan dan melihat para pria mencuri-curi pandang ke arah mereka berdua. Cass dan Karin bisa dikatakan sangat berbeda dalam hal fashion dan style.
Karina biasanya lebih memilih memakai dress, heels dan make up yang casual. Sedangkan dirinya, dia lebih memilih memakai skinny jeans, kemeja atau T-shirt serta loafer atau sneakers dengan bedak dan lip gloss saja. Ya, dia bergaya seperti wanita tomboy kalau sedang berada di luar kantor. Tapi, dia juga bisa berubah feminim sesuai dengan tempat keadaan dan suasana hatinya.
Setelah dua jam nge-gym, Cassidy yang masih berkeringat, kembali ke apartemennya. Tempat gym Cassidy cukup dekat dengan apartemennya. Hanya 8 menit jika mengendarai mobil. Sesampainya di apartemen, Cass langsung bersiap-siap untuk ke acara welcoming party rekan kerja Karin atau sepupu Adrian. Dia masuk ke dalam kamar mandinya dan mulai membersihkan tubuhnya itu.
Setengah jam kemudian, Cassidy keluar dengan memakai handuk kimononya. Dia kemudian duduk di depan kaca rias, mengambil hair dryer yang ada di laci, menyalakannya dan mulai mengeringkan rambutnya yang masih basah.
Setelah mengeringkan rambutnya, ia mengamabil curling iron atau alat pengeriting rambutnya dan mulai menata rambutnya sesuai seleranya.
Terakhir, dia pun memoleskan wajahnya dengan sentuhan make up sewajarnya.
Puas dengan penampilannya, Cassidy pun mengambil dress yang akan ia kenakan ke pesta di dalam lemarinya.
Dia memilih long black dress yang memperlihatkan lekuk tubuhnya dengan belahan di samping dan high heels hitam serta clutch bag berwarna silver.
Dia memperhatikan dirinya di cermin. Sempurna. Cassidy tersenyum puas dengan apa yang ia lihat. Baru saja Cass akan menelpon Adrian, bel apartementnya sudah terlebih dulu berbunyi.
Ting.. tong.. ting.. tong.. ting.. tong..
"Pasti Adrian." gumamnya.
Sebelum ia membukakan pintu untuk Adrian, Cass melihat penampilannya di cermin sekali lagi. Dia ingin memastikan lagi tak ada yang salah atau kurang dengan penampilannya. Setelah puas, Cassidy pun melenggang keluar kamar, dan membuka pintu apartemennya untuk Adrian.
Yup, dugaannya benar sekali. Di depan pintu apartemennya, kini telah berdiri The Devil himself. And he wore armani suit. Cass sudah tau kalau Adrian itu tampan. Tapi dia tak menduga bahwa Adrian bisa terlihat lebih tampan lagi dengan memakai suit armaninya.
"Wah, Cass... Aku gak nyangka kalo bisa bisa secantik ini. " ujar Adrian dengan senyuman khas-nya.
"Kamu baru sadar aku cantik, ha?" Cassidy melipat tangannya di dada. Menantang Adrian.
"Aku udah sadar dari sebelum kita pacaran. Makanya aku jadiin kamu pacar aku." balas Adrian menggoda Cass.
Cassidy hanya memutar matanya begitu mendengar gombalan Adrian.
Cassidy sempat melihat kalau Adrian tadi merperhatikan penampilannya dari kepala sampai ujung kaki. Bukan hanya Adrian saja, ia juga melakukannya. Dan Adrian tau bahwa Cass juga memperhatikan penampilannya.
Tiba-tiba Adrian mendekatkan tubuhnya ke arah Cassidy, lantas berbisik di telinganya. "Kamu cantik banget malam ini, Cass. Hingga aku sampai terpesona." Nafas hangat Adrian menyentuh telinganya, membuat pipi Cass merona malu.
Dengan cepat, Cassidy menjauhkan tubuhnya dari Adrian. "Thanks, kamu juga gak keliatan jelek-jelek amat, Ad." Balasnya sembari berdebar-debar gra-gara perbuatan dan ucapan Adrian tadi.
"Udah siap?" Tanya Adrian tersenyum.
"Yup." Cass mengangguk lantas menggandeng tangan Adrian dan pergi dari apartemennya.
***
Butuh waktu sekitar 20 menit dari apartemen Cass untuk sampai ke Hotel tempat diadakannya welcoming party sepupu Adrian. Hotel tersebut didekorasi dengan sangat elegan dan indah. Begitu sampai di hotel, Adrian pamit sebentar untuk menemui orang tuanya. Para undangan yang hadir kebanyakan dari kalangan atas. Cass banyak melihat mereka di pesta rekan kerja ayahnya. Ada beberapa orang yang wajahnya familiar bagi Cass. Sedangkan yang lainnya tidak. Sudah 10 menit Cass mencari Karin, namun orang yang dicarinya malah tidak terlihat sama sekali.
Sementara Cass mencari sahabatnya itu, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Begitu dia berbalik, orang tersebut langsung memeluknya.
"Cassidy, tante kangen banget sama kamu." Tante Vera memeluk Cas tak lama lantas melepaskan pelukannnya dan melanjutkan ucapannya sembari menggenggam tangan Cassidy. "Kok kamu sekarang jadi jarang main ke rumah? Kenapa?" Tanya tante Verra yang tak lain adalah bunda Adrian.
"Maaf banget, tan. Aku sibuk banget belakangan ini, jadi nggak sempat main ke rumah tante." terang Cass memberi alasan. Semenjak putus dengan Adrian, dia jadi jarang berkunjung ke rumah orang tua Adrian. Toh mereka berdua juga sudah tak pacaran lagi. Jadi untuk apa dia ke rumah orang tua Adrian?
Tante Vera menepuk-nepuk punggung tangan Cass dengan lembut. "Kalo kamu gak sibuk, main-main ya ke rumah tante, Cass. Tante kangen banget lho sama kamu." ujar Vera tersenyum lembut pada wanita cantik yang ada di hadapannya itu.
Ketika Adrian membawa Cassidy ke rumah mereka, Vera sedikit terkejut dan penasaran dengan wanita yang berhasil membuat anaknya itu memperkenalkannya pada mereka. Dalam sejarah percintaan Adrian, anaknya itu tak pernah memperkenalkan seorang wanita pada mereka sekali pun. Terlebih membawanya ke rumah mereka. Jadi hal itu membuat Vera yakin bahwa Cassidy berbeda dengan wanita-wanita lain yang pernah menjadi pacar Adrian. Dan setelah mengenal Cassidy lebih baik, impresi dan pandangan Vera terhadap gadis itu begitu baik. Dia menyukai Cassidy. Selain gadis itu ramah, dia juga perhatian pada mereka, orang tua Adrian.
Setiap berkunjung ke rumah mereka, gadis itu selalu saja membawakan mereka barang, buah, vitamin atau suplemen. Bahkan ia juga pernah membawakan mereka obat herbal. Hal itu membuat mereka tersentuh dan jadi lebih menghargai dan menyayangi Cassidy. Adrian sampai mengatakan bahwa Vera dan Haris lebih menyukai Cassidy daripada dirinya yang sebenarnya adalah anak kandung mereka sendiri.
"Iya, tan. Nanti kalo aku ada waktu, aku main ke rumah tante. Ngomong-ngomong tan, om Harrisnya kemana?" Tanya Cassidy mempertanyakan prihal keberadaan ayah Adrian itu.
Sewaktu jadian dengan Adrian, Cassidy memang dekat dengan tante Verra dan om Harris. Kedua orang tua Adrian memperlakukannya layaknya dia adalah anak mereka.
"Om Harrisnya lagi ngobrol sama sepupu Adrian. Itu, yang baru balik dari Amrika. Dia itu anaknya kakakya om Harris." Jelas tante Verra.
"Oo gitu, tan.."
Setelah cukup lama mengobrol dengan tante Verra, Cassidy pun permisi ke toilet dengan alasan ingin mencari Karina. Dia berpikir bahwa mungkin saja Karina sedang berada di toilet. Tapi ternyata nihil. Temannya itu sama sekali tidak berada di toilet.
Kesal karena tidak juga menemukan Karin, akhirnya ia memutuskan untuk mencari Adrian saja. Syukurlah, mencari Adrian tak sesulit mencari Karina. Hal pertama yang dilihat Cass begitu masuk ke dining hall yaitu Adrian.
Begitu menemukan Adrian, Cassidy pun menarik kakinya dan berjalan mendekati pria itu. Tapi sepertinya Adrian sedang tidak sendirian. Dia terlihat sedang asik mengobrol dengan seorang pria yang punggungnya membelakangi Cass. Sosok pria tersebut membuat Cass merasa seperti mengenal pria itu.
Sementara Cassidy memperhatikan pria yang sedang berbicara dengan Adrian, tiba-tiba matanya bertabrakan dengan mata Adrian. Cass langsung tersenyum dan mempercepat langkahnya menghampiri Adrian. Semakin dekat Cass berjalan ke arah Adrian dan pria misterius itu, semakin cepat juga jantungnya berdetak.
Cass memberengut. Ia tidak tahu kenapa jantungnya mulai bertingkah. Apa karena punggung pria itu terasa familiar baginya? Atau apa karena cara berdiri dan cara dia memasukan kedua tangannya di kantung celananya mirip dengan sosok yang ada di masa lalunya?
Entah kenapa, ia jadi ingin melihat wajah pria itu. Dan seperti mendengar keinginannya, pria itu tiba-tiba berbalik menghadapnya. Seketika itu juga Cassidy seperti melihat hantu saja. Dia yang semula berjalan langsung terdiam di tempat. Kakinya terasa berat. Dia mematung begitu melihat wajah pria yang sedang berdiri di samping Adrian sekarang.
Pria yang berdiri di depannya itu, tak lain dan tak bukan adalah mantan pacar sekaligus sahabat baiknya yang tiba-tiba menghilang dari kehidupannya.
Pria yang selama ini merupakan mimpi indah sekaligus mimpi buruknya.
***
Thanks for the reading guys :)
Kalo ada salah kata dan pengetikan mohon dimaklumi :D
xxx ;)