"Ducan baru tadi malam datang, sekarang sedang istirahat di kamarnya." ucap Katherine dengan perasaan sedikit lega karena sebentar lagi Ducan akan menikah dengan Alisha.
"Baiklah Mom, aku akan menemui Ducan sekarang." ucap Lucken berjalan ke arah kamar Ducan yang sudah lama tidak di tempati Ducan.
Tanpa mengetuk pintu, Lucken membuka kamar Ducan yang terlihat gelap.
"Duc?" panggil Lucken seraya menekan tombol lampu kamar agar menyala.
Tidak ada suara dari Ducan selain terdengar suara deritan suara kursi yang memutar.
"Duc? kamu sedang apa?" tanya Lucken saat melihat Ducan sedang menutup sebuah lukisan dengan kain hitam.
"Tidak sedang apa-apa, ada apa kamu mencariku?" tanya Ducan dengan tatapan mata yang dingin.
"Aku hanya memberitahumu, besok pagi kamu sudah harus bersiap-siap. Besok kamu akan menikah dengan wanita pilihan Momy." ucap Lucken menatap penuh wajah Ducan ingin tahu reaksinya mendengar dia akan menikah.
"Kenapa kalian semua masih memaksaku untuk menikah? sudah aku katakan kalau aku tidak ingin menikah." ucap Ducan dengan suara berat.
"Ducan, kamu putra tertua di keluarga besar Kayler. Saat ini sudah waktunya kita harus menikah dan memberikan cucu sebagai penerus keluarga Kayler." ucap Lucken berusaha sabar menghadapi sikap Ducan.
"Kenapa tidak kamu saja yang menikah dan punya anak? bukankah itu sama saja?" ucap Ducan tanpa melihat ke arah Lucken.
"Seandainya aku bisa, aku sudah pasti melakukannya. Tapi sayangnya aku tidak bisa Duc. Beberapa bulan yang lalu aku di vonis Dokter kalau aku tidak sehat. Aku tidak bisa mempunyai anak, aku mandul." ucap Lucken dengan suara pelan.
Ducan mengangkat wajahnya, menatap penuh wajah Lucken mencari kejujuran di kedua matanya.
Ducan sama sekali tak percaya kalau Lucken yang di banggakan dan di harapkan sebagai penerus keluarga besar Kayler tidak bisa memberikan keturunan.
Walau di hati Ducan sangat kecewa dengan Lucken dan keluarganya, tetap saja sebagai saudara Ducan ikut merasakan prihatin atas apa yang terjadi pada Lucken.
"Apa yang kalian inginkan dariku sekarang?" tanya Ducan dengan suara semakin berat.
Hampir tiga tahun bayangan kematian Diana masih teringat jelas di ingatannya.
Bahkan saat Ducan bertemu dengan seorang wanita ceroboh yang mirip dengan Diana. Perasaan rindunya pada Diana tidak bisa di tahannya hingga dia nekat menyalurkan rasa rindunya pada wanita ceroboh itu dengan mengajaknya bercinta. Dan sialnya, Ducan baru tahu kalau wanita ceroboh itu masih perawan. Tidak ingin mendapat masalah saat itu juga Ducan langsung pergi tanpa mengingat nama wanita itu. Hanya sebuah lukisan wanita ceroboh itu yang Ducan bawa untuk mengingatkan dia pada Diana.
"Duc??? apa kamu melamun? apa kamu tidak mendengar ucapanku?" tanya Lucken setelah menjawab pertanyaan Ducan.
Ducan sedikit tersentak setelah sadar lamunannya.
"Kamu mengatakan apa?" tanya Ducan berusaha melupakan wanita ceroboh yang telah memberikan kesuciannya kepadanya.
"Daddy dan Momy ingin kamu menikah besok pagi. Momy sudah menemukan wanita yang pantas untukmu. Dia wanita yang baik, dan sekilas wajahnya mirip sekali dengan Diana. Kamu pasti akan menyukainya." ucap Lucken tidak memberitahu Ducan kalau Alisha adalah kekasihnya.
Mendengar Lucken menyebut nama Diana, Ducan menatap penuh wajah Lucken.
"Apa benar yang kamu katakan itu?" tanya Ducan dengan tatapan tak percaya.
"Apa yang aku katakan benar Duc, menurutku wanita itu mirip sekali dengan Diana. Tapi aku tidak tahu lagi, mungkin saat kamu melihatnya kamu akan menyadari juga kalau wajahnya mirip dengan Diana." ucap Lucken berharap dengan Duc menikah dengan Alisha emosi Ducan akan menjadi baik.
"Siapa namanya? apa Momy yakin dia wanita baik-baik seperti keinginan keluarga Kayler? tidak seperti Diana wanita jalanan." ucap Ducan dengan perasaan sangat sakit.
Kematian Diana masih melekat dalam ingatannya. Hanya ada jalan untuk melupakan kejadian itu dengan kematian dirinya.
Sejak kematian Diana, Ducan menghukum dirinya sendiri dengan menghancurkan tubuhnya memakai obat-obatan terlarang dan minum-minuman keras yang beralkohol tinggi.
"Duc, sudah waktunya kamu melupakan masa lalu. Sudah tiga tahun kamu menyiksa hidupmu dengan jauh dari keluarga. Apa kamu tidak merindukan kami semua?" ucap Lucken dengan perasaan sedih. Ternyata Ducan masih belum sepenuhnya melupakan masa lalunya. Sudah hampir satu Ducan menjalani rehabilitasi dan terapi kejiwaan, tapi ingatan Ducan masih tetap sama. Dan emosinya terkadang tak terkendali.
Ducan terdiam mendengar ucapan Lucken yang terlihat tulus padanya.
"Kamu belum menjawab pertanyaanku, siapa nama wanita itu dan apa pekerjaannya? Bukankah sebelum aku menikah aku harus mengenal siapa dia?" tanya Ducan dengan suara berat.
Lucken menatap Ducan dengan dengan perasaan tak percaya saat Ducan mengatakan mau menikah dengan Alisha.
"Jadi kamu mau menikah dengan wanita pilihan Momy, Duc? ini berita yang sangat menggembirakan. Kami tenang saja, aku akan menceritakan tentang wanita itu padamu. Tentang semuanya." ucap Lucken dengan perasaan bahagia.
"Kamu akan menceritakan semua tentang wanita itu? apakah kamu mengenalnya dan sangat dekat dengannya? bagaimana kamu kamu bisa mengetahui semua tentang dia, kalau kamu tidak dekat dengannya?" Ucap Ducan dengan tatapan penuh.
Wajah Lucken memerah mendengar pertanyaan Ducan yang terlihat curiga padanya.
"Aku tidak terlalu mengenalnya, hanya saja aku sangat tahu dia dari cerita Momy. Momy selalu menceritakan tentang wanita itu padaku. Dia seorang Artis tapi kehidupannya sangat sederhana, dia wanita yang sangat ramah. Tapi dia sedikit ceroboh." ucap Lucken dengan tersenyum membayangkan wajah cantik Alisha.
Ducan menoleh ke arah Lucken dengan kedua alisnya terangkat.
"Apakah selain wajahnya mirip dengan Diana sikapnya juga mirip dengannya? hanya saja bedanya wanita itu seorang artis sedangkan Diana adalah wanita jalanan." ucap Ducan setiap kali mengingat Diana hatinya selalu sangat terluka.
Lucken menghela nafas panjang tidak bisa menyalakan Ducan karena tidak bisa melupakan Diana cinta pertamanya. Diana meninggal saat bersama Ducan, Diana meninggal karena overdosis menggunakan obat-obat terlarang bersama Ducan.
"Sebaiknya setelah kamu menikah, kamu lebih mengenal Alisha. Alisha wanita yang sangat baik dan sangat peduli pada semua orang." ucap Lucken memuji Alisha.
"Sebuah nama yang indah. Aku melihat kamu sangat mengagumi wanita itu, apa kamu menyukainya. Aku tahu, sebenarnya Momy ingin kamu yang menikah dengan wanita itu kan?" ucap Ducan dengan kedua alis terangkat.
"Apa yang kamu katakan benar sekali Duc, tapi kamu tahu sendiri aku tidak bisa memberikan keturunan. Jadi untuk apa aku menikah dengan Alisha kalau membuatnya menderita. Karena itulah aku menolak menikah dengan Alisha. Kamu yang lebih pantas menikah dengannya, apalagi kamu putra tertua yang harus bisa memberikan keturunan pada keluarga besar Kayler." ucap Lucken dengan wajah serius.
"Baiklah Luck, aku mau menikah dengan wanita itu. Besok jam berapa aku harus menikah?" tanya Ducan penasaran dengan wanita yang bernama Alisha.