Chapter 14 - DUA PENCINTA

"Kemarilah Diana, duduk di pangkuan Uncle Luck." ucap Ducan mengulurkan tangannya dengan tatapan tak berkedip saat melihat bola mata Diana yang berwarna coklat.

Tanpa ada rasa takut Diana menyambut uluran tangan Ducan.

Kening Alisha berkerut saat melihat Diana tidak merasa takut pada Ducan, bahkan duduk tenang di pangkuan Ducan.

"Ada apa Alisha? kenapa kamu menatap Diana seperti itu?" tanya Ducan dengan tatapan penuh.

"Tidak ada apa-apa, aku hanya merasa heran saja Luck. Tidak biasanya Diana mau dekat dengan seseorang yang baru di kenalnya." ucap Alisha berpikir sedikit aneh tentang Diana dan Ducan.

"Mungkin Diana tahu kalau aku orang baik." ucap Ducan dengan suara berat melepas jaketnya dan menyelimuti Diana yang terlihat kedinginan.

"Kamu bisa lihat kan? Diana sangat nyaman tidur lagi dalam pelukanku?" ucap Ducan merasakan hatinya sangat tenang saat memeluk Diana.

"Hem... syukurlah Luck." Ucap Alisha dengan perasaan aneh menjalankan mobilnya dengan pelan.

"Alisha." panggil Ducan setelah beberapa saat terdiam.

"Ada apa Luck?" sahut Alisha tak lepas pandangannya dari jalan di depannya.

"Kedua mata Diana berwarna coklat? sangat indah." ucap Ducan berharap Alisha mengomentari ucapannya.

"Hem... Diana lebih cenderung mewarisi gen Ayahnya. Dari rambutnya, matanya, mungkin juga wajahnya." ucap Alisha tanpa menyadari ucapannya telah membuat Ducan berkeringat dingin.

"Aku penasaran dengan suami Terry. Apa kamu punya fotonya?" tanya Ducan dengan wajah terlihat pucat.

Alisha menoleh ke arah Ducan merasa aneh dengan sikap Ducan yang lebih perhatian pada kehidupan Terry dan Diana.

"Ada apa denganmu Luck? kenapa kamu begitu ingin tahu tentang kehidupan Terry dan Diana? Kenapa kamu tidak tanya sendiri pada Terry? Kenapa harus padaku?" ucap Alisha merasa bingung dengan sikap Ducan.

"Kenapa kamu terlihat marah Alisha? apa kamu cemburu pada Terry?" tanya Ducan tiba-tiba merasa sakit di hatinya melihat Alisha terlihat cemburu. Dan itu sudah menunjukkan kalau Alisha mencintai Lucken.

Alisha menelan salivanya mendengar ucapan Ducan.

"Tidak seperti itu Luck, aku hanya merasa aneh saja tiba-tiba kamu begitu ingin tahu kehidupan Terry dan Diana?" Ucap Alisha seraya mengusap tengkuk lehernya.

"Kalau kamu tidak cemburu, Apa itu berarti kamu tidak mencintaiku Alisha?" tanya Ducan memancing perasaan Alisha yang sebenarnya pada Lucken.

"Tentu saja aku mencintaimu Luck, kalau aku tidak mencintaimu bagaimana kita bisa menikah besok?" ucap Alisha dengan tatapan bersalah.

Kembali Ducan terdiam mendengar ucapan Alisha yang bagaikan anak panah menusuk ulu hatinya. Jadi selama ini Alisha sudah melupakan dirinya dan sudah mencintai Lucken.

"Hem... tentu saja." ucap Ducan tidak berkata apa-apa lagi selain menahan rasa sakit dan luka yang dalam.

Ducan memejamkan matanya berusaha menenangkan hatinya agar bisa tenang.

Alisha hanya menahan nafas, melihat Ducan dengan perasaan yang aneh.

Tiba di depan rumah Ducan, Alisha menghentikan mobilnya dan menatap Ducan dengan tatapan dalam.

"Ada apa denganmu Luck? kenapa malam ini sikapmu berbeda sekali? apa karena kamu terlalu banyak minum?" tanya Alisha dengan pikiran tak menentu saat melihat Diana tidur lelap dalam pangkuan Ducan yang tertidur juga.

"Sangat aneh, kenapa aku melihatnya seperti seorang Ayah dan putrinya. Lucken sudah pantas menjadi seorang Ayah. Ayah untuk Diana." ucap Alisha dengan perasaan yang tiba-tiba terasa sakit.

"Di mana kamu?? sudah hampir dua tahun aku mencarimu tapi sama sekali aku tidak menemukan jejakmu. Besok aku menikah dengan pria yang sangat baik. Mungkin aku harus melupakanmu mulai dari sekarang." ucap Alisha dalam hati dengan pandangan tak lepas dari wajah Ducan dan Diana.

"Ada apa? kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Ducan tiba-tiba membuka matanya.

Alisha mengedipkan matanya dan mengalihkan pandangannya ke arah Diana.

"Aku sedang melihat Diana, kelihatannya dia sangat nyaman dalam pelukanmu. Sangat aneh. Tidak biasanya Diana mau dengan orang lain." ucap Alisha mengalihkan pembicaraan tentang Diana.

"Apa selama ini Diana tidak pernah mengenal orang lain selain kamu dan Terry?" tanya Ducan menatap wajah Alisha yang terlihat sangat lelah.

Alisha menganggukkan kepalanya dengan tersenyum sedih.

"Mungkin, di saat Diana sudah berusia tiga tahun dia akan sekolah dan bertemu banyak teman." ucap Alisha sambil mengusap wajah Diana.

Ducan hanya terdiam mendengar ucapan Alisha yang penuh dengan harapan.

"Sebaiknya kamu pulang. Sekarang sudah malam kasihan Diana." ucap Ducan seraya turun dari mobil dan menidurkan Diana dengan hati-hati.

"Luck!! Jaket kamu." ucap Alisha mengingatkan jaket Ducan yang masih menutupi tubuh Diana.

"Biarkan saja jaket itu menghangatkan Diana. Hati-hati di jalan." ucap Ducan dengan tatapan rumit. Seolah-olah hatinya berat meninggalkan Alisha dan Diana.

"Terima kasih Luck, kamu harus cepat tidur. Aku tidak mau di saat kita menikah kamu ketiduran." ucap Alisha dengan tersenyum kemudian menjalankan mobilnya meninggalkan Ducan.

Sambil menatap kepergian Alisha, Ducan menghela nafas panjang seraya meremas rambutnya merasa hidup telah mempermainkannya.

Dengan perasaan hampa Ducan masuk ke dalam rumah dan pergi ke dapur untuk menenangkan hatinya.

"Apa kamu sudah bertemu dengan calon istrimu Duc?" tiba-tiba terdengar suara Lucken yang sudah berdiri di hadapannya.

Ducan mengangkat wajahnya cukup terkejut dengan pertanyaan Lucken. Namun dengan cepat Ducan bersikap seperti biasanya.

"Apa yang kamu maksud Alisha? darimana kamu tahu aku bertemu dengan Alisha?" tanya Ducan sambil meneguk segelas air putih.

"Aku datang ke tempat Alisha untuk membantunya. Tapi aku melihatmu sudah di sana. Mungkin kalian memang berjodoh." ucap Lucken berusaha menekan rasa cemburunya.

"Aku tidak sengaja bertemu, dia memanggilku dengan menyebut namamu. Jadi aku menghampirinya. Aku pikir dia teman dekat kamu, ternyata dia Alisha calon istrimu. Apa dia mencintaimu Luck?" tanya Ducan memastikan lagi perasaan Alisha pada Lucken.

"Aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu. Kamu bisa bertanya sendiri setelah kamu menikah dengan Alisha. Dia mencintaiku atau tidak kamu bisa melihatnya." ucap Lucken tidak menceritakan tentang masa lalunya Alisha pada Ducan.

"Aku rasa dia mencintaimu. Dia bilang padaku kalau dia mencintaimu. Seharusnya kamu yang menikah dengannya bukan aku. Kamu pasti mencintainya juga kan?" ucap Ducan bangun dari duduknya menatap wajah Lucken dengan tatapan penuh.

"Sudah aku katakan padamu kalau aku tidak mencintainya untuk apa aku membuat perjanjian padamu. Kalau kamu masih tidak bisa mencintai Alisha, aku yang akan meneruskan posisimu sebagai suaminya." ucap Lucken membalas tatapan Ducan.

"Sepertinya aku tidak bisa memenuhi perjanjian itu lagi Luck. Aku tidak akan melepaskan Alisha untukmu." ucap Ducan dengan wajah serius.

Kedua alis Lucken terangkat menatap Ducan dengan tatapan heran.

"Kenapa? apa kamu sudah mencintai Alisha? apa kamu sudah melupakan Diana dengan begitu cepat?" Ucap Lucken penasaran.

"Lebih dari itu." ucap Ducan dengan singkat kemudian pergi meninggalkan Lucken.

Lucken menatap kepergian Ducan dengan tatapan mengerti.

"Apa sebenarnya yang terjadi pada Ducan? kenapa sekarang berubah pikiran?" tanya Lucken dengan kening berkerut.