Chapter 19 - PERASAAN TERLUKA

Pagi hari...

Ducan membuka matanya dengan kepala terasa berat setelah semalaman dia menghabiskan beberapa botol minuman keras agar bisa melupakan cintanya pada Alisha dengan merubahnya menjadi sebuah kebencian atas pengkhianatan Alisha padanya.

"Ducan, ada apa denganmu sayang? seharusnya kamu bersiap-siap Ducan? apa kamu lupa kalau hari ini kamu akan menikah?" ucap Katherine sambil menepuk bahu Ducan yang duduk terdiam di sofa.

"Apa pernikahan ini tidak bisa di batalkan Mom? sepertinya aku belum siap menikah." ucap Ducan tidak sanggup melihat Alisha yang selalu memuja Lucken di hadapannya.

Kening Katherine berkerut mendengar ucapan Ducan yang begitu tiba-tiba ingin membatalkan pernikahannya.

"Kamu bicara apa Ducan? sebentar lagi kamu akan menikah dan kamu mau membatalkannya? apa yang membuat kamu berubah pikiran?" tanya Katherine sama sekali tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.

"Aku merasa aku tidak pantas untuknya, itu saja. Tidak ada alasan lain." ucap Ducan tanpa melihat ke arah Momy-nya.

"Ada apa sebenarnya ini Ducan? kenapa kamu berpikir Alisha tidak mencintai kamu? kamu sudah tahu kan dari adik kamu Lucken? Alisha sangat mencintai Lucken, buktinya setelah menerima cinta Lucken Alisha sudah mau menikah. Kamu jangan berpikir seperti itu Ducan, percaya pada Momy. Alisha akan mencintaimu dan akan menjadi istri yang baik untukmu." ucap Katherine berusaha membujuk Ducan agar mau menikah dengan Alisha.

"Itulah masalahnya Mom, Alisha sangat mencintai Lucken. Sedangkan Alisha menikah denganku bukan Lucken. Apa Alisha tahu kalau sifatku bertolak belakang dari sikap Lucken? apa Alisha bisa terima dengan sikapku yang tidak labil dan temperamental ini? Apalagi aku sama sekali tidak mempunyai perasaan apa-apa. Aku tidak ingin suatu saat Momy menyalahkan aku atas apa yang aku perbuat pada Alisha." ucap Ducan memberikan semua alasan yang benar-benar membuat Katherine tidak bisa bicara apa-apa.

"Ducan, kenapa kamu bicara seperti itu sayang? aku tahu kamu bukan pria seperti itu. Kamu pria yang baik dan lembut seperti Lucken. Jangan lakukan ini pada Momy sayang. Berikan kesempatan pada hatimu untuk lebih mengenal Alisha." ucap Katherine dengan tatapan memohon.

Ducan terdiam, wajah Momy-nya benar-benar meluluhkan hatinya yang sangat keras. Sudah sekian tahun dia tahu orang tuanya sangat menderita karena dirinya. Dan sekarang dia tidak ingin menyakiti hati orang tuanya lagi.

"Baiklah Mom, aku tetap akan menikahi Alisha. Tapi berjanjilah untuk tidak menyalahkan aku atau mencampuri urusanku seandainya Alisha tidak bahagia saat menikah denganku nanti." ucap Ducan memberi warning pada Momy-nya untuk tidak pernah menyalahkannya saat Alisha menderita, karena dia pastikan hidup Alisha tidak akan bahagia.

"Baiklah sayang, Momy janji tidak akan pernah mencampuri urusan kamu. Momy percaya kamu akan mencintai Alisha dengan sepenuh hati kamu." ucap Katherine dengan tatapan penuh sangat mengetahui sifat dasar kedua putranya.

"Oke, aku pegang janji Momy. Jam berapa aku harus menikahi Alisha?" tanya Ducan dengan perasaan berat.

"Dua jam lagi sayang, tapi sebelum itu kamu harus menjemput Alisha dan keluarganya. Kamu sudah di beritahu Lucken kan kalau harus menjemput Alisha?" ucap Katherine dengan serius.

Ducan menganggukkan kepalanya kemudian bangun dari tempatnya untuk segera mandi untuk menjemput Alisha.

Katherine menatap Ducan yang berjalan ke kamar mandi.

"Drrrt... Drrrt... Drrrt"

Tiba-tiba ponsel Katherine berbunyi, segera Katherine melihat ke arah layar ponselnya.

"Lucken??!" ucap Katherine segera menerima panggilan ponselnya saat tahu yang menghubunginya Lucken putra kesayangannya.

"Hallo sayang? kamu sudah sampai di Singapura kan?" tanya Katherine sedikit terkejut saat mendapat pesan dari Lucken kalau sudah berangkat semalam ke Singapura.

"Aku baru sampai di apartemen Mom. Bagaimana dengan Ducan Mom? apa dia sudah menjemput Alisha?" tanya Lucken dengan perasaan sakit yang sangat dalam.

"Ducan baru saja mandi, Momy sudah bilang padanya untuk menjemput Alisha. Kamu tenang saja sayang, Momy pastikan Ducan akan menikah dengan Alisha." ucap Katherine berharap penuh pada Ducan untuk secepatnya memberikan keturunan.

"Syukurlah Mom, kalau Ducan mau melakukan apa yang di inginkan Momy. Oh ya Mom, mungkin besok pagi aku baru bisa menemui Dokter yang menangani masalah sakitku. Saat ini aku sangat lelah sekali." ucap Lucken sambil tiduran di tempat tidur melepas rasa lelah dan rasa kesedihannya.

"Kamu tidak perlu tergesa-gesa atau memaksakan diri lagi Luck. Waktu kamu masih panjang sayang. Momy tidak memaksa kamu untuk periksa lagi kalau kamu masih belum siap untuk menikah." ucap Katherine tidak ingin memaksa Lucken harus menikah setelah Ducan bersedia menikah dengan Alisha. Bagi keluarga Kayler ada cucu pertama sebagai penerus keluarga itu sudah cukup.

"Apa benar itu Mom??? Momy tidak memaksaku lagi untuk menikah?" tanya Lucken dengan harapan besar bisa pulang dalam keadaan sehat dan memutuskan kesepakatannya dengan Ducan.

"Kamu terlihat bahagia sekali Luck? ada apa? apa ada yang kamu sembunyikan dari Momy?" tanya Katherine dengan penasaran.

"Tidak ada Mom, ini hanya kesepakatan antara aku dan Ducan." ucap Lucken tidak akan memberitahu Momy-nya sebelum dia kembali pulang dalam keadaan sehat.

"Momy tidak percaya kalau tidak ada apa-apa sayang? pasti ada sesuatu yang kamu dan Ducan sembunyikan dari Momy. Katakan pada Momy sayang." ucap Katherine dengan nada serius.

"Baiklah Mom, memang aku dan Ducan ada kesepakatan untuk masalah yang sangat penting. Tapi untuk saat ini aku tidak bisa mengatakan pada Momy. Saat aku sudah sembuh dan sehat aku baru bisa mengatakan kesepakatan itu pada Momy. Percayalah padaku Mom, aku pasti akan mengatakannya pada Momy saat aku pulang nanti." ucap Lucken dengan tersenyum. Bagi Lucken tidak ada paksaan lagi untuk menikah dari Momy-nya adalah kebebasan terbesar dalam hidupnya.

"Baiklah sayang, Momy tunggu janji kamu itu saat kamu pulang nanti. Hati-hati di sana ya? jaga kesehatan dan jaga diri kamu dengan baik." ucap Katherine kemudian menutup panggilan Lucken saat melihat Ducan sudah berganti pakaian yang sudah di siapkan Lucken di kamarnya.

"Ducan, jangan lupa saat kamu menjemput Alisha berikan kotak ini pada Alisha dan bilang padanya untuk memakai semua perhiasan yang ada di kotak ini. Kamu mengerti kan Ducan?" ucap Katherine memberikan perhiasan dari keluarga leluhur yang harus di berikan pada menantu pertama.

Ducan menganggukkan kepalanya seraya mengambil kotak perhiasan dari tangan Katherine.

"Hati-hati di jalan ya sayang. Momy dan keluarga besar akan menunggu di tempat pernikahan." ucap Katherine sudah menyiapkan mobil untuk mengantar Ducan menjemput Alisha dan keluarganya.

"Apa hanya ini saja pesan Momy?" tanya Ducan dengan suara berat sebelum meninggalkan tempat.

Katherine menganggukkan kepalanya dengan tersenyum seraya mengusap wajah Ducan yang terlihat tampan dengan penampilannya yang begitu rapi.